Mohon tunggu...
Senada Siallagan
Senada Siallagan Mohon Tunggu... Penulis - Berpikir Out of The Box
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Telinga dan Lidah Seorang Murid

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Indahnya Pelangi

10 Mei 2021   21:05 Diperbarui: 10 Mei 2021   21:08 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal bulan, keluarga Papa Reka biasanya melaksanakan rutinitas berupa makan malam bersama diluar rumah. Saat itu hujan deras dan mereka hendak makan malam di sebuah rumah makan sederhana yang berada di pusat kota. Tiba-tiba hujan berhenti ketika mereka sudah tiba.

            "Ma, itu pelangi kan?" Tanya Reka kepada mama.

            "Iya, sayang". Mengangguk dan memberikan jawaban tanda setuju kepada Reka.

            "Reka tau apa saja warna pelangi?" Tanya papa sembari mengajak mereka memasuki rumah makan.

            "Tau dong, pa. Merah kuning hijau, di langit yang biru." Seraya menjawab pertanyaan ayah, Reka semangat menyanyikan lagu pelangi.

            "Hehe, anak papa pintar. Tapi, sebenarnya pelangi itu ada tujuh warna, sayang". Papa melanjutkan penjelasan kepada Reka.

            "Hah, tujuh warna? Kok banyak amat, pa?"  Reka penasaran ingin menunggu jawaban dari papa.

            "Iya, nak. Sebenarnya itu akibat dari pembiasan cahaya dan memiliki tujuh warna. Ada warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu." Lanjut, papa.

            "Gampang kok nak, mengingatnya. Mejikuhibiniu." Ucap, mama singkat.

            "Mejikuhibiniu. Horeee, mama, papa, aku sudah berhasil mengetahui ketujuh warna pelangi. Terima kasih, mama, papa." Mengangkat tangan dan berteriak menunjukkan wajah ceria karena sudah mengetahui sesuatu yang baru.

            Sembari menunggu pesanan makanan yang sudah mereka pesan, ibu kembali membuka percakapan berkaitan dengan pelangi.

            "Kamu tau tidak, nak. Mengapa pelangi harus memiliki warna yang berbeda?" Tanya ibu.

            "Emang kenapa, ma?" Reka kembali bertanya kepada mama.

            "Nah, perbedaan itu indah, sayang. Coba bayangkan, kalau semua wajah di dunia ini sama. Gimana?" Mama berusaha memberi penjelasan kepada Reka.

            "Sulit dong ma, kita membedakan orang" Pungkas Reka.

            "Benar, nak. Selain itu, pelangi juga memiliki makna yang indah." Lanjut papa.

            "Apa itu, pa?" Tanya Reka lagi sambil menoleh kearah, papa.

            "Sehabis hujan sewaktu langit yang gelap, Tuhan memberikan terang melalui pelangi yang indah." Jawab papa.

            "Reka setuju, pa. Indahnya pelangi." Tanpa sadar Reka begitu takjub akan pelangi ciptaan Sang Kuasa.

            "Oh iya, gimana tadi suasana di sekolah barumu SD Pelita Bintang, sayang?"  Papa bertanya kepada Reka.

            "Menyenangkan kok, pa". Jawab Reka.

            "Syukurlah kalau begitu. Tetap memancarkan keindahan seperti pelangi, nak" Nasihat papa.

            "Siap, bos". Reka menjawab papa sembari menghormatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun