Puisi ini menggambarkan keindahan senja di pantai, dengan matahari terbenam yang mem染紅 langit, deburan ombak yang lembut, dan siluet pohon nyiur yang menari. Suasana senja digambarkan dengan kata-kata yang penuh perasaan, seperti pilu, kelu, dan senyap. Namun, di balik keindahan senja ini, tersirat juga makna yang dalam tentang perpisahan, kegelapan, dan harapan.
Makna utama dari puisi ini adalah bahwa meskipun ada saat-saat perpisahan dan kegelapan, selalu ada harapan untuk awal yang baru. Seperti halnya senja yang berganti menjadi malam, dan malam yang berganti menjadi fajar, hidup juga penuh dengan siklus pasang surut. Kita harus belajar untuk menikmati setiap momen, baik yang indah maupun yang sulit, karena semuanya adalah bagian dari perjalanan hidup yang tak terelakkan.
Puisi ini juga mengajak kita untuk belajar dari ombak yang datang dan pergi. Ombak, meskipun terlihat tak berdaya melawan arus, pada akhirnya akan kembali ke pantai. Demikian pula dengan kita, meskipun menghadapi tantangan dan rintangan, kita harus tetap teguh dan bersemangat untuk kembali bangkit.
Dengan demikian, puisi ini bukan hanya sekedar menggambarkan keindahan senja, tetapi juga memberikan pesan tentang pentingnya harapan, ketabahan, dan semangat pantang menyerah dalam menghadapi kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H