Kebablasannya praktik demokrasi kita, seperti dikhawatirkan oleh Presiden Joko Widodo, disebabkan karena kita cenderung kebarat-baratan. Secara konsep model demokrasi kita adalah Pancasila, yang bersumber dari rahim budaya masyarakat Indonesia. Namun, secara praktik kita merujuk demokrasi Barat, minus substansi (kualitas). Lalu, kita lebih suka saling teriak, saling fitnah, saling memaki, beradu kuat dengan kekuatan massa (untuk menegaskan kekuatan mayoritas), lalu memaksakan kebenaran kelompok kepada negara. Kepentingan primordial yang dipaksakan berlaku bagi semua kelompok dan warga negara Indonesia.
Saatnya kita kembali ke Demokrasi Pacasila, dimana pengambilan keputusan dipimpin oleh hikmat dan kebijaksanaan. Bukan oleh kebenaran mayoritas, melainkan kebenaran substansial, dimana asas “dari semua untuk semua” menjadi panduan. Hanya dengan itu demokrasi kita bertumbuh dan memberi manfaat bagi terciptanya “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” Semoga!
Salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H