Hashtag belajar di sela feed, jeda swipe demi kuliah online,
Seruput boba sembari catat poin, begadang tugas kejar deadline.
IPK dikejar cualan beasiswa, magang dicari biar CV kece,
Story kampus penuh filter kece, pamer intelek ala anak medsos.
Sekolah bukan lagi gedung kotak, gurumu nggak cuma yang pakai toga,
Dunia maya ruang kelas baru, influencer jadi dosen dadakan.
Tutorial skripsi di Youtube bertebaran, bahas jurnal sambil stalking mantan,
Multitasking skill yang wajib dimiliki, belajar sambil eksis biar nggak dibilang ketinggalan.
Pendidikan di genggaman, ilmu di ujung jari,
Tapi serapilah dengan bijak, saringlah sebelum dibagi.
Jangan terjebak like dan komen, carilah makna yang terdalam,
Bangun jembatan dari beragam ilmu, wujudkan mimpi bukan sekadar pamer.
Biarkanlah piala diganti inovasi, prestasi diukur dengan kontribusi,
Jadilah Gen Z yang tak hanya pintar ber-hashtag, tapi juga pemacu solusi.
Buktikan dunia tak hanya maya, nyata kan perubahan dengan karya,
Torehkan tinta emas sejarahmu, bukan sekadar pencari like di dunia maya.
Makna puisi ini adalah:
Generasi Z hidup di era digital, dimana pendidikan tidak lagi terbatas pada ruang kelas tradisional.
Informasi dan ilmu mudah diakses melalui berbagai platform online, namun penting untuk disaring dan dicerna dengan bijak.
Keterampilan multitasking dan adaptasi penting dimiliki Gen Z, namun jangan sampai terjebak pada pencitraan di media sosial.
Fokuslah pada pembelajaran yang bermakna, gunakan ilmu untuk berkontribusi nyata dan memecahkan masalah.
Jadilah Gen Z yang inovatif, kreatif, dan berprestasi, bukan hanya mengejar popularitas online.
Puisi ini mengajak Gen Z untuk memanfaatkan teknologi dan akses informasi yang luas untuk belajar dan berkarya, namun tetap menjunjung tinggi nilai-nilai integritas, kreativitas, dan kontribusi nyata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H