Mohon tunggu...
Semuel S. Lusi
Semuel S. Lusi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Belajar berbagi perspektif, belajar menjadi diri sendiri. belajar menjadi Indonesia. Belajar dari siapa pun, belajar dari apapun! Sangat cinta Indonesia. Nasionalis sejati. Senang travelling, sesekali mancing, dan cari uang. Hobi pakai batik, doyan gado-gado, lotek, coto Makasar, papeda, se'i, singkong rebus, pisang goreng, kopi kental dan berbagai kuliner khas Indonesia. IG @semuellusi, twitter@semuellusi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Enigma Wajah Orang Lain dalam Kepungan Covid-19

15 April 2020   13:44 Diperbarui: 16 April 2020   02:34 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: AFP via BBC.com

Sebagai enigma, wajah tidak dapat ditangkap, karenanya tidak dapat dijadikan pengetahuan disebabkan merupakan jejak (trace) dari Yang-Tak-Terbatas (the Infinity).

Bagi Levinas wajah orang lain merupakan jejak (trace) Yang-Tak-Terbatas. Konsep jejak Yang-Tak-Terbatas milik Levinas ini rumit dan oleh Thomas Hidya Tjaya (ibid) disebut tricky. 

Kita tidak bisa menganggap Yang-Tak-Terbatas itu sebagai inkarnasi dari Yang Ilahi, kecuali jika kita menganggap Levinas sedang berteologi. 

Dalam filsafat Barat, seperti dicatat oleh Tjaya  konsep Yang-Tak-Terbatas ini seringkali digunakan untuk merujuk kepada sesuatu yang disebut Tuhan. 

Yang-Tak-Terbatas, yang meninggalkan jejak sebagai wajah orang lain, bersifat melampaui Ada (realitas). Yang-Tak-Terbatas meninggalkan jejak karena tidak bisa dibuat imanen atau bagian dari Ada itu. 

Yang-Tak-Terbatas juga tidak pernah menjadi representasi pemikiran manusia. Itulah keberlimpahan Yang-Tak-Terbatas yang tidak mampu ditampung oleh cawan mungil pengada (beings) yang sangatterbatas.  

Jejak Yang-Tak-Terbatas yang manifes pada wajah si kakek itulah yang membuat Anda tidak tenang lalu meninggalkan urusan di Bank dan pergi mencarinya. Bahkan, seakan itu terus mengikuti, menghantui, karena wajah tidak pernah dapat dibunuh ataupun disingkirkan.  

Lewat wajah macam itulah, pejumpaan dengannya langsung mengikat tanggung jawab atasnya. Himbauan tanggung jawab itu bersifat wahyu mendahului perjumpaan, karenanya tidak ada kata lain, kecuali: “inilah aku, yang siap bertanggung jawab.”  

Terpatrinya jejak Ilahi pada wajah orang lain membuat kita goncang, gentar dan tak berkutik ketika berhadapan dengannya. Tetapi, sekaligus kita menjadi “kuat,” sebab oleh penuaian tanggung jawab itu kita dimungkinkan menjalani tugas suci sebagai penggenap sebuah wahyu. Siapkah?                                   
IG Semuel Lusi 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun