Mohon tunggu...
Senandung Rindu
Senandung Rindu Mohon Tunggu... -

Ingin berbagi cerita dengan semua orang, karena dengan berbagi kita akan mendapatkan tambahan ilmu yang baik, insya Allah akan menyelamatkanku dari kobaran api neraka di akhirat kelak. Insya Allah!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dengan Kue Serabi, Dasini Mampu Membesarkan Kelima Anaknya

27 Mei 2011   05:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:09 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kaliwedi Lor, Jum’at, 27 Mei 2011

Oleh: Senandung Rindu – detakNews.com

[caption id="attachment_110749" align="alignright" width="300" caption="Dasini, perempuan desa yang ulet"][/caption]

S

ERABI, adalah nama jenis kue yang bahan bakunya dari tepung beras yang diberi santan dan sedikit garam. Kue ini rasanya gurih dan sangat cocok untuk sarapan pagi ditemani secangkir kopi atau teh manis.

Kue Serabi ini ada kemungkinan merupakan makanan khas orang Cirebon.

Membuat kue serabi tidaklah sulit. Caranya tepung beras lalu dicampur dengan air putih, air santan kelapa dan garam, kemudian diaduk-aduk dengan menggunakan sendok sayur sampai merata. Dalam membuat adonan ini harus diperhitungkan menghasilkan kue serabi yang empuk dan gurih.

[caption id="attachment_110750" align="alignleft" width="300" caption="Dasini memulai mencetak serabi"][/caption] Setelah bahan selesai diaduk, lalu dituang ke dalam sebuah cetakan yang terbuat dari tanah liat. Cetakan serabi dibakar di atas tungku. Adonan serabi yang sudah dituang tadi kemudian ditutup, dan didiamkan untuk beberapa saat. Setelah nampak kue serabi itu memuai barulah diambil. Cara mengambilnya menggunakan alat seperti serokan ketika kita menggoreng lauk. Dalam keadaan serabi masih mengepulkan asap lalu kita santap, disinilah nikmatnya makan kue serabi. Jangan dimakan bila kue serabi sudah dingin karena rasa serabinya sudah hilang jadi tidak nikmat lagi.

Adalah Dasini (+ 58 tahun), satu-satunyaorangyang masih menekuni pekerjaan sebagai pedagang kue serabi. Menurut pengakuannya, pekerjaan ini lebih ditekuni semenjak suaminya, Warta, meninggal dunia. Karena sejak itu, Dasini bertindak sebagai ibu dan sekaligus ayah. “Anak saya lima orang, kalau tidak berdagang mau makan apa? Sedangkan keahlian saya sejak dulu seperti ini,” terang Dasini.

[caption id="attachment_110751" align="alignleft" width="300" caption="Dasini, sedang menggoreng bakwan dan cipeng"][/caption] Untuk mendapatkan penghasilan lebih, selain berjualan kue serabi ia pun membuat kue lain, seperti Bakwan, Pisang goreng, Tempe goreng, Odading, Buras, dan Cipeng. Kesemua kue dibuatnya sendiri.

Selesai Sholat Isa

Untuk mempersiapkan semua dagangannya dimulai selesai sholat Isa. Biasanya yang didahulukan mengerjakan kue Buras. Kue yang bahan bakunya beras yang dibungkus daun pisang dan di dalamnya diisi dengan bumbu yang terbuat dari oncom, irisan cabe dan sedikit garam dan selanjutnya Buras itu di kukus. Sambil menunggu buras matang, Dasini membuat kue yang lainnya. Kalau semuanya sudah selesai baru mengerjakan kue serabi.

Berbagai macam kue yang dibuatnya tidak menjualnya sendiri. Setiap pagi datang beberapa orang yang mengambil kue untuk dijual keliling kampung. “Kurang lebih ada 4 orang,” jelasnya.

[caption id="attachment_110752" align="alignright" width="300" caption="Dasini sedang mengatur api di tungku"][/caption] Keuntungan yang didapat dari berbagai macam jenis kue yang dibuatnya ini mampu menghidupi dan membesarkan kelima anaknya hingga berumah tangga, “Alhamdulillah, anak-anak saya telah berumah tangga semua, dan telah memberi beberapa orang cucu,” akunya nampak kebahagiaan di raut wajahnya.

Dasini, yang bertempat tinggal di Dusun II (Mejasem), Desa Kaliwedi Lor, Kecamatan Kaliwedi, Kabupaten Cirebon, tidak mampu membuat rincian keuntungan dari dagangannya. Pasalnya ia tidak pernah menghitung. Baginya, yang penting, bisa menghidupi anak-anaknya dan pada saat bahan baku habis bisa membeli. “Yang jelas keuntungannya, kami sekeluarga bisa makan setiap hari dan usaha saya masih tetap berjalan.”

[caption id="attachment_110753" align="alignleft" width="300" caption="Inilah kue-kue yang dibuat Dasini"][/caption]

Begitulah sekelumit kisah hidup seorang perempuan kampung. Kita merasa salut dan bangga dengan ketekunan, keteguhan hatinya menyelamatkan keluarganya walaupun dalam keterbatasan yang amat sangat. Sangat berlawanan dengan para penguasa yang selalu merasa tidak pernah puas dengan penghasilan yang didapatnya. Mereka tidak pernah berpikir bahwa rakyatnya masih banyak yang berada dalam garis kemiskinan. Dasini, dalam hidupnya tidak pernah berangan-angan yang muluk-muluk. Tidak pernah mengharapkan uluran tangan dari mana pun juga. Ia hanya berharap semoga Allah SWT memberi kesehatan, dan usahanya akan tetap berjalan. Itu saja. “Saya sadar saya ini siapa? Sudah bisa makan, bisa menghidupi anak-anak sudah syukur alhamdulillah.” Katanya menutup perbincangan.

Foto2: dok.penulis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun