Mohon tunggu...
senadi sentosa
senadi sentosa Mohon Tunggu... -

Semua orang bisa merdeka, bisa hidup tanpa harus tergantung pada apapun, bisa melakukan apa yang diimpikan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Masa Depan Bank di Indonesia

26 Mei 2014   22:58 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:05 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Imagine that there is no countries.... imagine no possessions.

Itu sebagian dari lyric lagu karangan John Lennon. Saya belum bisa membayangkan tidak ada negara di dunia ini, apalagi tidak ada barang kepunyaan(possession).

Tapi saya melihat ada kemungkinan di masa depan tidak ada lagi bank. Bank sebetulnya adalah intermediary atau middleman. Bank modern mungkin baru diciptakan sekitar abad 13. Kebanyakan orang tidak tahu siapa pembuat bank atau siapa pembuat uang tapi hampir semua tidak mempertanyakan hal itu. Sejak kecil, setiap orang sekarang diedukasi oleh orang tua atau sekolah tentang uang, menabung di bank dan lain lain.

Kembali ke pernyataan saya tentang tidak ada lagi bank di masa depan. Sekarang makin banyak jalur distribusi yang mengurangi middleman. Makin banyak produsen mencari langsung konsumen. Bagaimana dengan harta simpanan kita? Sekarang kita menaruh di bank dengan harapan kita bisa mendapat kembali simpanan kita, malah kalau bisa lebih banyak. Tetapi apakah bank-bank di Indonesia sesuai dengan harapan kita? Bank-bank yang ada kebanyakan membebankan biaya yang cukup tinggi(biaya administrasi, biaya pembukaan rekening, penutupan rekening dan lain-lain). Sehingga untuk sebagian orang tidak menguntungkan untuk mempunyai rekening. Ini menyebabkan masih banyak orang Indonesia yang tidak memiliki rekening. Belum lagi biaya untuk transfer uang dan jam operasional yang terbatas untuk transfer uang antar bank, apalagi bank di luar negeri.

Biaya untuk operasional bank memang tinggi. Ada pungutan untuk LPS, OJK. Ada biaya untuk memelihara sistem, menjaga dari serangan hacker dan perampok bank. Belum lagi gaji bankir yang cukup tinggi.

Bukan cuma bank di Indonesia yang menghadapi biaya biaya tersebut. Di semua negara juga. Ada lagi biaya untuk menyelamatkan bank dari krisis. Krisis yang biasanya terjadi karena ketamakan atau kecerobohan bankir-bankir. Mereka memang di pacu untuk menghasilkan banyak laba karena pemilik bank mengharapkan laba yang tinggi.

Saya melihat di masa depan tidak ada lagi bank karena hal hal ini. Sekarang sudah banyak private equity fund yang dapat mengantikan tugas bank dalam mencari untung dari harta simpanan. Private equity fund ini dibuat untuk mengelola simpanan pribadi, untuk mendapat keuntungan. Ada juga public fund. Banyak juga yang sudah mahir mengelola sendiri.

Di luar negeri, kepercayaan publik atas bank dan bank sentral berada di level terendah. Ada gerakan Occupy Wall Street yang diikuti dengan Occupy lain lain di negara lain. Ada Will Hammer, kandidat yang mau maju di pemilu Amerika dengan janji kalau terpilih dia akan berusaha untuk menutup Federal Reserve. Ditambah dengan rendahnya bunga di bank, menyebabkan semakin tinggi kemungkinan bank di luar negeri akan berubah fungsinya dan mungkin tidak ada dana pemerintah untuk industri perbankan.

Saya yakin di masa depan yang tidak terlalu jauh lagi, tidak ada lagi bank. Orang akan belajar untuk transfer uang ke orang lain, mungkin dengan smartphone. Orang akan belajar untuk menginvestasikan uang mereka dan belajar untuk berhati-hati. Di luar negeri mungkin akan terjadi lebih dahulu. Kalaupun masih ada, bank akan berubah.

You may say I'm a dreamer, but I'm not the only one.... Sudah makin banyak orang yang memikirkan tentang alternatif untuk transfer uang dengan biaya lebih murah dan untuk mengurangi biaya mahal, yang menginginkan bisa bertransaksi tampa harus ditunda karena system lagi offline.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun