Mohon tunggu...
Semuel S. Lusi
Semuel S. Lusi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Belajar berbagi perspektif, belajar menjadi diri sendiri. belajar menjadi Indonesia. Belajar dari siapa pun, belajar dari apapun! Sangat cinta Indonesia. Nasionalis sejati. Senang travelling, sesekali mancing, dan cari uang. Hobi pakai batik, doyan gado-gado, lotek, coto Makasar, papeda, se'i, singkong rebus, pisang goreng, kopi kental dan berbagai kuliner khas Indonesia. IG @semuellusi, twitter@semuellusi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pesona Wisata Apung Kampoeng Rawa Ambarawa, Saya Tehipnotis!

16 Februari 2017   22:14 Diperbarui: 17 Februari 2017   13:43 5826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah Anda melewati jalan lingkar Ambarawa? Jalan ini menghubungkan jalur Bawen ke Magelang, juga Salatiga lewat Muncul. Anda akan meluncur di jalan beraspal mulus membelah bentangan persawahan luas, serta menikmati pemandangan danau Rawa Pening yang tenang.

Dari arah Bawen, sekitar dua kilometer  sebelum perempatan Muncul-Ambarawa akan terlihat menonjol sejumlah bangunan berciri joglo (rumah tradisional Jawa) di sebelah kiri jalan. Letaknya mencolok ditengah lanskap persawahan. Letaknya tidak sampai 300-an meter dari jalan besar. Di belokan masuk berdiri plang besar sebagai gerbang, dengan tulisan huruf besar yang dapat dibaca dari jarak 100-an meter: Wisata Apung Kampoeng Rawa.

Pemandangan panorama Kampoeng Rawa dengan (dari kiri ke kanan) pusat kerajinan, balai, pendopo, tempat istirahat untuk supir bus, musholla, dan restoran. Gunung Merbabu dan Gunung Telomoyo berada di latar belakang (Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Kampoeng_Rawa)
Pemandangan panorama Kampoeng Rawa dengan (dari kiri ke kanan) pusat kerajinan, balai, pendopo, tempat istirahat untuk supir bus, musholla, dan restoran. Gunung Merbabu dan Gunung Telomoyo berada di latar belakang (Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Kampoeng_Rawa)
Sebagai pengagum pemandangan alam, saya selalu terkesima dengan latar gunung. Panorama telaga, sawah, hutan dan pegunungan sungguh paduan kompleks yang menampilkan kesatuan integratif alam raya yang tak tertandingi. Hanya decak kagum yang bisa menggambarkan kreasi alam ini. Dari titik kampoeng rawa, mata tidak saja dimanjakan pemandangan hijau dan keluasan hamparan sawah, juga bentangan danau Rawa Pening, melainkan di kejauhan latar selatan terlihat diapit benteng bebukitan tinggi. Itu tidak lain panorama lima gunung yaitu Merbabu, Merapi, Gajah Mungkur, Telomoyo dan gunung Ungaran. Puncak-puncak gunung itu seolah-olah sambung menyambung membentuk satu garis dengan lekak-lekuk mengusung langit.

Masuk ke areal resto apung Anda harus membayar di pos.  Tiket masuk untuk mobil Rp.15.000. Saya tidak sempat menanyakan tiket masuk kendaraan roda dua tetapi saya perkirakan tidak lebih dari Rp.5000.

Gerbang masuk ke Kampoeng Rawa (Sumber:https://www.wisatawan.id/wisata-kampoeng-rawa-ambarawa)
Gerbang masuk ke Kampoeng Rawa (Sumber:https://www.wisatawan.id/wisata-kampoeng-rawa-ambarawa)
Jalan masuknya cukup lebar untuk  arus bolak-balik kendaraan roda empat. Hanya satu jalur untuk masuk dan keluar. Setelah masuk, gedung pertama yang ditemui didedikasikan sebagai Pusat Promosi Produk Unggulan UKM. Karena tujuan saya, istri dan anak hanya makan dan menikmati panorama alam, kami tidak sempat mampir melihat produk apa-apa saja yang disediakan. Kami diarahkan ke tempat parkir yang terbagi di beberapa lajur. Baik untuk kendaraan roda dua maupun roda empat. Parkiran cukup padat ketika kami memasukinya.

Dari tempat parkir Anda bisa memilih terlebih dahulu melihat-lihat hasil kerajinan dan produk UKM, ke tempat pemancingan apung, atau langsung ke restro untuk makan. Penunjuk arah cukup jelas. Bila ingin mancing Anda ke arah timur. Kalau melihat produk, dari tempat parkir langsung kelihatan warung UKM yang dibangun berderet-deret hingga hampir menyambung dengan gedung promosi produk ketika masuk tadi. 

Kami langsung ke restro.  Tersedia getek yang menyeberangkan kami ke sana. Ini salah satu fasilitas  transportasi air berciri tradisi yang menambah  keunikan restro.  Meski ada juga pilihan lain, rasanya menyeberang dengan getek lebih sensasional. Kayak di film-film tradisional Cina tempo doeloe. Getek ini menyeberangkan pengunjung ke area makan dan gazebo-gazebo. Sekitar tiga getek siaga bolak-balik mengantar dan menjemput pengunjung. Seorang pengunjung pun di antar jemput. Alternatif lainnya, pengunjung dapat menyeberang dengan jembatan apung yang menghubungkan ruas kedatangan dengan tempat makan.

Menyeberang dengan getek (Dokpri)
Menyeberang dengan getek (Dokpri)
Untuk makan, Anda bebas memilih apakah mengambil tempat di ruang utama restro, yang berkapasitas sekitar 100, atau memilih di gazebo yang berkapasitas 5-7 orang. Tersedia sekitar 20-an gazebo. Tentu saja kami lebih memilih makan di gazebo agar lebih leluasa. Di ruang utma restro terlalu padat dan ramai.

Fasilitas lain yang terlihat tersedia adalah wahana bermain anak, pemancingan apung, area parkiran yang luas, warung-warung UKM yang menjual produk hasil kerajinan dan hasil usaha mereka, juga sebuah mushola terletak di sebelah utara arah jalan masuk lokasi. Tersedia pula sepeda air, dayung perahu, rental boat (untuk berkeliling danau Rawa Pening), serta fasilitas main anak seperti kereta putar, kuda-kudaan dan sebagainya.

Sensasi di atas getek (Dokpri)
Sensasi di atas getek (Dokpri)
Menurut Manajer HRD, Simon Sumual, ada juga disediakan rental mobil bagi yang ingin berkeliling Ambarawa dan obyek wisata sekitarnya,  seperti museum kereta api Ambarawa, Benteng Willem I, museum Palagan, Wisata Bukit Cinta, Gua Maria Bandungan, dan sebagainya. Bagi yang hanya ingin berkeliling sekadar untuk mengagumi panorama alam sambil menghirup udara bersih bisa juga menggunakan fasilitas becak. Bagi muda mudi tentu sebuah kesempatan menikmati suasana romantis yang tak boleh dilewatkan.

Patung-patung tokoh perwayangan disebar di sejumlah titik strategis, baik di air maupun di lokasi apung memperkuat kesan tradisional Jawa-nya. Juga hewan, seperti sapi, kerbau, ikan, burung, dan lainnya makin mempertegas nuansa pedesaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun