Mohon tunggu...
Mekhanai Siger
Mekhanai Siger Mohon Tunggu... -

Puja Kesuma : Putra Jawa kelahiran Sumatera

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ternyata yang Protes Miss World Kebanyakan adalah Pria

6 September 2013   19:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:15 1018
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak sekali tulisan tentang Miss World di Kompasiana ini dan hampir selalu banjir komentar pro dan kontra, dari banyaknya komentar yang ada saya dapat simpulkan ada 3 alasan utama penolakan ajang Miss World.

1. Karena di anggap (baru dianggap ya) melecehkan dan merendahkan wanita, dari banyaknya artikel dan komentar yg kontra dengan MW kebanyakan di tulis oleh pria walaupun memang ada kaum hawa yg menolak dan juga di banyak berita di televisi yg memprotes MW adalah ormas macam FPI, HTI dkk yg notabene semuanya adalah kaum pria? Pertanyaannya ada apa dengan pria-pria ini? Kalau memang ajang ini melecehkan perempuan tentu perempuan-perempuan Balilah yg pasti menjadi pemrotes pertama dan paling keras karena acaranya diadakan di Bali, lagi, sampai detik ini belum ada 1 pun kelompak perempuan berdemo memprotes ajang ini. Kalau kebanyakan kaum perempuan saja santai menanggapi ajang MW kenapa justru kaum pria macam FPI, HTI dkk yg repot? Entahlah mereka sendiri yg tau.

2. Tidak sesuai dengan budaya Indonesia dan adat ketimuran, alasan ini juga begitu dominan, tapi tiap kali ditanya budaya Indonesia mana dan adat ketimuran yg mana yg di langgar tidak pernah ada yg bisa menguraikan secara rinci dan jelas mana yg dilanggar, kalau mengatakan terlalu terbuka menampilkan aurat sebenarnya dengan begitu kita sudah menyakiti sodara-sodara kita sendiri seperti suku Anak Dalam di Jambi dan banyak suku di Papua yg sampai detik belum mengenal pakaian, mereka juga bagian dari Indonesia yg juga menganut adat ketimuran, toh mereka juga terbuka dan lebih hebatnya dikalangan mereka tidak terjadi pelecehan seksual bandingkan dengan banyaknya pelecehan seksual yg ada di kota. Berarti yg terbuka tidak selalu berkonotasi positif tergantung cara pandang kita, kalo pikiran kita positif ya no problemo. Mungkin cara pandang para pemprotes terhadap perempuanlah yg harus di benahi. O ya, budayawan Bali gak merasa keberatan ajang MW di Bali karena memang mereka sadar ajang ini tidak merusak adat budaya Bali yg terkenal sudah mengakar kuat dan secara finansial menguntungkan promosi wisata Bali.

3. Tidak sesuai syariat islam, saya maklumi karena memang yg protes kebanyakan ormas islam seperti FPI, HTI, FUI dkk, tapi Āƥă mereka gak sadar kalau Indonesia bukan negara islam? Selebihnya terserah penilaian pembaca.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun