Mohon tunggu...
Semuel Leunufna
Semuel Leunufna Mohon Tunggu... Dosen - You Will Never Win if You Never Begin

Dosen Universitas Pattimura Ambon

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"The Last Mohicans" Ibarat Pengrajin Cengkih (Zyzygium aromaticum (L.) Merr. & L. M. Perry) di Maluku

31 Mei 2022   12:27 Diperbarui: 31 Mei 2022   12:31 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Perahu Cengkih, dipajang di rumah pak Max Oppier, dokumentasi penulis

Dulu sebenarnya cukup banyak pengrajin cengkih, bahkan beberapa diantaranya kerap diajak berkumpul dirumah pak Max Oppier untuk mendengarkan suluhan/arahan dari petugas pemerintah. Salah satu sebab berkurangnya pengrajin cengkih menurut pak Max, saat ini orang tidak lagi mau duduk seharian mengerjakan kerajinan cengkih, mereka ingin bekerja dalam jangka waktu tertentu (mengerjakan bangunan, misalnya), kemudian beristirahat. Pak Max sendiri menekuni tiga profesi; malam hari beliau akan melaut/memancing ikan, pagi harinya beliau menuju kehutan menanam atau memanen bahan pangan, nantinya pada siang hari hingga sore beliau akan menekuni kerajinan cengkih.

Produk, peralatan, bahan baku dan teknik kerja

Dulunya para pengrajin cengkih lebih dikenal dengan sebutan pembuat perahu cengkih, mungkin karena umumnya produk perahu yang lebih banyak dihasilkan. Sebutan ini tak lagi sesuai karena hampir segala macam produk dapat di hasilkan dari kerajinan cengkih. "Yang penting katong lia akang pung gambar saja, katong bisa biking", begitu komentar pak Max dalam hal ragam kreasi yang dapat dihasilkan.  Bunga tangan, kotak tissu, orang orangan, keranjang, bunga, tipa, becak, rumah baileu, sampai Mesjid Alfata  yang telah dibawa ke Arab dan Gereja Maranatha yang di bawa ke Israel telah menjadi bagian dari buah tangan pak Max Oppier.

Peralatan dan bahan yang digunakan cukup sederhana dan murah; gaba-gaba, bambu, jarum, benang, kawat, gunting, neptan (tang), limar, dan bahan baku utama yakni cengkih. Bahan cengkih akan dipisahkan antara yang masih ber mahkota/kepala dan yang sudah tidak lagi berkepala, dan akan digunakan pada produk yang menghendaki penggunaan bentuk yang sesuai. "Ukuran produk yang akan dibuat tidak dipersoalkan, hanya tergantung bahan tersedia": kata pak Max.  Beliau pernah mengerjakan produk dengan ukuran panjang satu meter. "Produk yang sudah dibuat pun akan tahan lama, tidak mudah patah atau pecah": kata pak Max sambil menjatuhkan perahu cengkih dua layar ke lantai semem rumahnya.

Untuk pembuatan produk, bahan cengkih perlu direndam semalam, kemudian dipisahkan antara yang ber kepala dan yang tidak. Secara umum pembuatan produk dapat dijelaskan seperti berikut; gaba-gaba akan menjadi kerangka bagian dalam, misalnya menjadi bodi/badan dari perahu bila yang dibuat adalah perahu cengkih.  Cengkih akan ditusuk dengan rapih pada bambu yang sudah dibelah dan di kerat menjadi potongan kecil dan runcing,  potongan potongan tusukan pada bambu ini akan dijahit dengan rapih menggunakan jarum dan benang coklat (agar tidak terlihat) dan dibentuk atau dipasang pada bagian yang datar, misalnya pada bagian luar badan perahu. Untuk bagian layar, cengkih ditusuk pada kawat agar dapat dibentuk sesuai yang diinginkan. Tentu penjelasan ini belum mewakili hal-hal detail yang dilakukan serta ketrampilan rahasia yang dimiliki keluarga Oppier maupun Lekatompessy.

Dukungan pemerintah

 

Seperti disampaikan sebelumnya, Pak Oppier beberapa kali dukunjungi petugas pemerintah dan diberikan arahan serta penyuluhan, pada saat demikian beliau mengumpulkan sejumlah pengrajin dirumahnya untuk mengukuti pertemuan dengan petugas. Pak Oppier juga mendapat pelatihan-pelatihan atas biaya pemerintah melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) baik di kota Ambon maupun di Jakarta selama periode waktu tertentu.  "Bantuan modal atau pendanaan sedikit saja": kata Pak Oppier, tapi beta sering ikut pelatihan dan dapat arahan dari Ibu petugas, sambil menyebutkan nama ibu yang dikenal secara baik dari disperindag Maluku, dan beberapa kali dilatih di hotel tertetu di Ambon serta Jakarta. "Kas kecil ini di adalah bantuan pemerintah", kata pak Oppier sambil menunjuk lemari kecil seukuran lemari es terbuat dari kaca  yang didalamnya dipajang sejumlah hasil karya perahu cengkih, karangan bunga serta produk kecil lainnya yang tersisa dari beliau.  Beliau kenal betul dengan petugas yang sering berurusan dengan pengrajin cengkih bahkan sejumlah orang penting di propinsi Maluku dan di Indonesia.

Permintaan pasar dan system pemasaran 

Pasar untuk kerajinan cengkih bagian terbesarnya adalah wisatawan, baik local, nasional maupun Internasional, sebagian kecilnya melalui kunjungan tamu-tamu pemerintah yang membeli atau dihadiahi kerajinan cengkih sebagai cendra mata. 

System pemasaran produk diantara dua keluarga pengrajin, Kel Oppier dan Keluarga Lekatompessy berbeda satu dari lainnya.  Pak Max Opir biasanya menunggu pesanan dari para pembeli atau memajang hasil karyanya di rumah untuk dikunjungi pembeli. Untuk keperluan pemasaran pak Max memiliki kontak langsung dengan hotel-hotel melalui pimpinannya serta lokasi-lokasi wisata penting termasuk Hotel Mutiara, lokasi Santai Beach, Namalatu  maupun pejabat penting tertentu termasuk dari Disperindag. Beliau meninggalkan kartu namanya dan akan dihubungi bila ada permintaan tertentu dari pembeli. Pak Max Oppier pernah membuat sejumlah besar produknya atas permintaan Ibu Megawati Sukarno Putri, Presiden RI ke-5, tentu melalui kontak dengan Ibu Gubernur Maluku saat Ibu Megawati berkuasa, Ibu Sofi Ralahalu.  Permintaan lainnya yang dapat disebutkan adalah dari instansi Komando Daerah Militer (Kodim), Maluku.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun