Mohon tunggu...
Thomas Sembiring
Thomas Sembiring Mohon Tunggu... Jurnalis - Blogger KereAktif

ASMI Santa Maria, Univ.Sanata Dharma, Diaspora KARO, Putera Aceh Tenggara, International Movement of Young Catholics (IMYC) for Social Justice, INDONESIA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tuhan Rencanakan, Manusia Menentukan

21 Juli 2013   16:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:14 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah anda mendengar sebuah ungkapan berikut? Manusia merencanakan, Tuhan yang menentukan. Bagi sebagian besar orang, ungkapan ini masih menjadi sebuah keyakinan dan dipegang betul. Menjadi sebuah penawar kecewa saat segala sesuatu berakhir tidak sesuai harapan. Rasanya bukan sebuah hal yang keliru menerima ungkapan tersebut. Pun demikian, entah mengapa saya jauh lebih yakin bilamana Tuhan merencanakan, manusia yang menentukan. Tanpa menutup peluang rahmat dan keterlibatan Sang Pencipta, saya lebih menyakini bahwa kita pada dasarnya sudah diciptakan dengan penuh kebaikan, diberi rencana kehidupan yang baik dan tentu saja agar kita mencapai tujuan akhir kehidupan juga dengan baik. Seluruhnya baik tanpa terkecuali. Lalu kita barangkali bertanya mengapa seluruh kehidupan yang kita jalani, tidak seluruhnya baik? Tentu saja karena keterbatasan manusiawi kita dan kecenderungannya akan segala sesuatu yang memikat membuat kita kerap melupakan peta perjalanan hidup kita. Tawaran lain yang muncul dalam perjalanan kita membuat kita kadang lupa pada jalan yang seharusnya kita tapaki. Hal ini membuat kita sulit menemukan kebaikan dan kadang bila sudah terlalu jauh menyimpang, kita seakan terjebak dalam labirin dan sulit menemukan jalan keluar. Hal ini tentu saja karena manusia begitu dicintai sehingga kita diberi sebuah keleluasaan bertindak dan memilih apa yang kita butuhkan. Kita dilahirkan dengan kehendak bebas untuk memahami kembali makna kita dilahirkan dan diciptakan dalam rangkaian seluruh kehidupan. Kehendak bebas yang memberi kita sebagian dari kekuatan illahi (sebab pada dasarnya kita adalah bagian dari Yang Illahi). Kekuatan dan otoritas untuk memilih apa yang menurut kita baik unuk membantu seluruh perjalanan hidup kita. Sayangnya kehendak bebas bisa membawa kita kedalam situasi terjun bebas atau jatuh dan terhempas. Hal ini karena kebebasan yang luar biasa itu kerap takluk berhadapan dengan begitu bebasnya pilihan dalam kehidupan. Maka jangan heran manusia akrab dengan berbagai kekeliruan dan kesalahan karena terbatasnya kemampuan kita dalam memilihi apapun yang dihadapkan secara bebas dalam hidup kita. Oleh karena kehendak bebas dan terbatasnya kemanusiaan kita, disinilah kita mengandalkan sosok Yang Illahi agar menuntun kita dalam tiap laku perjalanan dan tiap menghadapi pilihan. Kita membutuhkan keterampilan memilih dan olah batin yang cukup terlatih agar kita sebisa mungkin menghindari jebakan pilihan yang kadang membingungkan. Kita perlu melatih seluruh indera dan batin kita agar kehendak bebas yang kita miliki senantiasa tidak lepas dari keterlibatan rahmat-Nya. Melalui relasi yang demikian, kita kiranya menjadi jauh lebih manusiawi dalam keillahian kita dengan menjadi pribadi yang lepas bebas. Pribadi yang tidak mudah terjebak dalam rangkaian pengalaman yang menjatuhkan. Pribadi yang menerima kesalahan dengan kehendak untuk memperbaiki langkah ke depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun