Mohon tunggu...
Semuel S. Lusi
Semuel S. Lusi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Belajar berbagi perspektif, belajar menjadi diri sendiri. belajar menjadi Indonesia. Belajar dari siapa pun, belajar dari apapun! Sangat cinta Indonesia. Nasionalis sejati. Senang travelling, sesekali mancing, dan cari uang. Hobi pakai batik, doyan gado-gado, lotek, coto Makasar, papeda, se'i, singkong rebus, pisang goreng, kopi kental dan berbagai kuliner khas Indonesia. IG @semuellusi, twitter@semuellusi

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Jelang Partai Puncak World Superseries Finals 2017, Ini Faktor Penentu Kemenangan Gideon/Kevin

17 Desember 2017   01:30 Diperbarui: 18 Desember 2017   08:34 4401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kevin Sanjaya/Marcus Gideon di laga kedua Dubai Super Series Finals 2017| Sumber: PBVSI

Turnamen Dubai World Superseries Finals 2017 segera memasuki babak Final.  Dari tiga tim yang mewakili  Indonesia, dua berhasil menembus hingga partai semi final, yaitu pasangan ganda campuran Liliyana Natsir/Tantowi Ahmad, dan pasangan ganda putra Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo (Gideon/Kevin).  Setelah Tontowi/Liliyana dikalahkan Zheng Siwei/Chen Qingchen di babak empat besar, tinggal  Gideon/Kevin yang melaju ke partai  puncak (final). Meski hanya menempatkan satu wakil di partai final, capaian ini sudah prestasi hebat mengingat para pemain di turnamen ini terpilih hanya yang menempati rangking tinggi. Persaingan sangat ketat karena meski berbeda rangking umumnya mereka sudah pernah saling mengalahkan. Tentu saja kita berharapGideon/Kevin  bisa menjawab harapan masyarakat Indonesia atas kekecewaan di turnamen yang sama tahun sebelumnya  dimana Indonesia pulang dengan tangan hampa.

Dengan masuknya Gideon/Kevin ke babak final berarti pasangan ini makin dekat ke pemecahan rekor sebagai peraih gelar Superseries terbanyak dalam musim kompetisi. Sekarang pun sudah ada rekor yang mereka cipta, yaitu 10 kali masuk final dalam musim kompetisi Superseries. Namun, tentu akan lebih lengkap bila memenangkan turnamen penutup musim berhadiah 1 juta USD ini.

Setelah sempat kalah dari pasangan Jepang, Kumura/Sonodo dalam putaran penyisihan di Grup A dan hanya menjadi runner-up, di semi final pemain terbaik dunia tahun 2017 ini bertemu kembali dengan pasangan Jepang yang diunggulkan di rangking lima itu, dan berhasil membalas kekalahannya. Jalannya pertarungan tidak mudah. Sempat rally-rally panjang sampai 81 kali pukulan. Jelas saja menguras stamina.  Tetapi Gideon/Kevin akhirnya menang rubber set  21-10, 18-21, 21-16 dengan durasi lebih dari 1 jam (sekitar 67 menit).

Pada seleksi grup nampak sekali pasangan yang diunggulkan di peringkat satu  ini tidak dalam kondisi prima. Banyak kesalahan dibuat sendiri. Service maupun smash Gideon banyak gagal. Ternyata Gideon mengalami gangguan pada syaraf leher  saat latihan hari pertama sesampainya di Dubai. Beruntung waktu bermain di semifinal pasangan yang prestasinya sedang bersinar dan mencuri perhatian pencinta tepok  bulu dunia itu terlihat sudah kembali stabil sehingga bisa bermain garang seperti biasanya.

Di partai final yang berlangsung Minggu 17 Desember 2017 Gideon/Kevin menghadapi pasangan Tiongkok Liu Cheng/Zhang Nan yang diunggulkan satu rangking di atas Kumura/Sonodo.  Liu/Zhang adalah juara grup B dan memastikan diri masuk final setelah menumbangkan Boe/Mog dari Denmark  dengan straight set  21-17 dan 21-16. Dari empat kali bermain di turnamen tutup musim ini Liu/Zhang belum pernah kalah. Tidak hanya itu, semua partai dimenangkan dengan straight set.  Sebuah catatan prestasi   gemilang!

Head to head, dari tiga kali pertemuan Gideon/Kevin unggul  2-1. Pasangan Liu/Zhang menang rubber set  16-21, 24-22, 19-21 di laga final Denmark Open.  Sementara Gideon/Kevin menang di Korea Open dan Malaysia Open, semuanya dengan straight set.

Pasangan ini termasuk baru, dan keduanya juga bermain di ganda campuran.  Sebelumnya Zhang berpasangan dengan Fu Haifeng sementara  Liu pernah dipasangkan dengan Bao Yixin, Tian Qing lalu kembali dengan Bao. Baru 2017 berpasangan dengan Zhang dan memenangkan Denmark  Open.  

Perbandingan dari berbagai sisi tidak ada perbedaan menyolok. Dari segi usia misalnya, kedua pasangan ini tidak berbeda jauh.  Liu 25 tahun dan Zhang  27, dibandingkan dengan Kevin  22 dan Gideon 26.  

Gaya bermain keduanya juga tidak jauh berbeda. Sama-sama bergaya main cepat, bagus dalam menyerang maupun bertahan.  Singkatnya, dari segi teknik tidak ada yang terlalu mencolok. Kalau diberi  skor untuk teknik, dari range 0-10 kedua pasangan sama-sama berada diantara 9-10.  

Hal yang bisa dijadikan penentu keunggulan adalah faktor non teknis. Laga di Semi final tenaga Kevin/Gideon cukup terkuras karena dipaksa bermain rubber set, apalagi harus melayani rally-rally panjang yang melelahkan. Harus diakui Kumura/Sonodo termasuk pasangan tangguh yang tidak mudah patah arang. Dan, itu benar-benar banyak menyedot tenaga, konsentrasi, juga emosi. Di sisi lain, meski menang straight set melawan Boe/Mog, Zhang/Liu juga tidak terhitung menang mudah. Seperti diketahui pasangan Denmark yang diunggulkan di rangking dua itu terkenal alot dan memiliki fighting spirit yang luar biasa. 

Mungkin keberuntungan Gideon/Kevin adalah pada lamanya waktu istirahat untuk persiapan  laga final  lantaran di semifinal bermain lebih awal (sekitar pukul 10.00 waktu Dubai). Sementara Zhang / Liu turun di partai terakhir  (sekitar pukul 17.00 waktu setempat) sehingga waktu untuk istirahat dan persiapan lebih singkat.  

Selain stamina yang akan menentukan, faktor kestabilan emosi dan adu strategi akhirnya menjadi penentu lainnya.  Seperti sudah dijelaskan, di atas kertas Gideon/Kevin memiliki waktu istirahat lebih panjang dibanding lawan. Sementara dari segi emosi, dengan membandingkan laga kedua pasangan di Semifinal, nampak Zhang/Liu kurang stabil. Misalnya, bila mendapatkan kesempatan smash, mereka menggebu-gebu dan terlihat kurang sabar sehingga kerapkali smash-nya membentur jaring dan kandas atau melebar keluar line.  

Sementara Gideon/Kevin  lebih tenang menghadapi tekanan. Smash bertubi-tubi dari Kumura/Sonodo dilayani dengan sabar. Tak jarang berbalik menyerang. Menghadapi bola lambung untuk kesempatan smash mereka tidak ngotot.  Bila defensi lawan bagus mereka mengganti gaya pukulan dengan jumping dropshot, atau bermain rally dengan lob-lob.  Itulah sebabnya, dalam beberapa momen terjadi rally  panjang hingga 50-80 kali pukulan. Bahkan media lain mencatat hingga 107 kali dan merupakan sebuah rekor juga. 

Artinya, dari segi strategi dan teknik Gideon/Kevin mengoleksi lebih banyak variasi pukulan dan menggunakannya dengan efektif. Pasangan berjuluk The Minions ini juga chemistris dalam mengelola ritme: ketika Kevin menghajar dengan smash tajam menggila, Gideon sekali-kali menerobos dengan dropshot lembut, atau sebaliknya. Bila melihat posisi menguntungkan barulah keduanya kompak menghujani lawan dengan smah bertubi-tubi membahana.

Kelebihan lain yang harus diperhitungkan adalah senjata andalan Kevin seperti  jumping backhand, atau backhand sambil berputar, flick service, juga flick return yang terbilang masih cukup ampuh. Bila semua koleksi 'pukulan aneh' itu dimanfaatkan dengan tepat, menjaga kestabilan emosi, dan stamina terkelola baik maka kita patut mengharapkan kemenangan Gideon/Kevin.  Prinsipnya, Gideon/Kevin harus menikmati permainan yang biasanya ditandai aksi-aksi 'tengil' dari Kevin, yang pernah dikerjain tertangkap kamera sedang 'modusin' Gronya Somerville, atlit tepok bulu  cantik asal Australia itu.  Itu keunggulan lain yang cukup menghibur, meski terkadang juga memancing emosi lawan. 

Pada akhirnya, harus disebut pula faktor penentu kemenangan lainnya, yaitu doa dan dukungan moril dari supporter, baik  yang menyaksikan langsung di  Hamdan Sports Center, Dubai, maupun dari pencinta bulutangkis tanah air serta seluruh rakyat Indonesia. Dengan doa dan dukungan itu kiranya Gideon/Kevin dapat mengharumkan nama bangsa dengan merebut tropi juara. Gideon/Kevin akan membuat sejarah dalam sistem kompetisi di BWF, yaitu bila sukses mencatatkan nama sebagai pemegang rekor terbanyak superseries.  Tinggal selangkah lagi, kenapa tidak?

Selamat berjuang Gideon/Kevin!  Doa kami mengiringi perjuangan kalian, hingga menang. Tetapi, apapun hasilnya, kalian telah menjadi pahlawan. Selamat berjuang!

Berikut cuplikan aksi balas dendam Gideon/Kevin atas Kumura/Sonodo di laga empat besar 16 Desember 2017


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun