Langit kelabu, merajut senja
Hujan turun, memeluk sukma
Dingin menusuk, sunyi menyapa
Aroma hitam, pekat membangkitkan
Semangat beku, yang kian padam
Seruput demi seruput, perlahan menghidupkan
Asa yang sempat, nyaris tenggelam
Di tiap bulir hujan, ada cerita
Tentang rindu, tentang duka
Di hembusan angin, ada bisikan nada
Tentang cinta, tentang sukma
Secangkir kopi, wadah renungan
Menyatu padu, dengan alam semesta
Menikmati hening, dalam gemuruh hujan
Mencari makna, di tiap butir yang jatuh
Makna hening, tentang kedamaian
Makna syukur, atas pemberian
Makna rindu, yang kan terobati
Makna cinta, yang kan abadi
Hujan reda, senja pergi
Secangkir kopi, tinggal sendiri
Menyimpan kisah, dalam sunyi
Hingga mentari, kembali berseri
Arti dari Puisi
Puisi ini menggambarkan suasana sendu dan sunyi akibat hujan dan mendung. Secangkir kopi menjadi teman setia, yang membangkitkan semangat dan menemani renungan. Hujan dan kopi dijadikan sebagai metafora untuk berbagai perasaan dan pengalaman hidup, seperti rindu, duka, cinta, dan sukma.
Hujan diibaratkan sebagai pembersih, yang membawa pergi keburukan dan kesedihan. Kopi diibaratkan sebagai semangat, yang menghidupkan kembali asa dan harapan. Hening di sela hujan dijadikan sebagai momen perenungan, untuk menemukan kedamaian dan rasa syukur.
Pada akhirnya, hujan reda dan secangkir kopi pun habis. Namun, kisah dan makna yang terkandung di dalamnya tetap tinggal, menunggu mentari kembali bersinar.
Puisi ini mengajarkan kita untuk:
Menikmati keindahan dan hikmah dari setiap keadaan, baik suka maupun duka.
Menemukan kekuatan dan kedamaian di dalam diri sendiri.
Mensyukuri setiap pemberian hidup, sekecil apapun.
Menjalani hidup dengan penuh kesadaran dan makna.
Semoga puisi ini dapat membawa ketenangan dan inspirasi bagi pembaca.