Mohon tunggu...
Semuel S. Lusi
Semuel S. Lusi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Belajar berbagi perspektif, belajar menjadi diri sendiri. belajar menjadi Indonesia. Belajar dari siapa pun, belajar dari apapun! Sangat cinta Indonesia. Nasionalis sejati. Senang travelling, sesekali mancing, dan cari uang. Hobi pakai batik, doyan gado-gado, lotek, coto Makasar, papeda, se'i, singkong rebus, pisang goreng, kopi kental dan berbagai kuliner khas Indonesia. IG @semuellusi, twitter@semuellusi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Benedict Anderson, Pakar Indonesia, Kini Tinggal Bayangan

13 Desember 2015   20:01 Diperbarui: 14 Desember 2015   19:45 877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengherankan kurang pemberitaan di Indonesia tentang kematian seorang pemikir kaliber macam Benedict Anderson, seorang Indonesianis sejati dari Cornell University. Meninggalnya pun di Indonesia, negara yang dicintainya. Ia menutup mata pada Minggu pagi 13 Desember 2015 di Batu Malang. Padahal baru saja sempat memberikan kuliah umum di UI Depok tanggal 10 Desember 2015.

Ben Anderson adalah ilmuwan kesohor dalam studi tentang Indonesia. Banyak karyanya merupakan karya klasik dan menjadi bacaan wajib para akademisi Indonesia, terutama bidang pemerintahan, politik, sosiologi, sejarah, tata negara dan sebagainya. Karya-karyanya selalu menjadi rujukan utama para peneliti yang mengkaji Indonesia, baik peneliti Indonesia maupun luar.  Ia berkarya dan mulai menulis hasil-hasil penelitian tentang Indonesia sejak awal 1960.

Ratusan karya telah dihasilkan, baik dalam bentuk buku maupun paper. Banyak darinya tentang Indonesia, sebut saja beberapa diantaranya seperti (1) Some Aspects of Indonesian Politics under the Japanese Occupation: 1944-1945, (2) Mythology and the Tolerance of the Javanese; dan Violence and the State in Suharto's Indonesia, (3) Language and Power: Exploring Political Cultures in Indonesia (kumpulan essai dari 1966–1985), dan masih banyak lainnya. Disertasinya saja tentang "Revolusi Pemuda" dibawah bimbingan pakar Indonesia yang sangat kesohor, George M.Kahin di Cornell University. Tahun 1965, setelah G-30S PKI meletus, ia kembali ke Indonesia untuk "melihatnya" secara langsung. 

Dari hasil "melihat-llihat" itulah terbit satu karyanya yang kemudian bekin heboh dan membuat marah rezim Orba yaitu tentang Gerakan PKI di Indonesia tahun 1965, yang popular dengan sebutan “Corner Paper.” Akibat publikasinya ini sejak 1976 ia dideportasi dan dilarang masuk ke Indonesia oleh Presiden Suharto. Baru tahun 1999, setelah Suharto tumbang ia bisa berkunjung lagi ke Indonesia.

Buku terbarunya yang menjadi salah satu alasan kedatangannya ke Indonesia  berjudul  Di Bawah Tiga Bendera: Anarkisme Global dan Imajinasi Antikolonial, diterbitkan oleh Penerbit Marjin Kiri, Serpong. Kamis 10 Desember 2015 ia memberikan kuliah umum di di Fakultas Ilmu Budaya UI membahas bukunya itu, kerjasama dengan penerbit. So pasti, buku ini akan laris manis lantaran banyak orang, akademisi, politisi, pejabat, peminat studi ke-Indonesia-an, dan lainnya termasuk saya, antusias ingin mengetahui pikiran-pikiran terbarunya terutama berkaitan dengan Indonesia.

Ben Anderson adalah seorang multikultural sejati. Lahir di Provinsi Yunnan, Cina, pada 26 Agustus 1936, kemudian menjadi pakar Indonesia dalam karir akademiknya sebagai Profesor di Cornell University, USA. Saat sebelum meninggal ia masih menjabat sebagai Profesor Aaron L Binenkorb pada studi internasional, profesor pada bidang pemerintahan dan studi Asia, juga masih menjabat sebagai direktur di Cornell Modern Indonesia Project.

Ia memiliki banyak murid di Indonesia, meski selama rezim Orba ia dijadikan musuh besar oleh Suharto. Waktu kuliah S1 di Fisipol Universitas Nusa Cendana tahun 1980-an akhir, salah satu karya spektakulernya yang sangat saya sukai adalah "Komunitas-komunitas Bayangan" (Imagined Communities). Judul lengkapnya "Imagined Communities: Reflections on the Origins and Spread of Nationalism," (terbit 1983). 

Karya ini membuatnya makin terkenal di seantero dunia, dan diterjemahkan dalam puluhan bahasa. Intinya lewat buku itu Anderson mengajukan hipo(tesis) bahwa "persaudaraan nasional sebagai warga negara satu bangsa merupakan sebuah persaudaraan imajiner atau bayangan semata." Bagaimana ceritanya saya, yang lahir di pagar selatan Indonesia, sebuah pulau kecil yaitu Rote, lalu menjadi bersaudara dengan orang-orang Papua, Aceh, Makasar, Manado, Jawa, dsb, kalau bukan sekedar sebuah imaginasi atau bayangan belaka? Demikian kira-kira argumentasinya. Kini, Ben Anderson pun tinggal bayangan saja.

Selamat jalan Profesor Benedict Richard O'Gorman Anderson, karya dan impian mu bagi Indonesia semoga bisa kami wujud-lanjutkan. Rest In Peace!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun