Jiwa (al-Nafs) memiliki daya--daya sebagai derivatnya dan atas dasar tingkatan daya--daya tersebut, pada diri manusia terdapat tiga jiwa (al-nufus al-tsalatsah), yaitu:
Pertama jiwa tumbuhan (al-nafs al-nabatiyah) merupakan tingkatan jiwa yang paling rendah dan memiliki tiga daya 1) daya nutrisi, 2) daya tumbuhdan 3) daya reproduksi. Dengan ketiga daya ini manusia berpotensi makan, tumbuh dan berkembang biak seperti halnya tumbuh-- tumbuhan.
Kedua, jiwa hewani/sensitive (al-nafs al-hayawaniyah) yang memiliki dua daya , yaitu daya penggerakdandaya persepsi. Pada penggerak terdapat dua daya lagi yaitu daya pendorong (al-baitsah) dan 2) daya berbuat (al-fa'ilah). Hubungan antara daya pertama dengan daya kedua sebagaimana hubungan daya potensi dan aktus, tetapi keduanya bersifat potensial sebelum mencapai aktualisasinya. Yang pertama merupakan kemauan dan yang kedua merupakan kemampuan. Dengan jelas pemikirannya ini bersumber dari Aristoteles, yang sebelumnya juga telah dikembangkan filsuf Islam pendahulunya yaitu Al Ghazali.
Ketiga, jiwa rasional (al-nafs al-natiqah). Mempunyai dua daya  yakni daya praktis (al-'amilah) dan daya teoritis (al-alimah). Daya praktis berfungsi menggerakkan tubuh melalui daya--daya jiwa sensitive / hewani sesuai dengan tuntutan pengetahuan yang dicapai oleh akal teorities. Akal praktis merupakan saluran yang menyampaikan gagasan akal teoritis kepada daya penggerak
Tuhan adalah " a necessary existence in itself," sementara alam adalah 'a necessary existence' karena Tuhan." Â Yang pertama lebih mulia dari pada yang kedua. Artinya, derajad alam lebih rendah dari Tuhan. Alasannya, karena waktu tidak ada sehingga kalau berbicara eksistensi maka hanya dibedakan oleh derajad perwujudannya saja.
Ibnu Rushd dan Ajarannya
Nama lengkapnya Abu Walid Muhammad Ibnu Muhammad Ibnu Rusyd dilahirkan di Cordova sebuah kota di Andalus (Vandalus) tahun 1126, dan meninggal 1198. Popular dengan nama Ibnu Rushd, yang di Barat ia dikenal dalam nama Latin Averroes. Ia hidup pada periode puncak abad pertengahan. Kalau pada periode ini Aristoteles diakui sebagai filsuf utama, maka Ibnu Rushd disebut sebagai komentator utamanya. Proyek filsafatnya berpusat pada upaya untuk mengharmoinisasi ajaran Islam dan Filsafat.
Ajaran tentang akal budi. Dengan merujuk Aristoteles, Â Rushd mengajarkan bahwa akal budi adalah 'the first intellect.' Ungkapan terkenal untuk menggambarkan pemikiran Ibnu Rushd adalah, "Alquran memuat wahyu yang oleh Allah sendiri disampaikan kepada manusia, sedangkan filsafat Aristoteles adalah kebenaran tertinggi."Â Dalam ungkapannya sendiri terlihat lebih menukik, "berkat penyelenggaraan ilahi, Sang Filsuf Agung Aristoteles tampil dalam panggung sejarah umat manusia untuk membantu manusia mengetahui apa yang perlu diketahuinya. Filsafat adalah sahabat putri dari agama dan saudarinya sesusu."
Apabila Alquran mengajarkan sesuatu yang sama dengan akal budi (sesuai ajaran Aristoteles) maka itu mutlak benar. Tetapi, apabila yang diajarkan itu bertentangan dengan akal budi, maka ayat-ayat Alquran itu harus ditafsirkan menurut makna yang dapat diterima oleh akal budi Aristotelian.
Bagi Ibnu Rushd, Allahnya Aristoteles, yaitu "the first unmove mover," adalah juga Allah sebagaimana diajarkan Alquran, yaitu Allah Maharahim. Â Keduanya merupakan satu prinsip abadi yang dengan kehendak Allah menggerakkan segala sesuatu di dalam dunia materi dari kekal hingga kekal. Namun, sebagai penggerak utama, Tuhan hanya pencipta gerakan awal, kemudian gerak-gerak selanjutnya diciptakan oleh akal-akal selanjutnya.
Mengikuti pandangan Aristoteles Ibnu Rushd mengajarkan bahwa Tuhan hanya mengetahui keberadaan-Nya sendiri. Ini merupakan keniscayaan agar Tuhan tetap terjaga keesaan-Nya, sebab bila Tuhan mengetahui keberagaman segala sesuatu akan berarti Tuhan juga mempunyai keberagaman dalam diri-Nya. Dengan demikian ajaran ini meletakkan Tuhan semata-mata berada dalam zat-Nya sendiri dan tidak ada yang lain. Ini dapat dibandingkan dengan ajaran Arsitoteles bahwa "Tuhan" adalah actus murni yang tidak tergantung, termasuk tidak menyebabkan, apa pun di luar dirinya.