Di ujung daun, berlian kecil berkilau,
Embun pagi, menyapa dunia yang baru.
Matahari malu, menyembunyi di awan,
Udara dingin, membelai helai kuman.
Bunga merekah, kelopak basah berembun,
Rumput hijau, bermandi cahaya kuncup.
Pohon menari, ditenun embun lembut,
Dunia sunyi, senandung alam mengambang.
Embun berbisik, rahasia semesta,
Kisah malam, berpadu dengan cahaya.
Harapan baru, diteteskan lembut,
Membasuh mimpi, mengusir bayang kelam.
Namun mentari, perlahan mulai terbit,
Embun lenyap, diganti pelukan hangat.
Tapi jejaknya, tertera di hati nurani,
Bahwa keindahan, hadir meski sesaat,
Makna Puisi
Puisi ini menggambarkan keindahan embun pagi dan mengaitkannya dengan makna simbolis. Embun pagi dilihat sebagai berlian kecil, melambangkan harapan dan kesucian. Udara dingin dan suasana sunyi dipahami sebagai momen refleksi dan pembaruan. Bunga dan rumput yang basah embun merepresentasikan kehidupan yang terlahir kembali.
Penyair juga menghubungkan embun dengan rahasia semesta dan harapan baru. Dikatakan embun membisikkan pesan tentang dunia dan mengawali hari dengan optimisme. Hilangnya embun bersama terbitnya matahari dipahami sebagai siklus kehidupan, namun jejaknya tetap tersimpan dalam hati, mengajarkan kita untuk menghargai keindahan meski bersifat sementara.
Secara keseluruhan, puisi ini mengajak pembaca untuk menikmati momen embun pagi, melihat keindahan kecil dalam hidup, dan menghargai setiap fase dengan harapan baru.
Semoga bermanfaat!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI