Mohon tunggu...
Semuel S. Lusi
Semuel S. Lusi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Belajar berbagi perspektif, belajar menjadi diri sendiri. belajar menjadi Indonesia. Belajar dari siapa pun, belajar dari apapun! Sangat cinta Indonesia. Nasionalis sejati. Senang travelling, sesekali mancing, dan cari uang. Hobi pakai batik, doyan gado-gado, lotek, coto Makasar, papeda, se'i, singkong rebus, pisang goreng, kopi kental dan berbagai kuliner khas Indonesia. IG @semuellusi, twitter@semuellusi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Asyiknya Kuliah (Lagi) di Kompasiana University

10 Februari 2016   14:20 Diperbarui: 10 Februari 2016   22:49 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Foto profile penulis di Kompasiana"] 

Kalau ada konsep Kampus Komunitas,  atau Universitas Komunitas, nah itulah Kompasiana.  Dalam sejumlah hal, Kompasiana memiliki ciri yang juga melekat pada dunia pendidikan, kampus. Dengan segala kelebihannya, Kompasiana menjalankan proses pendidikan, dengan pendekatan Pendidikan Orang Dewasa (POD).

Judul tulisan ini sebenarnya menggambarkan perjalanan saya di (ke) Kampus Kompasiana. Terdaftar tahun 2010 (membuat account), saya ingat betul pada bulan Juli.  Tetapi nyaris tidak aktif. Mungkin, setahun hanya 1 tulisan, itu pun hanya semacam cuitan agak panjang, sekadar ekspresi uneg-uneg yang remeh. Jadi, status saya terdaftar, sebagai mahasiswa tidak aktif di Kompasiana University (KU). Tidak bisa disebut simpatisan juga karena saya sangat jarang megikuti perkembangan kampus.  

Boleh dikatakan, Presiden Joko Widodo-lah yang membawa saya kembali kuliah di KU. Waduh, kedengarannya keren juga. Ketika akhir 2015, hingar bingar dan gegap gempita undangan dari Jokowi untuk para kompasioner (warga kampus KU), karena publikasi yang ramai akhirnya terdengar pula oleh saya. Teringatlah bahwa saya sebenarnya juga warga kampus. Segera saya coba masuk kembali (sign in) tetapi ternyata sudah lupa pintu masuknya, alias pasword.  Beberapa hari, setelah berulang-ulang mencoba, akhirnya bisa masuk.

Di KU, semua kompasioner adalah mahasiswa, sekaligus dosen. Tidak ada batas usia. Syarat dasarnya hanya bisa menulis, lalu mau “berbagi cerita,” “berbagi ilmu,” “berbagi persepsi,” dan sejenisnya. Itulah menariknya. Singkatnya, semua dosen adalah mahasiswa dan semua mahasiswa adalah dosen. Dengan kata lain, semua warga kampus adalah pelajar, sekaligus pengajar. Kampus mana yang bisa menyamai keunikan ini?

Program studinya? Ya, setiap orang memilih mata kuliah seperti memilih menu di foodcore.  Dari menu standar, kuliner lokal, ferncise, bahkan menu yang sangat asing, semua tersedia. Jadi terserah selera dan mood. Gak ada paksaan. Mau belajar ekonomi, hukum, antropologi, agama, spiritualitas, motivasi, parenting, jurnalisme, filsafat, sastra, bahasa, IT, psikologi, analisis strategik, leadership, manajemen, bahasa inggirs, dan lainnya. Meski demikian, semua praktis. Tidak ada teori rumut-rumit.  Khusus bahasa asing,  kalau gak salah masih terbatas. Saya sempat “bertemu” dosen bahasa Inggris, tetapi dosen bahasa asing lainnya belum sempat.  Menurut saya, akan bagus kalau ada juga dosen bahasa Arab dan Mandarin. Kalau menguasai bahasa Arab, kita sudah bisa berkomunikasi dengan warga Timur Tengah karena sebagian besar negara di sana (termasuk Mesir di Afrika Utara) dan Turki juga menggunakannya. Jumlah penggunanya di dunia cukup banyak. Demikian juga, bahasa Mandarin. Selain penggunanya banyak, trend bisnis dan travelling masa depan banyak mengarahkan kita bertemu secara intensif dengan komunitas ini. Tetapi percayalah, untungnya banyak dosen di KU berasal dari (atau menetap di) Tiongkok maupun Timur Tengah, bahkan menguasai bahasa dan budayanya. Mudah-mudahan mereka mau “mengajarkan” mata kuliah itu ke komunitas KU.

Untuk mengukur prestasi, tergantung pribadi masing-masing. Setiap membuat tugas pastikan saja tugas dikerjakan dengan baik dan maksimal. Soalnya, tugas kita kan (berpotensi) dinilai oleh “sebuah panel dosen” yang jumlahnya ribuan, bahkan mungkin jutaan. Selain memiliki kepakaran, kepekaan, kejelian, juga ragam gaya dengan keunikan masing-masing.  Ada yang dingin dan terkesan killer (tetapi hatinya lembut, terbukti mau ikut berbagi), ada yang humoris, nyentrik, penampilan ahli, ada juga tipe genit, provokator, dan berbagai gaya lainnya. Ragam gaya dan tampilan itu justru membuat suasana menjadi ramai, bervariasi, dan menancapkan kesan akrab serta mendalam. Sebab, semuanya diikat oleh semangat untuk berbagi dan dibagi, mengajar dan belajar. Dari latar pendidikan (dan keahlian) tidak perlu ragu, semua komplit. Mulai dari tidak sekolah (tetapi bisa menulis dan punya wawasan), setengah pengangguran (menulis saja kan sudah kerjaan), pengajar (guru, dosen), profesional, tidak / belum sarjana, hingga Doktor dan Profesor. Mereka juga tidak hanya di (dari) Indonesia. Ada yang tinggal di (belajar dan mengajar dari) Eropa, Amerika, Australia, Timur Tengah, dan lainnya. Super lengkaplah. Dengan demikian prestasi Anda akan terjamin cepat bertumbuh sebab (berpotensi) dievaluasi (direspons) oleh dosen dari berbagai ragam latar.

Secara umum, ada tiga kategori  penilaian. Pertama, penilaian langsung dengan memberi komentar. Ada tipe dosen yang memberi kritik tajam tanpa basa basi, ada yang mengejek tulisan, baik gaya menulis maupun substansinya, ada yang mendebat, ada pula yang mendukung, ikut memperkaya, dan sebagainya. Kedua, tipe penilai yang memberikan penilaian standar dalam kategori, seperti MENARIK, BERMANFAAT, INSPIRATIF. Di Tipe ini, untungnya (atau ruginya) tidak ada kategori “JELEK,” atau misalnya “MENYEDIHKAN.”  Ini mungkin pertimbangan etis, supaya mahasiswa yang dinilai dengan kategori “negatif” ini tidak kapok lalu quit. Ketiga; tipe penilai dalam kategori kadar “publisitas,” yaitu “HEADLINE  (HL),” “ARTIKEL PILIHAN,” “NILAI TERTINGGI,” “TERPOPULER,” “TREND di Google,” GRES.” Tim penilai di sini memiliki otoritas. Jadi tidak bisa diintervensi. Mahasiswa biasanya mengejar HL. Tetapi menurut saya, seharusnya tidak perlu terpaku pada penialain HL. Sebab, penialaian ini kan menurut kategori publisitas semata, jadi bukan substansi. Karena itu, tidak perlu kecewa kalau tidak dapat HL. Bukankah masuk Terpopuler, Trendy, Gres, dan lainnya itu pun ikut memicu semangat?  Sederhananya begini. Anggap saja Anda kumpul tugas ke dosen, tetapi harus melalui Admin. Ketika diterima Admin dia membacanya. Lalu Admin bilang, masbro, mbaksis, tulisannya asyik, atau bagus dan sejenisnya. Ya, dinikmati saja pujiannya. Tetapi, bisa juga sudah kumpul banyak tugas Admin gak beri komentar apa-apa, ya juga seharusnya tidak apa-apa. Toh, para dosen yang akan menilai.

Dengan kekayaan keragaman di atas, proses pembelajaran dan pengajaran menjadi menarik dan menantang. Kuliah berlangsung 24 jam. Nah, ini sebuah kelebihan yang tidak dimiliki kampus mana pun di dunia ini, kan?  Anda juga bebas memilih mata pelajaran sebagai “subyek belajar,” ataupun “subyek mengajar.” Ketika belajar dari bahan yang disajikan “dosen” Anda bisa berdiskusi, berkomentar, mendebat (lihat Tipe Pertama di atas), atau memberi penilaian dalam kategori (lihat Tipe kedua). Bahkan mendiamkan, tanpa komentar. Itu sepenuhnya pilihan bebas Anda.

Proses belajar mengajar di KU sepenuhnya berlangsung melalui metode Menulis dan Membaca. Topik yang ingin Anda “ajarkan” ditulis lalu di-share. Berapa banyak? Sebanyak yang mampu Anda tulis. Sehari bisa 1, bisa 20 tulisan atau lebih, bisa juga tidak. Saya sendiri menargetkan seminggu setidaknya 3 tulisan. Anda pun bisa membuat target sendiri. Bebas. Ini semacam penugasan kuliah. Semakin banyak menulis (kerjakan tugas), semakin mahir dan berkembang maju. Bentuk tulisannya apa saja bisa: reportase mirip wartawan (reporter), puisi, cerpen, artikel ilmiah, feature, cuitan, curhat, pengaduan, dongeng, apa saja! Gaya menulis juga tidak bersyarat. Etika yang paling umum adalah, jangan pernah copas (copy paste), serta pastikan menyebut/mencantumkan sumber-sumber atau hak paten pemilik karya yang digunakan dalam tulisan. Itu pun kalau ada. Selain itu juga ada tugas membaca. Tidak ada keharusan, tetapi dengan membaca Anda sedang berproses dalam sistem pembelajaran kampus. Pengetahuan bertambah, informasi ter-update dan diperkaya, juga jaringan pertemanan berkembang.

Untuk menjadi mahasiswa (sekaligus pengajar) di KU sangat mudah! Tidak ada biaya pendaftaran ataupun biaya kuliah. Semua free. Nah, kampus mana yang bisa demikian, tidak berbayar? Lagi pula, selain sebagai mahasiswa Anda kan juga dosen? Cukup punya account kompasiana, maka resmilah Anda menjadi warga kampus. Ada semacam ritual martikulasi atau magang yang akan dilalui, tetapi hak dan kewajiban Anda sama persis dengan mahasiswa senior. Kemudian, kalau tidak salah, berdasarkan aktivitas dalam proses belajar mengajar kampus, Admin akan menempatkan Anda dalam kelas-kelas yang ditandai verifikasi HIJAU, atau BIRU. Tentu didahului “permohonan untuk diverifikasi,” dengan menyertakan scan ID Card Anda, seperti KTP (dan atau Paspor? Apakah masuk klasifikasi Hijau atau Biru merupakan otoritas Admin. Menurut saya, Anda tidak perlu pikirkan. Yang penting jalani proses pembelajarannya dan dapatkan manfaat sebanyak-banyaknya.  

Akan jadi (si)apa kalau (tamat) kuliah di KU? Tidak pernah tamat, itu kuliah seumur hidup. Kecuali Anda memutuskan tidak aktif. Itu pun tidak apa-apa.  Pastinya belajar di KU Anda bisa menjadi penulis, pengamat, analis, sastrawan, motivator, advicer, kritikus, coacher, konsultan, dan sejenisnya. Selain itu, dengan kuliah di KU keahlian dasar yang dimiliki terus menerus diasah dan dipertajam (sebab lewat penilaian dan evaluasi publik di kampus), memiliki wawasan yang terus berkembang (karena bertemu dengan orang dari pengetahuan, keahlian dan latar budaya bahasa yang sangat plural), juga terus mengikuti perkembangan aktual dunia dan tanah air.

Nah, demikian saja introduksi singkat kampus saya, Kompasiana University, disingkat KU. Namanya keren, kan?  Eh, omong-omong Presiden Jokowi juga terdaftar gak di KU? Silahkan tanya Admin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun