Mohon tunggu...
Semuel S. Lusi
Semuel S. Lusi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Belajar berbagi perspektif, belajar menjadi diri sendiri. belajar menjadi Indonesia. Belajar dari siapa pun, belajar dari apapun! Sangat cinta Indonesia. Nasionalis sejati. Senang travelling, sesekali mancing, dan cari uang. Hobi pakai batik, doyan gado-gado, lotek, coto Makasar, papeda, se'i, singkong rebus, pisang goreng, kopi kental dan berbagai kuliner khas Indonesia. IG @semuellusi, twitter@semuellusi

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Katabelece Fadli Zon: Kolonialisasi Privat, Ruang Politis dan Idul Fitri

6 Juli 2016   17:45 Diperbarui: 6 Juli 2016   21:49 3131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketabelece DPR untuk putri Fadli Zon (Foto : Ist)

Untungnya, Arendt menyediakan jalan keluar, yaitu lewat tindakan politis. Tindakan politik adalah sikap sadar untuk melakukan rehabilitasi politik, yaitu dengan cara maaf-memaafkan, diikuti janji untuk tidak melakukan lagi. Kemampuan memaafkan dan berjanji memiliki akar dalam tindakan, karena hanya tindakan yang memiliki eksistensi dalam hubungan antar subyek di ruang publik. 

Dengan itu, pelaku dibebaskan dari masa lalu (kategori privat) yang membelenggunya, sekaligus menjamin sebuah masa depan yang menjanjikan. Dengan mengampuni terbuka ruang untuk mengoreksi kesalahan bertindak disertai janji untuk tidak mengulangi. Seperti dikutip oleh Budi Hardiman (2005:43), “tindakan mengampuni menurut Arendt akan memproduksi kembali ruang-antara yang mengikat sekaligus memisahkan kita dengan orang-orang lain.”

Kiranya, momentum Idul Fitri dapat menyentuh kesadaran inklusif  warga polis dan juga nurani Fadli Zon, beserta sesama “korban” lainnya agar masuk ke “ruang rehabilitasi politik,” dengan sikap saling memaafkan, disertai ikrar untuk kembali bersama-sama merawat garis demarkasi antara wilayah oikos dan wilayah publik.  

Dengan cara itu, bangunan agung kehidupan bersama sebagai bangsa Indonesia semakin kuat dan terawat dalam kebersamaan dan kesalingan-berwacana secara setara dan beradab, melamapui kategori-kategori primitf oikos. 

Sebagai warga polis yang merindukan kebebasan otentik di ruang polis beradab dan terlindung dari motif-motif primordial subyektif, lewat tulisan ini saya telah melakukan tindakan mengingatkan, sekaligus memaafkan tuan Fadli Zon dan sesama rekanan pekerja lainnya yang masih terikat pada masa lalu. Sebab, saya tidak mau tergolong sebagai warga yang berkontribusi bagi kolonialisasi privat atas ruang publik.

Salam damai menuju Indonesia jaya.

Selamat merayakan Hari Raya Iduli Fitri 1437-H  bagi semua warga Kompasiana yang merayakannya, mohon maaf lahir dan bathin!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun