Mohon tunggu...
Senada Siallagan
Senada Siallagan Mohon Tunggu... Penulis - Berpikir Out of The Box
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Telinga dan Lidah Seorang Murid

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nam Boneng

11 Mei 2021   21:26 Diperbarui: 11 Mei 2021   21:38 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Setiap istirahat sekolah, waktu yang paling di tunggu-tunggu. Di sekolah SD Pelita Bintang, ada kantin yang penjualnya kerap dipanggil dengan "Nam Boneng". Sudah sejak lama dia berjualan disana. Giginya tonggos, memiliki tinggi badan yang sedang dan suka tersenyum. Biasanya anak-anak suka membeli jajanan disana, karena harganya murah.

Sesudah tiba waktunya istirahat, anak-anak SD biasanya langsung berlari berbondong-bondong ke tempat "Nam Boneng" dan memesan yang mereka inginkan.

            "Nam, beli opak satu".  Pinta Opik seraya berebut untuk lebih dahulu diberikan opak.

            "Nam, mau permen ocop bereng". Lanjut Jery sambil memberikan uang gopek, uang lima ratus rupiah.

            "Nam, aku mau roti ganda ya. Tapi uangnya nanti aku kasih. Mama nanti jemput aku pulang, nam". Pesan Reka kepada Nam Boneng.

            "Oh, iya boru". Kata Nam Boneng menyahut Reka setelah melayani pesanan dari teman-temannya terdahulu.

            Sepulang sekolah pukul 13.00 WIB, Reka dijemput oleh mamanya yang pulang dari kantor.

            "Yeayy, mama sudah datang. Aku pulang duluan ya teman-teman". Kata Reka pamit kepada Opik dan Jery.

            "Re, tunggu. Ini ketinggalan buku tulis Matematikamu." Teriak Niken kepada Reka.

            "Terima kasih banyak Niken, kamu baik sekali." Reka mengucapkan terima kasih karena diingatkan oleh teman semejanya yang sudah mulai akrab dengannya.

            Bergegas Reka berlari kearah mamanya. Setelah menemui mamanya, Reka mengatakan bahwa tadi dia memesan roti ganda kepada Nam Boneng dan belum membayarnya. Kebetulan uangnya tinggal dirumah karena buru-buru pergi ke sekolah.

            "Ma, tolong bayarin roti gandaku dong. Tadi uang Reka ketinggalan dirumah." Mama kan pernah bilang, kalau ada apa-apa dan lapar pesan makanan aja ke Nam Boneng. Kalau uang habis, nanti mama yang bayar pulang dari sekolah" Reka menjelaskan.

            "Iya, boru. Ayo, kita menemui Nam Boneng." Mama mengajak Reka sambil memegang tangannya menemui Nam Boneng.

            "Hai, kak. Berapa tadi jajannya boru kita ini?" Tanya mama sambil membuka dompetnya.

            "Rp. 1000,- dek." Jelas, Nam Boneng.

            "Sekalian, kak tolong bungkus tiga lagi roti gandanya. Kebetulan uang yang kupegang Rp. 4.000,-. Hehe". Ucap mama sembari menyerahkan uang kepada  Nam Boneng.

            Setelah memberikan uang kepada Nam Boneng, mama menjelaskan kepada Reka bahwa Nam Boneng adalah mak tuanya.

"Nam Boneng ini, mak tua kamu sayang. Mak tua itu, ibaratnya kakak mamak. Inilah namanya tarombo. Jadi kita bisa mengetahui hubungan kekerabatan kita satu sama lain. Jadi, kenapa dipanggil Nam Boneng oleh semua anak di sekolah, supaya mudah mengenal saja." Mama memberikan pengarahan kepada Reka.

"Oooo, Nam Boneng, berarti mak tuaku ya, seperti kakak mamak. Tapi, Nam Boneng, tidakkah tersinggung dengan sebutan itu? Kan artinya Namboru jelek. Maaf, mak tua". Ujar Reka.

"Enggak, boru. Sudah terbiasa. Itu hanya mengakrabkan mak tua dengan semua anak dan mudah mereka ingat."

"Mauliate da, kak. Mulak ma hami da." Mama dan aku pamit pulang kepada Nam Boneng.

Keterangan

Permen ocop bereng : permen lollipop

Boru : puteri

Namboru : saudara perempuan ayah baik kandung maupun tidak.

Mauliate da, kak. Mulak ma hami da : terima kasih ya, kak. Pulanglah kami, ya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun