Begitu nama -nama mentri di kabinet Jokowi diumumkan saya sontak terkejut, ada salah satu nama yang sudah tak asing bagi saya, Susi Pudjiastuti pemilik sekaligus Presdir PT ASI Pudjiastuti Marine Product, dan pemilik maskapai penerbangan Susi Air.
OK, dia memang wanita pengusaha sukses tapi untuk jadi seorang menteri?? Ga salah nich Pak Jokowi, presiden kesayangan saya, masak lulusan SMP dipilih dan dijadikan pembantu presiden??Yang bener aja lo Ndro!! Weleh, tampilan luarnya juga ga biasa banget, perempuan itu bertato, bayangin kita punya menteri bertato, macam artis saja...
Saya jadi meragukan "kewarasan" perempuan itu , mau bukti untuk mengetes "kewarasan" si Ibu :
1. Bisa bersekolah di SMA 1 Jogja menunjukkan di anak yang pintar, ga mungkin siswa dengan nilai akademik tinggi bisa sekolah di SMA favorit itu. Eh malah pilih keluar gara-gara aktif menyuarakan "golput" diera orba. Kalo sekarang mah orang bebas bilang "gue golput nich" coba ngomong gitu dijaman orba bisa ilanggg 'bo. Nah tu Bu Susi apa ga eman eman ya dikeluarin, bayangin diumur 17an dia sudah berani melawan tirani otoriter. Lha anak sekarang umur segitu masi labil-labilnya, bisanya cuma nodong uang ke ortu, ga dibeliin gadget ngamuk..Hadeehhh....Begini kata wanita itu "“Saya merasa nggak happy saja. Untuk apa saya lanjutkan? Ini hidup saya. Saya ingin memutuskan sendiri hidup saya,"
2. Biarpun anak kontraktor dan Ibunya tuan tanah, pamali bagi dia "tergantung" sama orang tua, bekerja keras, berdiri dengan kaki sendiri, memulai dengan menjadi pengepul ikan. Coba kalo waras, mending ama ortu,apalagi duitnya banyak, apalagi hasil korupsi banyak bisa bantuin cuci uang...
3. Sejak kecil emang sudah "outsider" , bukan perempuan biasa, lha iya, waktu kecil sering bawa orang gila dibawa pulang dimandiin dan dipakein baju,lha anak sekarang ada orang gila yang disorakin lhaahh. Belum lagi sering ke kampung nelayan, ngebantu ngobatin luka mereka. “Padahal sama istrinya sendiri nggak mau diobatin. Ha ha ha.. makanya saya ini selalu dianggap orang gila,”Ya ampun mak repot amat sihhh.
4. Disamping jadi pengepul ikan, sewaktu susah dulu juga berjualan kulit kodok dan kulit ular, ngukur ularnya sendiri. Ga takut digigit mak...Ulet banget sih jadi orang. Susah banget perjuangannya , saya aja pas mau kerja di Jakarta males kalo mesti naek angkot desek2an, banyak juga temen yang pilih nganggur dari pada cape-cape kerja.
5. Jadi perempuan koq jadi pengepul ikan, , ia jatuh cinta pada profesinya sebagai pengepul ikan. Kedekatan dengan dunia nelayan di masa lalu menjadi pemicunya untuk mencoba belajar menjadi pengepul ikan, mbok jadi SPG atao sekretaris aja...aihhhh
6. Kemandirian-lah yang membuat ia “nekat” untuk melakukan segala sesuatu yang sekiranya dapat melancarkan bisnisnya. Namun siapa sangka, pesawat angkut ikan ini kemudian menginspirasinya untuk membuka peluang di bidang pesawat carteran – sebuah peluang bisnis yang masih kosong di Indonesia. si Ibu ini terlalu berani, mbok ya bisnisan di bidang perempuan gitu, jualan kosmetik mungkin? Anak sekarang milih "jagake" lowongan kerja ato jadi CPNS, mo usaha sendiri takuuuttt... tapi dia punya tips: Ia percaya bila ia melakukan bisnis dengan hati, tulus, maka akan tumbuh cinta dan simpati dari banyak orang. Dunia tidak kejam kok. Saya percaya. Yang penting kita harus jujur, kerja keras, menepati apa yang sudah kita janjikan.’"
7. Saat banyak anak berebut warisan dan berharap dapet warisan dari orang tua, anak-anak Bu Susi kayaknya harus gigit jari. Sejak tahun 2000 lalu, ia sudah membuat testamen yang mengatakan bahwa kelak anak-anaknya tidak mewarisi seluruh perusahaannya, melainkan devidennya sebanyak 20%. Setelah pensiun, ia akan menyerahkan perusahaan kepada Yayasan Kaji Ireng yang dibangunnya untuk kepentingan masyarakat, dan menyerahkan pengelolaannya kepada managemen professional. Gilee bener, perusahaan dikasih ke orang, mbok dikasih ke anak sendiri...
8. Ni orang demen banget nolong orang ,“Jangan pernah membayangkan bahwa kebahagiaan saya karena saya memiliki puluhan pesawat. Bukan. Kebahagiaan saya adalah ketika saya bisa memberikan kebahagiaan bagi orang lain,” ujarnya seolah mengingatkan pada kisah orang-orang yang pernah ditolongnya, atau ketika ia menerbangkan ibu-ibu yang tinggal di dekat bandaranya agar mereka merasakan sebuah keajaiban. “Melihat matanya berbinar-binar, itu sebuah keajaiban yang tak bisa diungkapkan dalam kata-kata,”ungkapnya dengan mata berbinar juga. Kisah neneknya, istri Kaji Ireng, yang namanya diambil untuk nama yayasannya begitu menggoda. Setelah pensiun, ia ingin meniru jejaknya, mengabdikan dirinya penuh pada Tuhan, tinggal di masjid yang dibangunnya sendiri, dan membantu masyarakat sekelilingnya.