Mohon tunggu...
Semuel S. Lusi
Semuel S. Lusi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Belajar berbagi perspektif, belajar menjadi diri sendiri. belajar menjadi Indonesia. Belajar dari siapa pun, belajar dari apapun! Sangat cinta Indonesia. Nasionalis sejati. Senang travelling, sesekali mancing, dan cari uang. Hobi pakai batik, doyan gado-gado, lotek, coto Makasar, papeda, se'i, singkong rebus, pisang goreng, kopi kental dan berbagai kuliner khas Indonesia. IG @semuellusi, twitter@semuellusi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jokowi Resmikan Pos Lintas Batas Motaain, Pasar Bercitra Internasional Menyusul!

31 Desember 2016   13:33 Diperbarui: 31 Desember 2016   14:06 1072
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Persiapan di luar cukup semarak (Dokpri)

Visi Presiden Joko Widodo untuk “menyelamatkan wajah Indonesia” lewat penampakan Pos Perbatasan di Motaain, perbatasan dengan Timor Leste akhirnya terealisasi.  Sebagai orang yang sering melintasi perbatasan Motaain sejak 2013, saya merasakan betapa memprihatinkan sehingga rasa nasionalisme dan harga diri sebagai bangsa ikut teriris. Sebuah kantor dibangun berderet dengan luas ruang rata-rata ruang hanya sekitar 3 x 3 m, nyaris mirip loket karcis bus di terminal-terminal desa atau mirip kamar-kamar kos mahasiswa. “Kamar-kamar” itu untuk pelayanan Imigrasi, Bea Cukai, Pos Jaga, dan sebagainya. Masing-masing menempati satu ruang. Pemeriksaan barang bawaan dilakukan secara manual, sehingga pelintas harus membongkar bawaannya satu persatu untuk diperiks a petugas.

Sementara, 100-an meter dari “kantor jelek” itu, di Pos Perbatasan Timor Leste (TLS), telah tersedia ruang pemeriksaan yang luas dan nyaman, ber-AC, serta tersedia fasilitas X-ray.   Dari penampakan fisik kantor saja sudah membuat malu sebagai warga Indonesia. Belum lagi fasilitas pelayanannya. Bayangkan negara TLS yang baru seumur jagung, yang dulunya “hanya sebuah provinsi terkebelakang bagian dari Indonesia,” dengan penduduk hanya satu jutaan, tiba-tiba nampak “begitu megah berwibawa,” dibanding Indonesia.

Beruntunglah, tahun 2015 pasca dilantik Presiden Joko Widodo (Jokowi) berkunjung ke daerah-daerah perbatasan, termasuk Motaain. Seperti disampaikan dalam sambutannya waktu peresmian Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain: “Saya ingat betul bahwa bangunan pos lintas perbatasan yang ada di sini (Motaain) kalau dibandingkan dengan pos lintas di negara sebelah (Timor Leste) betul-betul saya sangat malu," ungkap Jokowi.  Selanjutnya, “Ini masalah kebanggaan, masalah wajah kita, bukan hanya wajah NTT tapi juga wajah Indonesia."

Saat peresmiannya 28 Desember 2016 itu saya sedang melintas batas dari arah Dili, TLS. Sebelumnya saya tidak tahu sebab seingat saya Presiden merencanakan meresmikannya di awal Desember. Karena tiba di perbatasan masih terlalu pagi, saya mencoba mencari warung untuk sekadar ngopi di Batugede, desa perbatasan di wilayah TLS sebelum ke Motaain. Ngopi bersama sejumlah tukang ojek saya diinformasikan bahwa Presiden Jokowi akan meresmikan  pos batas Indonesia pada hari itu. Wah, gaung peresmian pun menyebar sampai di negeri seberang rupanya.“Ini keberuntungan, sebuah momentum historis yang amat penting,” pikir saya. Tidak saja bagi masyarakat perbatasan di Motaian, melainkan bagi Indonesia.

Dua bulan sebelumnya, Oktober 2016  saya melintasi perbatasan itu, juga dari Dili. Ketika itu capaian pembangunan PLBN Motaain sudah 95%. Menurut petugas di “loket” Imigrasi, tinggal finishing. Meski demikian, aura kemegahannya sudah sangat terasa. Driver rental yang mengantar saya, yang juga merupakan penduduk lokal perbatasan, dengan bangganya menceritakan perubahan-perubahan drastis sejak dimulainya pembangunan PLBN Terbadu, termasuk didalamnya infrastruktur jalan. 

Dulu, jalanan ke Atambua-Motaain sangat jelek, masih berbatu dan dibeberapa titik menanjak, karena bebatuan dan kerikil sering terjadi kecelakaan. Waktu tempuh bisa mencapai 90 menit. Kini, hanya 30 menit saja karena jalan telah beraspal dan lebih lebar. PLBN juga menjadi semacam daya tarik wisata bagi masyarakat lokal dari pedesaan dan daerah sekitarnya. Mereka datang sekadar menyaksikannya, berfoto dan membanggakan kemewahannya.

Foto dokpri
Foto dokpri
Karena tiba terlalu pagi, Pos Perbatasan TLS belum buka. Saya memang ingin cepat karena hendak mengejar pesawat dari Atambua ke Kupang. Sambil menunggu, saya berkeliling melihat-lihat areal sekitar. Rupanya, pihak TLS juga sedang membenahi pos-nya. Pagar keliling yang sebelumnya tidak ada kini sudah berdiri, sebuah pos jaga dibangun persis di pintu masuk, pagar dorong di pintu gerbang, juga beberapa gedung baru. Memang tidak semewah PLBN Indonesia. Namun, ada sedikit pengembangan dari sebelumnya. 

Sekitar pukul 07.30 pintu gerbang dibuka.  Saya dan lima pelintas lainnya langsung masuk menuju pos jaga, memperlihatkan paspor lalu  petugas menulis nama di buku tamu. Kami harus menunggu hingga pukul 08.00 saat kantor imigrasi dan bea cukai dibuka. Saya terkejut  melihat kebaruan lainnya di Pos TLS, yaitu fasilitas duty free. Sambil menunggu jam buka kantor, saya masuk untuk melihat-lihat siapa tahu ada yang bisa saya beli sebagai oleh-oleh. Kebanyakan produk yang dijual adalah jenis minuman, dari yang wine beralkohol rendah hingga “kelas berat” dengan prosentasi alkohol 30-an%. Seperti diketahui, TLS terkenal dengan konsumsi minuman-minuman beralkohol berbagai merek dan jenis. Akhirnya saya membeli seliter wine red label seharga USD22.5.

Foto dokpri
Foto dokpri
Setelah melewati pemeriksaan sekitar 08.20 waktu TLS, di pos batas Indonesia harusnya masih tutup sebab baru pukul 07.20 disebabkan perbedaan pemberlakuan waktu antara Timor Barat (Indonesia) dan Timor Timur (Leste). Namun, tanggal 28 Desember ini merupakan hari istimewa sebab Presdien Jokowi akan hadir di perbatasan. Dari dalam nampak kesibukan belasan petugas berseragam rapih, sejumlah tamu, beberapa pelibut berita  dengan  kamera di pintu masuk Indonesia. Paspor kami diminta diperlihatkan kepada petugas di pos jaga, kemudian diarahkan ke jalur memutar menghindari areal steril untuk persiapan peresmian.  

Tidak cukup waktu untuk mengamati secara detil kantor mewah PLBN. Apalagi karena sejam lagi Presiden bersama rombongan segera tiba, para pelintas tidak bisa bebas mengeksplorasi. Tetapi, secara garis besar, PLBN terdiri dari beberapa gedung bangunan yang terlihat mewah dibangun secara modern dengan dominasi ornamen dan gaya tradisionil dari segi bentuk mengadopasi rumah adat Belu. Menurut informasi media,  PLBN ini dibangun di atas lahan seluas 8,3 hektare, dengan anggaran Rp.82 Milyar. Jadi bisa terbayang betapa luas, megah dan indahnya.

Tersedia dua lajur untuk pelayanan foregn (Foto Dokpri)
Tersedia dua lajur untuk pelayanan foregn (Foto Dokpri)
Masih menurut Media, bangunan PLBN terdiri dari zona inti yang terdiri dari gedung utama PLBN, gedung pemeriksaan terpadu, pelataran pemeriksaan, bangunan kliniki, car wash, jembatan timbang, gudang sita, bangunan kennel, bangunan utilitas, pos pemeriksaan imigrasi, gerbang tasbara, monumen Garuda, Pos Pamtas TNI, dan infrastruktur kawasan. Masih ada rencana pengembangan pula. Mulai 2017 akan dilanjutkan dengan membangun Mess Pegawai, kantor pengelola, pasar perbatasan, gedung serbaguna, wisma Indonesia, helipad, lapangan voli, pos polisi, convenience store, food court, rest area dan mushalla. Wooow, luar biasa, bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun