Namun, harus diakui sekali lagi, betapapun Ibnu Sina dan Ibnu Rushd 'mengangkat derajad' para pemikir filsafat Arab, akar pemikiran filsafatnya menancap kuat pada filsafat Yunani, khususnya Aristoteles (Ibnu Rushd). Karena itu, sejumlah komentator menyebut Ibnu Rushd sebagai filsuf Yunani yang berbahasa Arab. Â Apa pun itu, pemikiran dan peran Ibnu Rushd dalam sejarah filsafat dunia tidak dapat diabaikan. Sebagai catatan, bahan ini hanya bersifat pengantar untuk diskusi singkat, sehingga tidak memuat seluruh kekayaan berpikir kedua filsuf besar ini, disamping kenyataan bahwa saya tidak pernah mempelajari secara khusus dan mendalam terhadap ajaran keduanya.
Harap diperhatikan, bahwa pergeseran dari corak filsafat Platonian (yang bersifat metafisik dan 'tuhani') pada periode kedua abad pertengahan ke filsafat Aristotelian di periode puncak atau akhir, nampaknya, meski tanpa disengaja, Â merupakan sebuah pengkondisian ke arah kebangkitan akal budi yang 'membunuh' induknya. Â Pengkondisian ini membuka jalan masuk ke periode renaissance dan pencerahan (aufklarung) sebagai gerbang menuju Filsafat Modern.
Referensi  Rujukan
Gaarder, Jostein, 2016, Dunia Sophie Sebuah Novel Filsafat, (Alihabahasa oleh Rahmani Astuti), Penerbit Mizan
Simon P.L.Tjahjadi, 2004, Petualangan Intelektual Konfrontasi dengan Para Filsuf dari Zaman Yunani hingga Zaman Modern, Penerbit Kanisius
Kuliah Komunitas Salihara oleh DR.Luthfi Assyaukani di Youtube: https://www.youtube.com/watch?v=R2hYOgkyWaI&t=4016s
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H