Seperti diketahui, konstetasi Pilkada DKI 2017 akan diikuiti tiga pasangan calon (paslon), yaitu petahana Ahok-Djarot, Anies-Sandy, dan Agus-Sylvi. Meski pun harus diakui ketiga paslon memiliki keunggulan masing-masing, saya berpendapat bahwa Ahok-Djarot memiliki potensi kekuatan dan dukungan yang lebih besar.
Potensi kekuatan Ahok-Djarot terstruktur mulai dari lapisan (level) atas hingga akar rumput. Di lapisan atas empat parpol bermain untuk Ahok-Djarot, di aras tengah Teman Ahok, kemungkinan besar ditambah Projo dan relawan Jokowi lainnya, dan diaras bawah para pemilih militan ideologis PDIP dan 1 jutaan pengumpul KTP untuk Ahok waktu masih rencana independen. Ini sebuah modal luar biasa dan kekuatan yang sulit dikalahkan. Kita coba kaji satu per satu!
Partai Pendukung
Seperti diketahui empat partai pendukung paslon Ahok-Djarot adalah PDIP, Golkar, Nasedm dan Hanura. Perolehan suara dan penguasan kursi di DPRD sebagai berikut: PDIP 1.231. 843 (28 kursi), Golkar 376.221 (9 kursi), dan Hanura 357.006 (10 kursi), dan NasDem 206.117 (5 kursi). Total 52 dari 106 kursi atau 49%. Sedangkan total jumlah pemilih 2014 adalah 2.171.187. Jelas jumlah ini bukanlah jumlah yang sedikit. Benar bahwa pergeseran pemilih selalu ada, namun ada dua catatan penting perlu dipertimbangkan pula. Pertama; pemilih PDIP dan pendukung Megawati Soekarnoputri biasanya merupakan pendukung fanatik, meski tentu tidak semuanya. Namun, tetaplah modal yang dapat diandalkan. Kedua; keempat partai berideologi nasionalis. Biasanya para pemilih partai nasionalis hanya bergeser dari satu partai nasionalis ke partai nasionalis lainnya. Dengan bergabungnya empat partai nasionalis ini, memungkinkan massa pemilih hanya bergeser diantara mereka. Mungkin saja ada yang pindah ke Gerindra dan Demokrat, tetapi diimbangi pula kemungkinan pemilih kedua partai itu yang bergeser juga ke empat partai pendukung Ahok-Djarot. Sesuatu yang lumrah terjadi.
Atas dasar perhitungan tersebut, bermodalkan setidaknya 25% dari jumlah pemilih di Pilkada 2017 (yang diperkirakan 6,7-7 juta) nanti jelas bukanlah jumlah yang sedikit.
Teman Ahok
Tentu yang dimaksud di sini bukan hanya kumpulan anak-anak muda militan dan energik yang menamai diri sebagai Teman Ahok dan telah berhasil mengumpulkan lebih dari 1 juta KTP untuk mendukung Ahok. Melainkan juga para pendukung yang telah menyetorkan KTP itu. Ditambah pula dengan “Teman Djarot” yang sempat dibentuk pula. Mungkin saja, sebagian diantara mereka sudah terhitung pada poin pertama di atas, yaitu “sebagai pemilih partai pendukung.” Tetapi, pasti ada pula yang belum termasuk kategori di atas. Dengan demikian, dari Teman Ahok juga ada tambahan sejumlah pemilih fanatik. Diandaikan saja 10% dari pengumpul KTP, maka setidaknya terdapat 100.000 suara tambahan untuk pendukung Ahok-Djarot.
Tetapi sesungguhnya tidak hanya sampai di situ. Dari 1 jutaan yang telah mengumpulkan KTP itu berpotensi ikut bergerak mencari dukungan, artinya ikut berkampanye bagi Ahok-Djarot. Jadi bisa dibayangkan efeknya. Lalu, bayangkanlah pula kalau posko-posko TA yang sudah fenomenal dan dikenal sampai masyarakat bawah ikut bergerak memobilisasi dukungan. Sementara paslon lain masih butuh waktu dan dana untuk membangun “posko dan merekrut relawan, Ahok-Djarot sudah miliki dan tinggal diaktifkan dan bergerak serentak. Dengan demikian, paslon ini telah beberapa langkah berada di depan paslon lainnya.
Pendukung Joko Widodo
Sejak Joko Widodo maju sebagai Gubernur DKI 2012 berpasangan dengan Basuki Tjahja Purnama (Ahok) drama politik di negara ini dimasuki “pemain baru” yang menamakan diri kelompok relawan. Kelompok ini terbukti bekerja sangat efektif, lincah bermain di semua aras, bahkan juga memiliki kemampuan dalam manajemen kampanye, disain isu, dan sejenisnya. Para relawan inilah yang telah berperan memenangkan Jokowi-Ahok di Pilkada DKI 2012, juga berkontribusi besar dalam memenangkan Jokowi-JK dalam Pemilihan Presdien (Pilpres) 2014.
Meski pun tidak pantas mengharapkan dukungan Presiden Joko Widodo (sebab beliau presiden untuk seluruh rakyat Indonesia), nampak dalam sejumlah kebijakan dan juga faktor keanggotaan partainya yaitu PDIP, dapat diperkirakan paslon Ahok-Djarot mendapat dukungan dari relawan pendukung Jokowi. Bisa saja dukungan itu tidak formal. Para relawan ini terorganisir dalam sejumlah kelompok, misalnya BARA JP, PROJO, Jokowi Mania, Aliansi Masyarakat Sipil untk Indonesia Hebat (Almisbat), dsb. Mungkin saja tidak semuanya, pun ada yang sudah terhitung dalam kategori pertama dan kedua di atas. Namun, tentu masih ada yang bisa masuk dalam kategori “Pendukung Joko Widodo” sehingga menambah stok dukungan ke Ahok-Djarot.