Mohon tunggu...
Senalda DefaViani
Senalda DefaViani Mohon Tunggu... Perawat - Universitas Indonesia

Mahasiswi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Stigma Negatif Vaksin Perlambat Pembentukan Herd Immunity Indonesia

13 Juli 2021   07:09 Diperbarui: 13 Juli 2021   07:11 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semenjak ditetapkan sebagai pandemi global pada tanggal 11 Maret 2020 oleh World Health Organization virus corona COVID-19 telah menyebabkan kematian sebanyak 4,219 orang di 114 negara (Valerisha & Putra, 2020). 

Di Indonesia sendiri kasus positif COVID-19 terus meningkat, terhitung sejak 2 maret 2020 total kasus positif di Indonesia sampai saat ini (12 Juli 2021) terhitung sudah mencapai angka 2.53 juta dengan kasus penambahan perharinya memiliki rata-rata 34.731. Dengan tingginya angka kasus positif COVID-19 dan angka penambahan perharinya Indonesia dinyatakan sebagai negara dengan angka kejadian infeksi dan mortalitas akibat COVID-19 tertinggi se-Asia Tenggara (Ophinni et al., 2021). 

Oleh karena itu WHO menghimbau kepada seluruh negara untuk terus mengupayakan tindakan preventif dan promotif dalam penanganan COVID-19 ini termasuk di dalamnya adalah vaksin. Upaya pengembangan vaksin terhadap virus etiologi SARS-CoV-2 sejauh ini menjadi kesuksesan yang luar biasa, menghasilkan berbagai modalitas vaksin dalam waktu yang sangat singkat. 

Kandidat yang terdekat menyelesaikan uji klinis fase 3 adalah model vaksin mRNA (buatan BioNTech/Pfizer, Moderna), virus inaktif (Sinovac, Sinopharm), vektor virus (Oxford/ AstraZeneca, Gamaleya, Janssen/Johnson&Johnson, CanSino) dan subunit protein (Novavax). Vaksin yang diproduksi oleh BioNTech/ Pfizer sudah mulai digunakan secara luas sebagai vaksin COVID-19 pertama yang dilisensi (Ophinni et al., 2021).

Pelaksanaan pemberian vaksin di Indonesia sendiri sudah dimulai sejak tanggal 13 Januari 2021 dengan penerima vaksin pertama yaitu Presiden RI Joko Widodo sebagai orang pertama di Indonesia yang disuntik vaksin dengan jenis Sinovac (Muhammad et al., 2021). 

Pendistribusian vaksin sejak tanggal tersebut secara resmi dimulai dan disebarkan ke berbagai daerah di Indonesia hingga total penerima vaksin per 20 Juni 2021 berjumlah 23.043.372 orang untuk dosis pertama dan 12.239.706 orang untuk dosis kedua. Hal tersebut mengartikan bahwa baru sekitar 30,33 persen warga Indonesia yang sudah mendapatkan vaksin, padahal target pemerintah yakni mencapai 30.349.049 orang yang harus mendapatkan vaksinasi COVID-19.

Vaksinasi sendiri didefinisikan sebagai proses pemberian vaksin kepada seseorang yang bertujuan membentuk antibodi yang mampu melawan virus pada seseorang yang telah divaksinasi. Melalui vaksin inilah pemerintah Indonesia optimis bahwa vaksin mampu mengurangi laju angkat positif seseorang terkena COVID-19 dan angka kematian akibat COVID-19 (Muhammad et al., 2021). 

Oleh karena itu, vaksinasi yang dilakukan secara massal dan gratis bagi warga negara Indonesia dinilai dapat menjadi angin segar bagi seluruh masyarakat Indonesia yang sudah lama menunggu adanya upaya pencegahan tersebut. 

Di sisi lain, tidak semua masyarakat Indonesia mampu berpikir positif dan mengikuti arahan pemerintah dalam melakukan vaksinasi ini, tidak sedikit masyarakat Indonesia yang masih merasa ragu terhadap vaksin dan memiliki untuk menolaknya karena rendahnya pengetahuan dan minimnya informasi yang didapatkan oleh masyarakat Indonesia mengenai vaksin ini.

Hal tersebut semakin diperparah dengan maraknya penyebaran hoax mengenai vaksin yang semakin menambah stigma buruk bagi proses vaksinasi di negara Indonesia. 

Penulis juga sebelumnya sudah melakukan studi pendahuluan terkait kondisi persepsi masyarakat Indonesia mengenai vaksin di berbagai daerahn seperti jabodetabek dan luar jabodetabek. Didapatkan hasil bahwa masih banyak masyarakat yang merasa ragu dan tidak yakin akan vaksin ini, bahkan beberapa diantaranya menyebutkan bahwa vaksin mampu memberikan efek negatif dalam tubuh hingga efek kematian. 

Stigma negatif mengenai vaksin ini juga dipengaruhi oleh pola pikir yang bersumber dari informasi yang diperoleh baik secara pendengaran dan penglihatannya yang membentuk persepsi, dilanjutkan dengan adnaya pengaruh terhadap sikap yang nantinya berujung pada pengaruh terhadap perilaku masyarakat terhadap vaksin. Hal ini berarti apabila informasi yang didapatkan kurang jelas atau tidak sampai, maka pola pikir yang terbentuk adalah adanya berbagai efek negatif terhadap vaksin, lalu sikap yang mereka munculkan adalah sikap negatif hingga berujung pada perilaku penolakan (Tasnim, 2021).

Stigma negatif lain yang terdapat di masyarakat Indonesia contohnya yaitu terkait tidak adanya manfaat akan vaksin itu sendiri. Hal ini disebabkan karena fakta bahwa meskipun seseorang sudah mendapat vaksin dua dosis namun masih saja dapat terkena Virus COVID-19 sehingga masyarakat merasa bahwa vaksin ini tidak bermanfaat dan tidak berguna bagi pencegahan COVID-19. 

Selain itu, stigma negatif masyarakat juga berbentuk rasa ketakutan akibat efek vaksin yang ditimbulkan, terlebih bagi mereka yang memiliki riwayat penyakit tertentu seperti Diabetes, Hipertensi maupun Kolesterol. 

Padahal, fakta dilapangannya adalah bahwa setiap orang yang akan melakukan vaksin terlebih dahulu harus melewati proses screening yang melibatkan proses pengecekan suhu, tekanan darah dan menanyakan terkait keluhan yang dirasakan. Selain itu, adanya efek pusing, mual dan demam semakin memperparah rasa ketakutan masyarakat Indonesia untuk mengikuti program vaksinasi yang dicanangkan oleh pemerintah.

Adanya penilaian negatif terhadap vaksin dan perilaku penolakan pada masyarakat Indonesia dapat memperlambat pembentukan kekebalan komunitas atau disebut dengan Herd Immunity. Herd immunity sendiri didefinisikan sebagai kondisi ketika sebagian besar populasi sudah kebal terhadap penyakit menular sehingga dapat memberikan perlindungan tidak langsung atau kekebalan kelompok mereka yang tidak kebal terhadap penyakit menular tersebut (Kementerian Kesehatan, 2021). 

Indonesia memiliki target yaitu sekitar 70% warganya yang harus divaksin agar mampu mencapai herd immunity. Dengan tingginya target yang ditetapkan pemerintah dan kondisi masyarakat Indonesia yang tidak semuanya mendukung program vaksinasi tersebut dapat menjadi hambatan Indonesia dalam mencapai Herd Immunity dalam waktu dekat. 

Padahal pembentukan herd immunity merupakan hal yang penting mengingat jumlah penduduk Indonesia sangatlah banyak sehingga harapannya ketika terdapat 5 orang maka empat dari lima orang tersebut tidak akan terkena suatu penyakit yang dalam hal ini yaitu virus COVID-19.

Keterlibatan peran tenaga kesehatan dan para stakeholder masyarakat sangatlah dibutuhkan dalam perbaikan stigma masyarakat terhadap vaksin. Hal ini disebabkan karena sebagian besar penyebab kekeliruan informasi mengenai vaksin berasal dari lingkungan terdekat seperti keluarga maupun tetangga. Sehingga diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah, kader kesehatan, tokoh masyarakat dan lingkungan keluarga. 

Selain itu, pemilahan terhadap berita hoax dan pencerdasan mengenai informasi vaksin harus terus digencarkan, mengingat stigma negatif mengenai vaksin apabila dibiarkan secara terus menerus dapat menyebabkan kegagalan Indonesia dalam mencapai Herd Immunity. 

Upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan menyebarkan energi dan informasi positif mengenai vaksin, seperti pengalaman pasca vaksinasi yang tidak buruk, pelayanan kesehatan yang sudah cukup mumpuni dan upaya persuasif yang dimulai dari lingkungan terdekat seperti keluarga. 

Sehingga stigma negatif terhadap vaksin pada masyarakat Indonesia dapat ditekan dan pembentukan Herd Immunity dapat dicapai sesegera mungkin dan target 70% warga negara Indonesia yang mendapatkan vaksin dapat tercapai.

Daftar Pustaka

Muhammad, F. F., Yulitania, I., Putri, M. P. O., & Shihab, M. (2021). Pembentukan Persepsi Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi President University tentang Vaksinasi COVID-19. 2020, 1--11.

Ophinni, Y., Hasibuan, A. S., Widhani, A., & Maria, S. (2021). COVID-19 Vaccines: Current Status and Implication for Use in Indonesia. Indonesia Journal International Medicine, 52(4), 388--412.

Valerisha, A., & Putra, M. A. (2020). Pandemi Global Covid-19 Dan Problematika Negara-Bangsa: Transparansi Data Sebagai Vaksin Socio-Digital? Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional, 0(0), 131--137.

Kementerian Kesehatan RI. (2021). Apa Itu Herd Immunity (Kekebalan Kelompok)?

Tasnim Tasnim. (2021). Persepsi Masyarakat Tentang Vaksin Covid-19 Di Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara. Medan: Yayasan Kita Menulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun