Mohon tunggu...
Semuel S. Lusi
Semuel S. Lusi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Belajar berbagi perspektif, belajar menjadi diri sendiri. belajar menjadi Indonesia. Belajar dari siapa pun, belajar dari apapun! Sangat cinta Indonesia. Nasionalis sejati. Senang travelling, sesekali mancing, dan cari uang. Hobi pakai batik, doyan gado-gado, lotek, coto Makasar, papeda, se'i, singkong rebus, pisang goreng, kopi kental dan berbagai kuliner khas Indonesia. IG @semuellusi, twitter@semuellusi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Prabowo Subaianto, Jenderal Ksatria yang Kesepian Merayakan HUT Gerindra Dalam Kesendirian

7 Februari 2016   13:19 Diperbarui: 7 Februari 2016   15:41 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Jokowi dan Prabowo saat Pilkada DKI Jakarta 2012 (Antara/Yudhi Mahatma)"][/caption]

Prabowo sendiri lagi! Anda bisa menilainya, bahwa ia pernah sendirian, lalu dikerumuni olah teman-teman yang buat ramai-gaduh, kemudian ditinggalkan. Ya, sendiri lagi. Sebagai sastrawan yang hobi membuat puisi politik, saya pikir Fadli Zoon sudah selayaknya menulis sejumlah bait kegalauan mengekspresikan perasaan kesendirian itu.

Di tengah suasana ketidakjelasan nasib koalisi KMP yang pernah sangat disegani dan ditakuti, pasca hengkangnya satu persatu parpol anggota koalisi itu, tanggal 6 Februari 2016 Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) merayakan HUT ke 8.  Partai besutan Prabowo Subianto itu merayakan HUT-nya secara internal, tidak mengundang parpol lain. Termasuk, tentu saja teman-temannya di (mantan) KMP. Bahkan PKS, sohip Gerindra yang nampak (seolah-olah) setia,  juga yang nampak tidak punya pilihan lagi selain menjadi teman Gerindra. Mau mandiri, seperti sikap seolah-olah mandirinya partai Demokrat, atau seperti Gerindra, tidak kuat. Tetapi, mau gabung ke koalisi sebelah bagai cinta bertepung sebelah tangan.

Atas “nasib kesendirian” ditinggal teman-temannya, Prabowo dengan tegar dan suara tegas menguatkan para kader:

“Jangan pernah gentar, surut dan berkecil hati. Terkadang kita merasa sendiri, tetapi itu tidak masalah. Saya mengalaminya dulu di medan pertempuran. Yang namanya pendekar tidak pernah takut untuk berjalan sendiri,” demikian antara lain pidato Prabowo dalam peringatan HUT Partai Gerindra, seperti dikutib dari harian  Kompas (7/2/2016). Terkesan sedikit bernada kecewa, namun juga ada energi positif yang dihembuskan dan optimisme yang didengungkan. Metafora sebagai “pendekar” merupakan diksi yang tepat untuk menyuntikkan kekuatan dan optimisme ke dalam tulang sumsum para kadernya, agar bangkit dari “kegalauan politik” yang melanda akibat ditinggal-pergi (kalau tidak mau dikatakan dikhianati) teman-teman (mantan) koalisinya.  

 Konsitensi Prabowo

Seperti dikemukakannya dalam pidato HUT Gerindra tahun sebelumnya (2015), Prabowo kembali menegaskan posisi Gerindra sebagai oposisi pemerintah, sekaligus terkesan menanggapi penyebarangan Golkar Cs. ke KIH,. “Kalau semuanya satu suara, semuanya menyatakan setuju, apa senang demokrasi seperti itu? Di situlah peran Gerindra (sebagai pengawas dan penyeimbang), dan Gerindra setia dengan peran itu” demikian Prabowo seperti dikutib dari harian Kompas (7/2/2016, hal 1). Di sini terlihat sikap ksatria dan  konsitensi Prabowo. Ia punya impian ideal tentang demokrasi. Tetapi juga, memahami pilihan politik Golkar Cs. Masih dari sumber yang sama, ia mengatakan: ”saya tidak mempermasalahkan yang mnemilih mendukung pemerintah. Saya tidak memandang KMP dan KIH. Berbeda itu biasa, tetapi kami yakin dan percaya semua hatinya Merah Putih untuk kebaikan bangsa.” Sebuah sikap yang matang sebagai pemimpin dan negarawan.

[caption caption="Prabowo Subianto saat deklarasi koalisi permanen, Koalisi Merah Putih, di Tugu Proklamasi (KOMPAS.com/DANI PRABOWO) "]

[/caption]

Prabowo tidak ikut-ikutan, meski semua teman-temannya di KMP, yang bahkan awalnya “bermulut besar” ingin membangun koalisi permanen meninggalkannya demi pertimbangan praktis kejar kuasa. Padahal, secara substansial visi politik Prabowo sesungguhnya tidak berbeda dengan Jokowi. Kita ingat, dalam seri debat kandidat Pilpres 2015 yang diselenggarakan KPU dan disiarkan langusng oleh sejumlah media elektronik, tanpa malu-malu Prabowo secara ksatria menyatakan kesetujuannya pada sejumlah pemikiran Jokowi. Baginya, “apa yang baik bagi rakyat, ya harus diakui baik,” tidak bisa disangkal hanya karena dikatakan oleh “lawan” politik.  Sekali lagi, ini sikap rendah hati, jujur, dan kstaria. Tidak semua pemimpin memiliki sikap luhur macam ini.

Artinya, berdasarkan substansi visi politik pembangunan, Prabowo sesungguhnya punya alasan kuat menjadi pendukung pemerintahan. Bacalah 6 Aksi Transformasi Bangsa partai Gerindra, seperti tertulis di situs resminya, 6 Program Aksi Partai Gerindra, antara lain misalnya: membangun ekonomi yang kuat, berdaulat, adil dan makmur, membangun kedaulatan pangan dan energi, membangun infrastruktur dan kelestarian lingkungan hidup, serta membangun pemerintahan yang bebas korupsi, kuat dan tegas. Semua itu nampak dalam program-program Jokowi yang telah dan sedang dilakukannya. Tetapi, Prabowo tetap memilih menjadi oposisi. Saya kira alasannya  bukan hanya membuktikan sikap ke-ksatria-annya, tetapi juga sebagai bukti Prabowo ingin berkontribusi memelihara dan menumbuhkan kehidupan demokrasi politik yang sedang bertumbuh di Indonesia.

Salam Hormat dan Pesan

Meski bukan pendukung Prabowo di pilpres 2015, saya salut dan menaruh hormat. Bagi saya, Prabowo memiliki sikap, kredibilitas, dan karakter sebagai pemimpin. Tetapi, sayangnya, “orang baik” ini banyak dirusak dan dimanfaatkan oleh orang-orang dekat yang mengerumuninya. Para teman-teman palsu, yang lebih mirip “singa berbulu domba,” baik secara sadar maupun tidak disengaja. 

Karena hormat saya Jenderal, bila Anda membaca tulisan ini, saya ingin memberi masukan, yang meski bersifat subyektif, kalau berkenan sudilah memperhatikannya:

1. Kendalikanlah Fadli Zoon. Ia memang kader muda yang cerdas, tetapi komunikasi politiknya sungguh buruk dan tidak arif  sehingga berkontribusi bagi terbentuknya citra negatif yang dilekatkan pada Gerindra, Bahkan berimbas pada DPR sebagai lembaga terhormat. Yang sayangnya, oleh tingkah Fadli Zoon dan sejumlah konconya membuat lembaga itu menjadi kurang dihormati, terbukti dengan survei persepsi publik yang menunjukkan kemerosotan drastis.

2. Jadilah oposan mandiri, yang kritis dan tegas menyatakan ketidaksetujuan bagi kebijakan-kebijakan yang merugikan rakyat dan negara, tetapi juga dukung program dan kebijakan yang memang membawa kemajuan. Jangan asal tidak setuju, seolah-olah semua yang dilakukan pemerintah Jokowi buruk sehingga tidak boleh diakui/disetujui. Tetapi juga jangan membeo, seolah-olah yang dilakukan baik dan bermanfaat. Kritiklah dengan data dan argumentasi. Rakyat kita sudah sangat cerdas menilai!

3. Pembubaran KMP merupakan langkah yang tepat.  Dengan itu, tegaslah kepada PKS bahwa KMP sudah tidak ada lagi, jadi berteman tetapi tidak harus selalu bersama. Menurut saya, kedekatan dengan PKS untuk saat ini tidak akan menolong membangun citra positif Prabowo dan Gerindra.

4. Kalau mau, “tukar” Fadli Zoon dengan Ahok (Basuki Tjahja Purnama). Bawalah kembali Ahok ke Gerindra dan berikan posisi kewenangan yang cukup baginya untuk membantu membuat Gerindra menjadi parpol modern. 

Bila Gerindra berdiri sendiri, lalu  konsisten membangun citra sebagai partai oposisi yang kritis, cerdas, dan konstruktif, saya yakin Gerindra akan mudah meraih kembali dukungan rakyat, yang kini merindukan sikap kstaria, jujur, kredibel, tegas tetapi juga kompeten dan bekerja keras untuk rakyat.  Anda tidak akan pernah sendiri lagi, bila berdiri bersama rakyat. Hanya rakyatlah yang bisa jadi teman sejati, asalkan mereka juga tidak dikhianati.

Akhirnya, injinkan saya mengakhiri dengan mengutipkan kata-kata bijak dari seorang filsuf India, Jiddu Krishnamurti, "Kekuatan bukan berasal dari kemenangan. Perjuangan Andalah yang melahirkan kekuatan. Ketika Anda menghadapi kesulitan dan tak menyerah, itulah kekuatan."  Kemudian, meski terlambat, saya ingin ucapkan Selamat Merayakan HUT Partai Gerakan Indonesia Raya, semoga sukses menjadi partai oposisi yang kritis demi Indonesia yang lebih maju, adil dan beradab. Salam nasionlis, salam Indonesia Raya![caption caption="Jokowi dan Prabowo saat Pilkada DKI Jakarta 2012 (Antara/Yudhi Mahatma)"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun