Mohon tunggu...
Semuel S. Lusi
Semuel S. Lusi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Belajar berbagi perspektif, belajar menjadi diri sendiri. belajar menjadi Indonesia. Belajar dari siapa pun, belajar dari apapun! Sangat cinta Indonesia. Nasionalis sejati. Senang travelling, sesekali mancing, dan cari uang. Hobi pakai batik, doyan gado-gado, lotek, coto Makasar, papeda, se'i, singkong rebus, pisang goreng, kopi kental dan berbagai kuliner khas Indonesia. IG @semuellusi, twitter@semuellusi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kita Famili Salatiga: Kecil tetapi Lincah Men-dakwah-kan Kebhinekaan!

20 November 2016   17:07 Diperbarui: 5 Desember 2016   13:56 809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam Dialog, Pak Radino yang nampak sangat akrab dengan alumni sempat membuat “heboh” peserta, ketika mengucapkan (pronounce) “youth” dengan yath. Sontak sejumlah peserta tertawa dan mengoreksi ucapannya dengan yuth. Tentu saja beliau sengaja (salah ucap), sebab beliau sendiri merupakan Sarjana Sastra Inggris. Lantaran baru pulang Umroh, beliau beralasan, “maklum baru pulang Umroh jadi lidah masih sulit beradabtasi lagi dengan bahasa aneh, bahasa kafir.” Peserta makin riuh dan riang menanggapinya.  Bayangkan, kalau ucapan beliau itu dalam konteks yang tidak akrab, masih penuh stigma dan curiga, bisa-bisa beliau dituduh lakukan penghinaan dan pelecehan. Namun begitulah gambaran keakraban dan penuh persaudaraan diantara anak-anak bangsa yang sikap dan pemikirannya telah terbentuk dalam semangat kebhinekaan. 

Dari mana sumber pembiayaan untuk kegiatan-kegiatan Kita Famili? Untuk Penguatan Alumni tentu saja sepenuhnya dibiayai DC UIN (dan M21). Juga, kegiatan Monev di Salatiga masih di-support oleh DC UIN. Sementara sumber biaya untuk kegiatan lainnya berasal dari kantong para alumni sendiri beserta para simpatisan. Jadi, menggambarkan semangat tinggi dan keseriusan para ulama muda Salatiga mengembangkan dan merekatkan persatuan kesatuan, merawat kebinekaan serta menumbuhkan sikap toleransi antar pemeluk agama.

Kegiatan Youth Camp 2016

Interfaith Youth Camp dirancang oleh Kita Famili, yang rencana dilaksanakan di Desa Takelan. Desa ini terletak di ketinggian sekitar 1000-an mdpl merupakan perkampungan terakhir sekaligus base camp untuk pendakian puncak Merbabu. Desa ini dipilih karena beberapa alasan. Antara lain, penduduk desa relatif plural dalam keyakinan, yaitu terdapat penganut agama Budha, Islam, Kristen, Katolik, maupun Penghayat Kepercayaan. Meski plural, masyarakatnya hidup dalam kedamaian dengan sikap toleransi yang tinggi.

Peserta diharapkan berjumlah 40 pemuda, berasal dari organisasi keagamaan yang berada di Salatiga dan sekitarnya. Antara lain HMI, GMKI, PMKRI, PMII, Pemuda Masjid, Pemuda Gereja, Penghayat Kepercayaan, dsb.

Menurut koordinator satgas, ibu Kristin (Persemaian Cinta Kasih-PERCIK) bentuk-bentuk aktivitas antara lain:

1. Ceramah tentang konflik, yang direncanakan dibawakan oleh Polres Salatiga

2. Mitigasi Bencana

3. Meditasi dari Budha

4. Pelayanan Kesehatan untuk Masyarakat

5. Outbond Games untuk menciptakan sensitifitas dan sikap toleransi dalam kebinekaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun