Mohon tunggu...
Semuel S. Lusi
Semuel S. Lusi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Belajar berbagi perspektif, belajar menjadi diri sendiri. belajar menjadi Indonesia. Belajar dari siapa pun, belajar dari apapun! Sangat cinta Indonesia. Nasionalis sejati. Senang travelling, sesekali mancing, dan cari uang. Hobi pakai batik, doyan gado-gado, lotek, coto Makasar, papeda, se'i, singkong rebus, pisang goreng, kopi kental dan berbagai kuliner khas Indonesia. IG @semuellusi, twitter@semuellusi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat Teknologi, Mungkinkah Teknologi Mengendalikan Manusia?

22 Maret 2020   04:26 Diperbarui: 24 Maret 2020   11:10 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kelas kursus filsafat-3 (Dokpri)

Dan, dengan demikian realitas virtual menjadi surga baru, tanpa Tuhan, tanpa negara, tanpa agama, layaknya lagu the Beatels, Imagine, yang dirilis 1970-an?

Bagi penganut pendekatan instrumentalis dan antropologis, jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas bisa jadi, YA. Dan, dengan demikian, menjadi goodnews bagi para teknofilia (pemuja teknologi). Namun krisis bagi kelompok lainnya.

Pendekatan ontologis ala Heidegger dengan tegas mengingatkan kita, bahwa teknologi sejatinya hanyalah jejak mamusia (Dasain). Dimana ada teknologi di situ pasti ada manusia. Manusialah subyek bagi teknologi, dan bukan sebaliknya.

Kelas kursus filsafat-3 (Dokpri)
Kelas kursus filsafat-3 (Dokpri)
Mendudukkan teknologi sebagai ontologi, Heidegger maknai teknologi secara non-teknologis, yaitu "cara kebenaran mengungkapkan dirinya." Dalam hal ini teknologi bukan sekadar alat, bukan sekadar aktivitas, bukan juga sistem; melainkan cara pengungkapan diri dari kebenaran (aletea) atau dari Ada itu sendiri.

Sebagai Ada, teknologi menyingkapkan diri dengan cara yang tertentu, yang disesuaikan dengan potensialitas dan kemampuan penerimanya. Di sini Ada menyingkapkan diri dengan caranya sendiri, menurut kehendaknya sendiri, dan penerima tidak punya pilihan kecuali menerima sebagaimana adanya teknologi itu.

Ada atau teknologi menyesuaikan diri dengan kemampuan penerima agar bisa menerima penyingkapan Ada itu. Bagaimana perihal "teknologi sebagai kebenaran yang menyingkapkan dirinya di hadapan penerima" ini dipahami?

Heidegger menjelaskan beberapa 'corak penyingkapan.' Pertama, poiesis, yang diartikan sebagai Her-vor-bringen atau bringin-forth (mengemukakan-kehadapan), untuk menyebutkan sesuatu yang belum ada menjadi ada.

Dalam The Question Concerning Technology, Heidegger menjelaskan padanan kata lainnya, yaitu berlegen, yang diasalkan dari kata dasar Yunani, "legein," "logos."

Legein sendiri berakar dari kata apophainesthai, yang berarti to bring forward into appearance (membawa-ke-depan-dalampenampakan). Teknologi merupakan jenis "ada poisis," yaitu disingkapkan atau dikemukakan ke hadapan agar nampak/terlihat, dengan kata lain perlu dibantu untuk dihadapkan.

Seorang pembuat patung atau pencipta syair maupun lagu telah 'mengemukakan-ke-hadapan' sehingga menampak. Penemu computer, internet, facebook, WhatsApp, lagu atau musik, teori, adalah penyingkap realitas, yang telah "membawa-ke-hadapan-dalam penampakan."

Kelas krusus filsafat-4 (Dokpri)
Kelas krusus filsafat-4 (Dokpri)
Dengan pemahaman demikian, Filsafat Teknologi membantu kita memahami teknologi secara lebih hakiki, sesuai dengan fitur-fitur khas teknologi itu sendiri yaitu sebagai manual yang dilekatkan padanya oleh Dasein.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun