Mohon tunggu...
Fahri Semendaway
Fahri Semendaway Mohon Tunggu... wiraswasta -

wiraswasta Olahraga Minat pada Marketing Pendidikan Akuntansi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi Jadi Dagang Sapi

23 Agustus 2014   21:55 Diperbarui: 14 Februari 2016   00:15 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_320601" align="aligncenter" width="406" caption="Koleksi Pribadi, Pasar Hewan Jonggol"][/caption]

Entah apa hubungannya antara Politik dengan Dagang Sapi, siapa pula yang memulainya hingga istilah Politik Dagang Sapi menjadi Jargon dalam dunia politik, tapi jorgon tersebut menjadi semacam kesan buruk bagi pelaku politik yang melakukan transaksi dagang sapi.

Semakin tidak jelas ketika kita mengidentifikasi Dagang Sapi menjadi Prilaku Politik, siapa pedagangnya ... siapa pembelinya,  siapa yang jadi sapinya dan dimana pasarnya, semua menjadi tidak bisa dimengerti, gelap dan tertutup.

Istilah Politik Dagang Sapi ini menyeruak bukan pada saat memulai pertarungan Politik dan Pemilu akan tetapi menjadi Ikon Media ketika salah satu kandidat memenangkan kursi kekuasaan, baik itu kepala daerah maupun kepala negara. Hal ini ditandai dengan dimulainya kepala daerah atau kepala negara akan menentukan siapa siapa yang akan duduk menjadi pembantunya dalam kabinet.

Apa benang merahnya sehingga bagi bagi jabatan menteri kabinet beserta jajarannya diidentikkan dengan Dagang Sapi, seperti kita tahu bahwa dalam perdagangan sapi sangat kental dengan harga dan nominal atau jika ingin memakai istilah keren pertukaran aset atau kekayaan lah ..., apakah memang begitu.

Jujur sajalah, dalam iklim demokrasi Indonesia yang baru mulai merangkak dan berjalan tertatih tatih, hingga untuk berdiri tegak pun masih harus mencari cari pegangan yang pas dan tidak tertutup kemungkinan dalam berjalanpun harus dibantu oleh pihak yang iklim demokrasinya sudah dapat berjalan tegak bahkan berlari. Dalam suasana demokrasi yang serba terbatas tersebut maka tawar menawar dan prilaku balas budi pun tak dapat disingkirkan dengan segera, masih membutuhkan penyesuaian penyesuaian dan kompromi kompromi.

Kalau boleh berandai andai ... mohon maaf jika ada yang tersinggung dengan perandaian ini, karena ini cuma sekedar andai andai dan bukan sebenarnya ... kalaupun ternyata benar seperti itu mohon dimaklumi sajalah, karena hanya suatu kebetulan saja.

Andai-andai dimulai :

Maksud dari dagang sapi dalam dunia politik itu adalah, Jabatan diidentikkan dengan Sapi yang akan diperjual belikan, oleh Si Pemilik Jabatan tersebut kepada siapa saja yang bisa menawar dengan harga tertinggi dan terbaik (menguntungkan) , ketika ada penawaran tertinggi dan terbaik serta dapat memberikan keuntungan maka Si Sapi akan segera diserahkan kepada Si Pembeli tadi.

Nah sampai disini adakah sesuatu yang buruk dengan cara cara demikian itu .... Bisa YA dan Bisa juga TIDAK, tergantung dari nilai yang dipertukarkan serta dampaknya bagi lingkungan.

  1. Jika nilai tukarnya hanya sebatas nominal serta pembelinya adalah seorang spekulan dengan predikat NOL integritasnya terhadap lingkungan, maka siap siap DAMPAK terhadap LINGKUNGAN akan menjadi BURUK, pencemaran akan terjadi dan penderitaan segera mengintai, Si Spekulan akan mementikan dirinya dan golongannya sendiri tanpa memperdulikan sekitarnya.
  2. Politik Dagang Sapi ini akan berdampak keBAIKan ketika nilai tukar yang diperjual belikan disitu adalah Integritas dan Kesetiaan terhadap KEMAJUAN LINGKUNGAN dalam hal ini BANGSA dan NEGARA, kapabilitas Si Pembeli diseleksi terlebih dahulu hingga ketika Sapi sudah berpindah tangan maka Sapi tersebut akan berada ditangan yang tepat dan kompeten, dan akhirnya akan banyak memberikan MANFAAT pada siapapun yang terkait dengan keberadaan Sapi tersebut, namun jika cara seperti ini yang dipakai apakah masih pantas cara ini disebut dengan POLITIK DAGANG SAPI, wallahu 'alam bissawwab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun