Mohon tunggu...
Semino Gelumbur
Semino Gelumbur Mohon Tunggu... Dosen - Tutor ESL dan Pragmatik

Pemerhati wacana ideologis dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pengalaman Belajar dari Corona

27 Maret 2020   21:50 Diperbarui: 27 Maret 2020   22:11 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Melihat situasi dunia dalam cengkeraman makluk yang super mini (virus Corona), jadi ingat ucapan dalang wayang kulit Jawa. 'Tingkah pola e poro menungso koyo gabah den interi'. Prilaku manusia  kebingungan. 'Mergo wedi ono banaspati kang nyolowedi'.Takut mati dan kalut tidak pasti.

Virus vs Manusia
Apakah wabah ini bentuk penyadaran atau pelatihan dari Sang Pencipta untuk manusia? Yang jelas, pengalaman belajar pertama yang kita dapat adalah kesadaran dan strategi perang.

Kesadaran bahwa perang itu terjadi karena kebutuhan hidup antar 'bangsa'. Yang terjadi saat ini adalah antara 'bangsa' virus Corona dan 'bangsa' manusia. Tanpa menyerang manusia, 'bangsa' virus kehilangan eksistensi mereka karena punah.

Makhluk super mini ini terbekali instinct bereproduksi cepat dan bermutasi. Begitu juga manusia, kita tidak ingin eksistensi sebagai ciptaan tersempurna, penguasa planet bumi, sirna.

Soal strategi perang melawan virus, kita memperoleh pengalaman belajar cara menangkal virus dengan akal seperti social distancing dan cuci tangan pakai sabun. Aksi lebih jauh, kita manusia bekerjasama melakukan lockdown. Tujuannya virus kekurangan logistik karena jalur makanan mereka kita 'embargo'. Modar mereka, maunya manusia.

Manusia vs ego kelompok
Pengalaman belajar kedua adalah dalam suasana kacau ada konflik kepentingan bersama dan kepentingan kelompok. Manusia harusnya bersatu agar bisa mengalahkan musuh bersama manusia, virus jenis Convid 19.

Namun kepentingan kelompok yang cenderung curiga dan tidak rukun antara satu dengan kelompok.yang lain memberi kesempatan 'bangsa' virus menginvasi negeri para manusia. Inilah hambatan terbesar menurut Yuvan Noah Harari (15/3/2020).

Beliau adalah seorang sejarahwan, filosof, sekaligus penulis buku yang berjudul Sapiens, Homo Deus and 21 Lessons for the 21st Century. Harari mengatakan, "ketika negara negara tidak percaya satu sama lain, setiap negara merasa bekerja untuk diri sendiri, dan setiap pemerintah ragu untuk melakukan tindakan drastik (baca: lock down).

Seperti maukah Amerika bekerja sama dengan Cina? Artinya, mereka lebih mendahulukan kepentingan sendiri dari pada kepentingan bersama manusia.

Fakta, di dalam negara yang sama, ada yang utamakan kepentingan kelompok dari pada kepentingan nasional. Contoh di Amerika para politisi terutama Trump lebih utamakan bisnis beroperasi secepatnya, sebaliknya kelompok para professional kesehatan utamakan keselamatan rakyat Amerika.

Di Indonesia? Ada yang utamakan kelompok. Tapi yakinlah lebih banyak yang utamakan Nusantara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun