Mohon tunggu...
Thomas Sembiring
Thomas Sembiring Mohon Tunggu... Jurnalis - Blogger KereAktif

ASMI Santa Maria, Univ.Sanata Dharma, Diaspora KARO, Putera Aceh Tenggara, International Movement of Young Catholics (IMYC) for Social Justice, INDONESIA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Surat Cinta untuk Turang, Sonya Depari

8 April 2016   23:06 Diperbarui: 9 April 2016   18:43 3114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebab faktanya Turang memang belum berhasil mengendalikan diri dan terlanjur membawa nama Bapak Uda yang kebetulan seorang Jenderal di pusat negeri.

Faktanya, Turang  memang sedang kalah dan salah. Tak udah dulu dibantahkan, Turang berhasil memancing sifat asli sebagian besar masyarakat kita yang lebih senang sensasi berbau nama petinggi negeri. Apalagi memang demikian Turang, masyarakat kita sudah lama muak dengan arogansi yang berbau petingg disaat rakyatnya jadi bau karena tak sempat mandi saat mencari rezeki. 

Tetapi ingat Turang, adakah manusia di muka bumi ini yang tidak memiliki salah? Apakah lalu karena pernah bersalah, mereka lalu terus didera perasaan kalah? Sadar, Turang. Sepenuhnya dalam hidup dan masa depan, Turang kekalahan adalah pelajaran untuk menang.

Semua ini bagian dari proses kehidupan Turang. Hanya, sayang Turang memang belum menyadari gerak zaman yang tak lagi seperti dulu sekali saat beking-beking masih bisa meraja sesuka hati. Hari-hari ini beking tak selalu bisa menang menghadapi Twitter, Facebook dan sosial media lainnya. Bahkan lebih dari seorang jenderal pun bisa tumbang bila seluruh amarah negeri memuncak serta bergelora melalui sosial media. 

Ingat kan, seorang tukang kayu beberapa tahun lalu memang dari seorang Jenderal karena derasnya suara di sosial media. Tukang kayu itu kini menjadi orang nomor satu, jauh diatas Bapak Uda yang Turang sebut.

Mungkin di sekolah Turang belum mendapatkan rasa dari dinamika ini. Dinamika masyarakat yang perlahan berubah lebih jeli melihat kesalahan orang bahkan di pedalaman sekalipun. Sejauh muncul di sosial media, bahkan mungkin siluman hingga begu ganjang pun bisa jadi trending topic di sosial media.Tapi Turang, semua sudah terjadi dan sesalpun tiada guna.

Sadar Turang,

Saatnya Turang usap air mata dan sempatkan sejenak berdoa. Berbicara dengan Sang Maha Adil yang lebih memahami alasan Turang bertindak kalap. Berkatalah pelan penuh penyesalan sembari memberikan doa pada perjalanan bapak yang terlanjur berpulang. 

Minta kekuatan karena hari ini dari seluruh pelajar yang mengikuti ujian nasional, Turang satu-satunya peserta yang benar-benar menghadapi ujian secara nasional. Mulai dari Sabang sampai Merauke bahkan sebagian pembaca internasional mungkin jadi penguji seorang Sonya Depari.

Terimalah pilihan yang tidak Turang harapkan ini. Toh pilihan ini memang tampaknya mengerikan. Tetapi sebagai seorang Legan, perempuan Karo yang tangguh, kesalahan mestilah bukan akhir dari segalanya bagi kehidupan. Sebab kesalahan dan ujian penanda hidup kita masih diberkati dengan kekuatan. Maka sekali lagi Turang, usap air mata. Selesaikan ujian ini sebaik-baiknya.

Hadapi dengan mantap ujian yang tak akan semua orang bisa menerimanya. Hadapi dan selesaikan dengan ketenangan diri yang lebih baik. Selesaikan ujian hidup Turang hingga dengan ikhlas Turang pertama-tama bisa memaafkan diri sendiri dan lalu meminta maaf pada ibu Panjaitan. Polwan yang sama seperti Turang juga seorang perempuan. Meminta maaf dan peluklah dirinya penuh penyesalan serta kasih sayang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun