Mohon tunggu...
Semuel S. Lusi
Semuel S. Lusi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Belajar berbagi perspektif, belajar menjadi diri sendiri. belajar menjadi Indonesia. Belajar dari siapa pun, belajar dari apapun! Sangat cinta Indonesia. Nasionalis sejati. Senang travelling, sesekali mancing, dan cari uang. Hobi pakai batik, doyan gado-gado, lotek, coto Makasar, papeda, se'i, singkong rebus, pisang goreng, kopi kental dan berbagai kuliner khas Indonesia. IG @semuellusi, twitter@semuellusi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ahok Menanam Orang Lain Merusak dan Rebutan Menuai?

20 Oktober 2016   17:39 Diperbarui: 21 Oktober 2016   08:07 1686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber: http://www.nyunyu.com/main-article/detail/weekly-picks-jakarta-punya-mrt-nyanyian-tanaman-tukeran-wajah-dan-bidadari-nyasar#.WAiWveV95kg
Sumber: http://www.nyunyu.com/main-article/detail/weekly-picks-jakarta-punya-mrt-nyanyian-tanaman-tukeran-wajah-dan-bidadari-nyasar#.WAiWveV95kg
Tidak mengherankan, apa yang telah dicapai Ahok-Djarot, dan yang sementara dilakukan, mampu memberi visi tentang masa depan Jakarta sebagai ibukota yang indah, nyaman, sehat dan tertib.  Banjir terkendali. Kemacetan juga pasti terurai setelah MRT dan LRT beroperasi. Lima tahun lalu, memikirkan Jakarta yang seperti itu akan ditertawakan sebagai mimpi kosong. Khayalan tingkat dewa. Lima tahun lalu, ahli tata kota sekalipun  mungkin akan memproyeksikan butuh 30-50 tahun untuk merubah wajah Jakarta menjadi kota indah. Tetapi, Joko-Hok telah mampu memaksa mimpi indah itu lahir lebih cepat. Mereka membangunkan publik dari mimpi panjang untuk menikmati realisasi mimpi yang bisa dialami langsung.

Maka, munculah dengki pada para pemimpin lainnya. Terutama mereka yang berseberangan. Mereka berpura-pura mengingkari semua capaian itu, mencoba membangun opini bahwa apa yang dicapai itu merupakan hasil dari Gubernur-gubernur sebelumnya. Bahwa Ahok (dan juga Jokowi) hanya menjual citra. Kritik demikian hanya menampar wajah sendiri. Lebih parah lagi, tanpa malu berbagai gerakan radikal dikonsolidasi untuk memberikan tekanan politik agar memaksa melengserkan Ahok-Djarot. Mereka merusak apa yang telah dihasilkan dengan kerja keras, kesabaran dan biaya dari pajak yang dibayar dari keringat dan kerja keras masyarakat.  

Bukan hanya itu. Diam-diam mereka ingin “merebut kekuasaan,” agar menorehkan nama mereka dalam “buku sejarah DKI,” sambil menghapus nama Ahok-Djarot dan Joko Widodo. Ini mentalitas harap gampang.  

Apa yang sudah ditanam oleh Joko-Hok, diteruskan, dikembangkan dan dirawat dengan penuh kesabaran serta cinta oleh Ahok-Djarot, kini seperti bunga indah yang nampak segera mekar. Atau, laksana lanskap luas yang terawat baik, kini terlihat berubah menjadi hamparan sawah dengan bulir-bulir padi yang padat memberat. Masa panen sudah dekat. Maka, banyaklah orang yang ingin merebut lahan itu agar merekalah yang memanennya. Lalu, mencatatkan nama sebagai “pahlawan-pahlawan pembanguan” yang sukses memperbaiki ibukota. 

Tanaman rusak usai demo FPI. ©2016 Merdeka.com/Fikri Faqih
Tanaman rusak usai demo FPI. ©2016 Merdeka.com/Fikri Faqih
Tidak ada ungkapan lain yang lebih tepat, kecuali bahwa Ahok-Djarot menanam, menyiram dan merawat ibukota Jakarta dengan kasih dan kesabaran, tetapi Habieb Rizieq, Amien Rais dkk merusaknya dengan nafsu amarah dan penuh dendam kusumat.  Adalah lebih mudah merusak daripada membangun, lebih gampang bicara daripada mengerjakan.  

Semoga Paslon lainnya di Pilkada DKI 2017 memiliki visi yang sama untuk membangun ibukota agar makin merealisasikan semua impian dan harapan publik tentang masa depan Jakarta yang indah, nyaman, tertib, sejuk dan damai.  

Salam Kompasiana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun