Mohon tunggu...
Sendi Suwantoro
Sendi Suwantoro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua SEMA FTIK IAIN Ponorogo 2023/2024

Jangan pernah meremehkan orang walaupun bersalah jangan memandang diri sendiri ketika punya kelebihan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Punggung Baja, Tangan Api

4 Januari 2024   17:46 Diperbarui: 4 Januari 2024   17:56 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://bali.tribunnews.com/2019/05/01/sejarah-hari-buruh-internasional-atau-may-day-yang-diperingati-tiap-1-mei

Punggung baja, tangan api,

Berdebu tanah, berpeluh mimpi.

Matahari terbit, langkah pasti,

Membangun gedung, menatahi negeri.

Senandung palu, dentingan besi,

Simfoni kerja, lagu besi.

Gergaji meraung, semen menari,

Keringat jatuh, asa tak henti.

Dari gundukan tanah, menara berdiri,

Dari tangan kasar, kota berseri.

Setiap bata, jerih terpatri,

Setiap lantai, doa terukir.

Bukan gelar yang mereka cari,

Bukan pujian yang mereka nanti.

Hanya cukup, untuk keluarga terperi,

Hanya layak, untuk hidup di bumi.

Buruh.. pahlawan tanpa tanda jasa,

Tulang punggung bangsa, senyap bekerja.

Hormati keringat, hargai karya,

Tanpa mereka, kota tak berdaya.

Mari bergandeng, bahu membahu,

Wujudkan mimpi, sama rata untuk semua.

Agar tak ada lagi nestapa pilu,

Dan buruh tani tersenyum sentosa.

Puisi ini menggambarkan kehidupan para buruh yang bekerja keras dengan penuh dedikasi untuk membangun negeri. Dari tangan mereka yang berlumur tanah dan api, tercipta gedung-gedung pencakar langit dan infrastruktur yang menunjang kehidupan modern. Penuh keringat dan doa, mereka menata kota, namun seringkali tak cukup mendapat apresiasi.

Makna yang terkandung dalam puisi ini adalah:

Penghargaan terhadap kerja keras buruh Puisi ini mengajak kita untuk menghargai jerih payah para buruh yang telah berkontribusi besar terhadap pembangunan. Tanpa mereka, kota dan kehidupan modern tidak akan mungkin terwujud.

Pentingnya kesejahteraan buruh Puisi ini menyoroti pentingnya memastikan kesejahteraan para buruh. Mereka layak mendapatkan upah yang layak, kondisi kerja yang aman, dan hak-hak dasar lainnya.

Solidaritas dan keadilan sosial Puisi ini mengajak kita untuk membangun solidaritas dan mewujudkan keadilan sosial. Mari bergandeng tangan untuk menciptakan kondisi yang lebih baik bagi para buruh dan seluruh lapisan masyarakat.

Semoga puisi ini dapat menyentuh hati dan membuka mata kita terhadap kehidupan para buruh yang penuh kerja keras dan pengorbanan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun