Helaian tipis asap tembakau,
Mengurai kisah cinta pilu.
Melekat di jiwa, tak mau beranjak,
Bak bayang kekasih yang hilang jejak.
Setiap kepulan, dendam membara,
Kenangan manis bercampur lara.
Di ujung jari, bara api menari,
Membakar janji yang tinggal arang peri.
Aroma kecut menusuk kalbu,
Menyembunyikan pilu sembilu.
Seperti cinta yang tak berbalas,
Menyayat diam, meski tak menangis.
Asap mengepul, luntur perlahan,
Hilang ditelan udara lautan.
Begitu pula cinta yang sirna,
Tinggalkan duka menggerogoti sukma.
Namun, di sela kepulan kelabu,
Ada secercah harapan baru.
Seperti bara yang padam dan dingin,
Masih ada ruang untuk cinta yang lain.
Jadi, biarkan asap berlalu pergi,
Hancurkan belenggu cinta yang mati.
Dengan hembusan napas yang lega,
Sambut cinta baru, jangan terjebak nestapa.
Makna Puisi:
Puisi ini menggambarkan bagaimana asap rokok dapat menjadi metafora untuk cinta yang telah pudar dan menyakitkan. Aroma dan sensasi asap dihubungkan dengan perasaan pahit, kekecewaan, dan kenangan yang sulit dilupakan.Â
Namun, di balik kesedihan tersebut, puisi ini juga menawarkan harapan. Layaknya asap yang pada akhirnya menghilang, ada kemungkinan untuk melepaskan diri dari bayang-bayang cinta yang telah berakhir dan membuka diri untuk cinta yang baru.Â
Pesan utamanya adalah walaupun cinta lama meninggalkan luka, janganlah terjebak di dalamnya. Biarkan ia berlalu dan belajarlah untuk menerima cinta yang baru dengan harapan dan keberanian.