Mohon tunggu...
Semuel Leunufna
Semuel Leunufna Mohon Tunggu... Dosen - You Will Never Win if You Never Begin

Dosen Universitas Pattimura Ambon

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pesan Pesan dari Osaka: Catatan dari Simposium Internasional Ilmu-Ilmu Dasar dan Terapan

10 Januari 2022   19:11 Diperbarui: 10 Januari 2022   19:11 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam sesi diskusi penulis menyampaikan pendapat yang dikemukakan sebagai suatu pemikiran/hasil perenungan dan bukan suatu pertanyaan. Setelah penulis selesai menyampaikan pembicaraan, pembawa makalah memutar kursinya, berhadapan muka dengan penulis kemudian menggerakkan tangannya sambil mengatakan “come again?”.  Penulis kembali mengulangi pembicaraan:  “Anda mengemukakan begitu banyak (sekitar sembilan) permasalahan teknis terkait pendidikan di Nepal tapi hanya satu permasalahan non-teknis pendidikan, yakni korupsi. 

Saya tidak bertanya, hanya menyampaikan pemikiran, masalah mana yang harus didahulukan penyelesaiannya? Apakah korupsi diselesaikan lebih dulu agar tersedia dana yang besar bagi pengembangan pendidikan? ataukah pendidikan dijalankan dulu agar diperoleh beberapa hasil didik yang diharapkan berkepribadian baik dan dengan demikian tidak melakukan korupsi, baru kemudian kualitas pendidikan dapat lebih cepat ditingkatkan?” Pertanyaan/pernyataan yang tidak perlu dijawab, namun belajar dari apa yang dilakukan di negri penulis, solusi yang digunakan adalah “dual strategy” (strategi ganda), memberantas (korupsi) sambil mengembangkan (pendidikan).

Burnout

Pernah melihat hewan Orodonthus? Kalau belum, kita sama. Gambar hewan ini ditunjukkan Dr. Adriana E. Edwards Wurzinger dari Saitama University, Japan, sebagai salah satu key note speaker dalam presentasinya berjudul Riding the Burnout Wave (mengendarai gelombang burnout). Orodonthus dalam lukisan yang ditampilkan merupakan seekor hewan serupa cecak atau kadal dengan hanya dua kaki ditengah tubuhnya, kepalanya mengenakan sebentuk mahkota, melengkung menggigit ekornya membentuk suatu lingkaran, tidak berujung.  

Gambaran hewan ini melambangkan orang yang terkena burntout (tercekam/stres/ kerja berlebihan). Orang demikian berada dalam situasi memakan diri (ekor) sendiri dan meskipun orangnya sendiri yang mampu/bertanggungjawab melepaskan diri dari kondisi burnout, tidak mampu dilakukannya atau mungkin tidak disadarinya karena berada dalam suatu lingkaran yang tidak ada akhirnya.

Sedikit cekaman, menurut Dr.Wurzinger, diperlukan demi memacu kerja keras dan prestasi yang tinggi namun seberapa besar cekaman yang dapat di bolehkan atau yang masih dapat dikelola seseorang agar tidak memakan ekornya sendiri?  Pertannyaan ini jelas mengena bagi mereka yang bekerja keras terutama di negara-negara maju seumpama Jepang, Jerman, Canada, USA dan lain-lainnya.  Bagi mereka yang belum bekerja keras tentu pertanyaan yang perlu dikemukakan adalah apakah sudah diberi cekaman atau merasa tercekam untuk bekerja keras menunjukkan prestasi?

Pemanasan Global (Global Warming) dan Implikasinya                                                                                                                                                            

Pemanasan global menjadi pembicaraan menarik dewasa ini karena efek berantai yang ditimbulkannya terutama pada bidang pertanian secara umum. Perubahan iklim berimbas pada kondisi air tanah, periode dan intensitas sinaran surya, ketersediaan karbondioksida dan unsur lainnya, berlanjut pada  musim tanam, pola tanam, pilihan tanaman, kondisi mikroorganisma tanah dan seterusnya hingga produksi tanaman. Tidak hanya pada aspek kuantitas produksi, kualitas produksi tanaman/pangan juga dipengaruhi perubahan iklim. Dua orang profesor dari Narasuen University Thailand mempresentasikan hasil penelitian simmulasi yang dilakukan mereka.

Perubahan iklim, menurut Prof. Kanita Thanacharoenchanaphasa dan Prof. Orose Rughati, khususnya perubahan pada suhu dan kelembaban selama musim tanam akan merubah kandungan asam lemak tanaman kedele di Thailand. Perubahan kualitas asam lemak kedele juga ditunjukkan oleh beberapa penelitian lapang. 

Sebagai contoh, salah satu kesimpulan penelitian Dr. Robert G. Uperuch (2011) dari USDA , Raleigh NC, menyatakan bahwa pada biji dan daun kedele, kandungan asam linoleat (18:2) dan asam linolenate (18:3) secara bertahap meningkat dengan menurunnya temperatur.  Kesimpulan lainnya adalah bahwa perubahan iklim global dapat menurunkan kemampuan kedele dalam mempertahankan diri terhadap serangan pathogen (hama-penyakit). Penelitian lainnya (Van Toai et. al., 2012) menemukan bahwa cekaman banjir mempengaruhi tinggi rendahnya kandungan asam lemak tertentu pada kedele.

Hasil-hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa dalam pengembangan varietas-varietas baru kedele, kondisi iklim setempat perlu diperhatikan atau dengan kata lain suatu varietas yang dikembangkan untuk ditanam pada suatu wilayah dengan suhu yang tinggi atau wilayah rawan banjir akan berbeda kualitas produksinya bila ditanam pada wilayah dengan suhu yang rendah atau wilayah yang aman banjir. Di Indonesia,  dengan kondisi iklim yang berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya maka rekomendasi varietas perlu mendapat perhatian.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun