Mohon tunggu...
Senada Siallagan
Senada Siallagan Mohon Tunggu... Penulis - Berpikir Out of The Box
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Telinga dan Lidah Seorang Murid

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tomat Berastagi

24 Mei 2021   19:25 Diperbarui: 24 Mei 2021   19:39 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Sesampainya di mobil, mereka berdua mencicipi stroberi yang sudah mereka beli. Ternyata, rasanya tidak sama seperti yang sudah diberikan oleh penjualnya.

            "Ree, kog rasanya seperti tomat ya?" Niken bertanya kepada Reka.

            "Ini seperti tomat ceri, bukan stroberi. Duh, gimana nih?" Wajah Reka menjadi kecewa.

            Mereka berdua turun dari mobil dan segera menemui penjual stroberi.

            "Ibu, kami tadi beli stroberi di sini. Tapi yang ibu berikan adalah tomat". Dengan nada tegas, Reka memberitahukan kepada ibu penjual stroberi tersebut.

            "Kaliankan sudah memakan tomatnya, ini ibu kasih jeruk masing-masing satu saja, ya." Celetuk ibu penjual stroberi kepada Reka dan Niken.

            Reka dan Niken kembali ke mobil karena takut ditinggal. Tetapi mereka menyadari bahwa tidak baik jika pergi meninggalkan rombongan.

            "Ree, tidak mengapa kita bawa oleh-oleh tomat berastagi ini ya?" Tanya Niken.

            "Hehe, kalau aku sih, tidak mengapa. Kita jadikan saja ini suatu pelajaran. Lain kali, pesan ibu guru kita ingat. Harus didampingi kemanapun." Pungkas Reka.

            "Mamakku kan suka memasak ikan teri. Dua kali seminggu biasanya mamak membelinya dari Pajak Horas. Mungkin besok mamak akan memasak ikan teri. Yasudah, aku memberikan tomat Berastagi ini saja supaya bisa menjadi sambal tomat ikan teri. Yakan? Haha." Niken berusaha menunjukkan wajah ceria kembali.

            "Bener sekali, Ken." Reka setuju dengan ungkapan Niken.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun