Mohon tunggu...
Senada Siallagan
Senada Siallagan Mohon Tunggu... Penulis - Berpikir Out of The Box
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Telinga dan Lidah Seorang Murid

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tomat Berastagi

24 Mei 2021   19:25 Diperbarui: 24 Mei 2021   19:39 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ujian Nasional telah selesai, semua siswa liburan perpisahan yang didampingi oleh para bapak dan ibu guru. Berastagi menjadi tujuan wisata, mandi di pemandian air panas dan berbelanja buah-buahan atau cenderamata. Reka bersama sahabatnya Niken kali pertama berwisata kesana. Begitu senangnya ketika saatnya membeli oleh-oleh untuk dibawa pulang.

            "Ree, ayo beli stroberi!" Ajak Niken kepada sahabatnya.

            "Yuk, yuk. Oleh-oleh buat papa sama mama aku". Pungkas Reka.

            Mereka berdua segera meninggalkan rombongan dan bergegas mencari penjual stroberi. Dari kejauhan, mereka berdua dipanggil oleh pedagang.

            "Diberu, sini dua puluh ribu saja stroberinya manis." Rayu ibu penjual stroberi.

            "Reka, sepertinya stroberi disini lebih banyak dari yang tadi ya." Niken meyakinkan Reka untuk segera membeli stroberi sebagai oleh-oleh mereka.

            "Iya, nih. Bener". Reka mengangguk tanda setuju.

            Penjual stroberi memberikan stroberi kepada Reka dan Niken agar mereka berdua tertarik untuk membelinya.

            "Ummmm, manis sekali Re." Ucap Niken.

            "Enak, aku suka". Reka mengacungkan jempol kepada Niken.

            Reka dan Niken memberikan uang Rp. 20.000,- kepada ibu penjual stroberi dan mereka berdua segera kembali menemui rombongan karena pada saat itu akan segera pulang dari Berastagi.

            Sesampainya di mobil, mereka berdua mencicipi stroberi yang sudah mereka beli. Ternyata, rasanya tidak sama seperti yang sudah diberikan oleh penjualnya.

            "Ree, kog rasanya seperti tomat ya?" Niken bertanya kepada Reka.

            "Ini seperti tomat ceri, bukan stroberi. Duh, gimana nih?" Wajah Reka menjadi kecewa.

            Mereka berdua turun dari mobil dan segera menemui penjual stroberi.

            "Ibu, kami tadi beli stroberi di sini. Tapi yang ibu berikan adalah tomat". Dengan nada tegas, Reka memberitahukan kepada ibu penjual stroberi tersebut.

            "Kaliankan sudah memakan tomatnya, ini ibu kasih jeruk masing-masing satu saja, ya." Celetuk ibu penjual stroberi kepada Reka dan Niken.

            Reka dan Niken kembali ke mobil karena takut ditinggal. Tetapi mereka menyadari bahwa tidak baik jika pergi meninggalkan rombongan.

            "Ree, tidak mengapa kita bawa oleh-oleh tomat berastagi ini ya?" Tanya Niken.

            "Hehe, kalau aku sih, tidak mengapa. Kita jadikan saja ini suatu pelajaran. Lain kali, pesan ibu guru kita ingat. Harus didampingi kemanapun." Pungkas Reka.

            "Mamakku kan suka memasak ikan teri. Dua kali seminggu biasanya mamak membelinya dari Pajak Horas. Mungkin besok mamak akan memasak ikan teri. Yasudah, aku memberikan tomat Berastagi ini saja supaya bisa menjadi sambal tomat ikan teri. Yakan? Haha." Niken berusaha menunjukkan wajah ceria kembali.

            "Bener sekali, Ken." Reka setuju dengan ungkapan Niken.

            "Haha.. tomat Berastagi, tak akan kita lupa nih." Reka dan Niken sama-sama mengatakannya sembari memberikan tos.

Keterangan       :

Diberu             : puteri

Mamak            : ibu

Pajak              : pasar, tempat transaksi jual beli secara tradisional

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun