Prabowo beserta elit partai pendukung meng-kopi-paste bingkai narasi Trump. Wacana "Indonesia akan bubar". Yang terakhir "Indonesia akan punah". Prabowo ikut ikut rasis pakai diksi "pribumi', "aseng", "asing".Praktek seksis tidak karena rivalnya bukan "wanita". Jokowi laki-laki. Tapi gaya seksisnya dikopi juga. Kalau Trump merendahkan rivalnya Hillary Clinton dengan ujaran "She is constantly playing the woman card" (Dia terus menerus (hanya) memainkan kartu wanita) yang implisitnya dia hanya punya daya tarik wanita (maksudnya tubuh dan kecantikan bukan kemampuan intelektual). Gaya sejenis ini juga dipakai untuk meremehkan Jokowi dengan kata "plonga-plongo" yang secara implisit artinya tingkat kecerdasan beliau rendah. Untuk praktek anti-Islam disubtitusi dengan "anti PKI".Â
Sayang sekali, kubu Prabowo belum mampu membingkai harapan dan impian yang lebih 'indah' untuk mengimbangi pesimisme yang ditebar. Yang kita dengar mengiang-ngiang "bubar" dan "punah". Kubu Prabowo belum mampu membuat narasi masa depan yang mengiangnya sekeras bunyi kata "bubar" dan "punah". Seperti Trump, Prabowo menuduh media biangkeroknya. Nah, kalau kata kata cacian dominan, apalagi wacana manipulatifnya terkuak, apalagi kalau bukannarasi negatif. Itu yang dipraktekkan. Masih ada waktu untuk berubah.
Sementara itu, kubu Jokowi terus mempromosikan sebaliknya. Anti-pesimisme, anti- bingkai wacana Indonesia bubar dan punah. Narasi NKRI dan Pancasila terus digelorakan. Optimisme untuk menjaga persatuan Indonesia terus dipompa. Masalah yang dibingkai adalah mentalitas (revolusi mental walau istilah ini menurut saya kurang tepat), pelanggaran etika, hoax, dan penyesatan informasi yang dilakukan oleh mereka yang tidak suka kubu Jokowi dan radikalisme yang mengancam NKRI.Â
Soal pelanggaran etika berpolitik, Jokowi melontarkan kata "sontoloyo" dan "genderuwo" agar rakyat waspada pada tindak manipulatif dan fitnah serta pengaruh buruk pihak yang suka menciptakan rasa ketakutan dengan cara yang paling instan atau yang kurang mampu meyakinkan rakyat dengan nalar rakyat. Impian yang dibangun kubu Jokowi Indonesia Maju yang rakyatnya berdaulat, mandiri karena SDM unggul, berbudaya Nusantara, dan berediologi inklusif Pancasila di atas ideologi kelompok. Narasi ini positif dan mendorong optimisme rakyat .
 Bagaimana menurut Anda? Narasi pilpres kita Good atau Bad?
Â
Salam Nusantara,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H