Cerpen ini menceritakan tentang seorang gadis yang suka membaca dan menulis. Namanya Gia, dia berasal dari desa terpencil, tetapi semangatnya untuk membaca sangat tinggi. Gia selalu pergi ke perpustakaan satu-satunya yang ada disekolahnya. Namun, pada suatu hari saat gia melangkah masuk ke perpustakaan tiba-tiba buku-buku berjatuhan seperti daun yang gugur, rak-rak kayu roboh dan ada suara dentuman yang keras dari luar yang membuat badannya bergetar ketakutan.
Selain itu ada seorang kurir JNE yang bekerja baru beberapa bulan, ia bernama Ian. Ian sangat senang saat akan mengantarkan paket ke kampung kecil yang isinya orang-orang yang bermimpi untuk menjadi besar. Dalam perjalan terjadi hujan deras, tetapi ditengah perjalanan ia dihentikan oleh bapak-bapak tua yang sedang berteduh dipangkalan ojek, kemudian ia berkata :
"Gak bisa jalan lewT itu, tadi ada longsor, jalannya sudah ketutup takutnya nanti longsor lagi didaerah sini rawan soalnya, tunggu reda aja hujannya" dan disahut lagi oleh tukang ojek, ia berkata :
"Jangan kemana-kemana dulu, pak. Bahaya mending puter balik aja, kayaknya longaor juga besar kalau hujannya deras kayak gini"
Butuh waktu 2-3hari agar jalannya narmal kembali. Setelah 2 jam menunggu ian memutuskan untuk kembali kekantor dan melapor kepada kepala kantornya untuk mengirim paket 2 hari lagi.
2 hari kemudian ian kembali ke desa terpencil itu untuk mengantarkan paket yang tertunda dengan penuh semangat. Betapa kagetnha gia teryata yang mengantar paketnya ialah ian, teman SMAnya. Dan sejenak mereka mengobrol masa SMA dan bertanya mengenai kegiatan masing-masing. Dengan pertemuan yanv tanpa disengaja ini Gia dan Ian merasa bahagia.
Dari sinopsis cerpen diatas, dapat dipahami bahwa dalam cerpen itu bermaksud menyampaikan pesan jika kita harus banyak membaca untuk menambah ilmu, dan dengan membaca kita dapat mengetahui sesuatu yang awalnya tidak kita ketahui. Jangan menjadikan tempat tinggal (daerah terpencil) sebagai alasan kita untuk membaca. Dari cerpen itu juga dapat dilihat bahwa untuk mencari sebuah kebahagiaan itu tidaklah sulit, karena pada dasarnya bahagia itu sederhana.
Semakin sering dan banyak membaca maka kita semakin banyak berpikir, dan semakin banyak buku yang dibaca, maka kita semakin merasa bahwa kita tidak mengetahui ala-apa. Bahagia itu sederhana, kebahagiaan itu kita yang mencari sendiri dan bergantung pada diri kita sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H