Mohon tunggu...
Semuel S. Lusi
Semuel S. Lusi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Belajar berbagi perspektif, belajar menjadi diri sendiri. belajar menjadi Indonesia. Belajar dari siapa pun, belajar dari apapun! Sangat cinta Indonesia. Nasionalis sejati. Senang travelling, sesekali mancing, dan cari uang. Hobi pakai batik, doyan gado-gado, lotek, coto Makasar, papeda, se'i, singkong rebus, pisang goreng, kopi kental dan berbagai kuliner khas Indonesia. IG @semuellusi, twitter@semuellusi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hati-hati Kuda Troya Golkar Masuk Istana

27 Januari 2016   10:34 Diperbarui: 27 Januari 2016   22:38 1305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alasan lainnya. Bukankah ARB adalah ketua presdium KMP, dengan kata lain “pimpinan tertinggi,” dan “panglima perang” KMP? Apakah dengan mendukung pemerintah, ARB pernah menyatakan mengundurkan diri sebagai pimpinan koalisi? Atau, dapatkah diterima nalar kalau seorang pimpinan koalisi oposisi pada saat yang sama menjadi pendukung pemerintah yang menjadi lawannya? Panglima perang macam apa yang begitu mudahnya menyeberang ke kubu lawan? Bagaimana bisa mengharapkan dukungan tulus dan total dari Golkar, padahal ARB sebagai pimpinan oposisi yang masih terbebani tanggungjawab berat atas berbagai kekalahan bertubi-tubi, dan juga bahwa perang politik masih akan menuju puncak di pilkada serentak tahap II tahun 2017? 

Ingat, kuda Troya masuk ke istana yang memiliki benteng pertahanan kokoh dengan cara elok menawan. Tanpa korban. Tragisnya, justru dibawah masuk oleh bala tentara Troya sendiri. Tentu atas perintah kerajaan. Setidaknya, dengan pengetahuan kerajaan.

[caption caption="Aburizal Bakrie (Ical) liburan bersama artis kakak beradik Marcella dan Olivia Zalianty ke Maladewa."]

[/caption]

Demikian pula, cara Golkar masuk istana tidak kalah menawan dan elok. Dengan kelihaian seorang perayu sejati seperti ARB, yang kita ingat masih gemar menaklukan artis-artis muda nan cantik macam kakak beradik Marcella dan Olivia Zalianty, yang sukses diajak berlibur ke Maladewa, berpantun ria layak ABG kesurupan jatuh cinta dan menggoda gadisnya:

"Dari Solo sampai Jakarta, menang di sini menang di sana. Presiden Jokowi harapan kita, junjunglah hukum majulah bangsa," demikian kang Ical melempar umpan bualan, yang disambut tawa riang para peserta Rapimnas. Entah, para punggawa istana yang hadir.

Tetapi, sebetulnya secara implisit, entah disadari atau tidak, pantun berikutnya bila disimak dengan sabar akan ketahuan mengandung pesan teror berbahaya:

Laju-laju perahu laju, ombak meninggi anginnya kencang
Pandai-pandai Golkar melaju, hindari biduk terhempas karang

Air menggunung datang dan pergi, perahu pinisi melawan badai
Mari bung satu kembali, rebut kembali kejayaan partai

Di sini ARB mengakui berbagai badai masalah yang dihadapi, silih berganti tak putus-putus. Meski biduk Golkar masih lincah membelah gelombang, ketahanannya makin lemah lantaran tak habis-habisnya dihantam prahara. Itulah sebabnya, semua kekuatan perlu bersatu. Himbauan bersatu dari kang Ichal, sang komendan, mungkin tidak hanya ditujukan kepada semua kader Golkar, melainkan juga kader KMP.  Yang telah kocar kacir, terkoyak oleh frustrasi kekalahan di berbagai medan tempur,  juga kelelahan dan luka menganga saling tikam di antara para elit. Tentu saja, juga oleh belati kang Ichal sendiri. Dan, secara implisit tetapi jelas dan tegas, frase, “rebut kembali kejayaan” yang mengikuti himbauan “bersatu kembali” menyiratkan pesan kuat, bahwa “masuk ke istana” itu merupakan kesempatan dan pintu masuk, tidak saja untuk terlindung dari badai, tetapi terutama untuk merebut kembali kejayaan, yaitu kekuasan istana. Ini sebuah pesan simbolik.

Rayuan ARB tidak saja sebatas pantun dan puisi. Itu nanti terkesan sebagai gombal belaka. Maka, untuk menunjukkan sikap serius sehingga bisa meyakinkan, rayuan itu diperkuat dengan deklarasi formal dukungan politik ke Istana. Deklarasi yang narasinya secara ekplisit ditulis menyolok di sebuah wadah kanvas terbingkai berukuran 1 meter itu dibacakan dengan gaya heroik dan suara menggelegar oleh Yorrys Raweyai, diikuti secara serentak oleh 34 pimpinan DPD Golkar seluruh Indonesia. Seperti layaknya mengucapkan sila-sila Pancasila di upacara bendera. Bunyi deklarasi tersebut sebagai berikut:

“Berdasarkan keputusan Rapimnas 23-25 Januari tahun 2016 dan sesuai panggilan doktrin karya, siaga, gatra, praja senantiasa berkarya dalam pembangunan serta atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Partai Golkar mendeklarasikan diri mendukung dan bersama pemerintahan Joko Widodo Jusuf Kalla, untuk melaksanakan pembangunan nasional di segala bidang demi kemajuan bangsa dan kesejahteraan rakyat.”  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun