Mohon tunggu...
Semino Gelumbur
Semino Gelumbur Mohon Tunggu... Dosen - Tutor ESL dan Pragmatik

Pemerhati wacana ideologis dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Klaim Kontroversi

17 Desember 2017   00:28 Diperbarui: 22 Desember 2017   11:10 1000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Oleh Semino

Prestasi yang membanggakan namun ada kelompok lain yang menderita karenanya adalah prestasi yang lahir dari dorongan sahwat ideologi. Menurut pakar wacana ideologis van Dijk, ideologi cenderung eklusif, dan  ideologi dominan atau ideologi kelompok yang mimiliki kuasa cenderung menciptakan hegemoni untuk mempertahankan ketidakadilan yang memperkuat posisi atau kuasa mereka. Artinya kemenangan kuasa mereka adalah prestasi ketidak adilan bagi kelompok rivalnya. Itu sahwat ideologi, Kok bisa? Kata sastrawan  Budi Darma, "Kuasa membawa nikmat".  

Prestasi kuasa atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel salah satu contoh. Salah satu strategi klisenya untuk mengembat kuasa itu adalah klaim yang kontroversi. Klaim ini efektif namun ancaman bagi kemanusiaan. Kita perlu mewasdai bersama klaim kontroversi yang bias ideologi.

Klaim adalah praktek sosial yang biasa, namun klaim yang kontroversi adalah praktek hegemoni. Alasan Trump melakukan klaim kontroversi ini adalah karena presiden presiden sebelumnya juga telah menjanjikan itu, namun hanya dia yang berani meng-eksekusi-nya. Alasan ini adalah sikap yang mengabaikan hak dan suara bangsa Palestina yang bertahun tahun mereka tidak henti hentinya  terhegemoni seolah mereka tidak memiliki suara sah untuk menentukan status Yerusalem kecuali sebagai "para terroris" "para radikalis". Tidak hanya warga Palestina tetapi juga publik terhegemoni baik melalui wacana di media barat maupun melaui propaganda mereka dalam bentuk lain.   

Prestasi kelompok yang berideologi agama juga sering dicapai dengan menggunakan strategi klaim kontroversi. Tuntunan dari Yang Maha Kuasa direduksi menjadi nilai nilai ideologi kelompok sendiri dengan klaim kontroversi. Walhasil geger antar kelompok tak pernah berhenti, dan kebencian terus bersemi. Mati akibat tindakan yang tak manusiawi, pembenci tidak pernah peduli.  Untuk di Indonesia tidak perlu dijelaskan karena kita sudah mendengar, melihat, dan atau mengalami sendiri.

Waspadai klaim kontroversi yang pelakunya ingin menang sendiri. Anda bisa tunjuk Trump dan pemimpin Israeli. Di Indonesia Anda bisa tunjuk jari.

Awas klaim kontroversi yang tersembunyi, dalam ilmu bahasa, disebut strategi PRESUPOSISI. Mencuri "persetujuan" tanpa disepakati, kemudian "serdadu" atau preman kelompoknya siap nggebugi mereka yang minoritas atau lemah tapi punya nyali.

Siapa mereka? Amati dan tunjuk sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun