Mohon tunggu...
Thomas Sembiring
Thomas Sembiring Mohon Tunggu... Jurnalis - Blogger KereAktif

ASMI Santa Maria, Univ.Sanata Dharma, Diaspora KARO, Putera Aceh Tenggara, International Movement of Young Catholics (IMYC) for Social Justice, INDONESIA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sisi Lain dan Refleksi Hari Kebangkitan Nasional

10 Mei 2014   01:36 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:40 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
Pramoedya Ananta Toer

[caption id="attachment_323179" align="aligncenter" width="318" caption="Sosok Tirto Adhi Soerjo dan koran terbitannya yang melegenda, Medan Prijaji. Foto: agusvandermayu.blogspot.com"][/caption]

Perdebatan mengenai latar belakang sejarah ditetapkannya 20 Mei 1908 sebagai penanda kebangkitan nasional tentu menarik untuk disimak. Berbagai informasi tersebut dapat dengan luas kita akses di media internet dengan berbagai pandangan yang tentu saja tidak mengikuti pola sejarah mainstream yang dibangun oleh rezim. Meski demikian informasi yang berkaitan dengan sejarah ini mestinya dikaji dan ditelusuri lebih jauh. Bagaimanapun kebiasaan buruk bangsa ini yang kerap melupakan sejarah dan merayakan meriah seremoni sebagai sebuah pengawal ingatan pantas untuk digantikan dengan metode ilmiah yang berbasis pada nilai historis dan cara yang jauh lebih edukatif.

Sebagaimana dengan apik disajikan Pramoedya Ananta Toer dalam Tetralogi Pulau Buru atawa Tetralogi Bumi Manusia, beberapa fakta sejarah dibungkus dalam novel-novelnya yang termasyhur. Salah satu bagian kunci sejarah kebangkitan nasional yang ditenggelamkan melalui mata sejarah pendidikan nasional kita antara lain peran R.M. Tirto Adhi Soerjo. Sosoknya yang diidentikkan dengan Minke, tokoh utama novel Pram dalam tetraloginya, merupakan seorang bangsawan yang mempelopori berdirinya kebangkitan rakyat. Melalui instrumen pers, R.M. Tirto Adhi Soerjo, membangkitkan kesadaran kritis masyarakat terhadap perlunya bangkit melawan kolonialisasi.

Bagaimana ia dapat disebut memulai kebangkitan nasional? Tentu saja perdebatan ini dapat diteruskan oleh para ahli sejarah, sebagaimana Asvi Marwan Adam, sejarawan LIPI mengkritisi hari lahir Boedi Oetomo (BO) pada 20 Mei 1908 sebagai dasar hari kebangkitan nasional. Kritik tersebut khususnya atas peran perjuangan BO yang kurang menggigit karena lebih banyak bergerak di bidang kebudayaan dan pendidikan, tanpa unsur perlawanan vis a vis terhadap kolonialisme. Lebih dari itu banyak kalangan menilai BO terlalu primor sebagai inspirasi kebangkitan nasional mengingat anggotanya merupakan kalangan priyayi Jawa dan Madura saja.

Lepas dari kontroversi itu, setidaknya fakta yang melandasi dimensi kebangkitan nasional dapat kita temukan pada perjuangan seorang R.M. Tirto Adhi Soerjo. Perjuangan itu dimulai dengan apik di Bandung dengan menerbitkan surat kabar Soenda Berita (1903-1905) dan Medan Prijaji (1907) dan Putri Hindia (1908). Medan Prijaji adalah surat kabar pertama yang menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa utamanya untuk memperluas kesadaran kolektif bangsa-bangsa nusantara yang dijajah. Kesadaran akan pentingnya bahasa pemersatu sebagai modal kebangkitan nasional telah diawali olehnya dua dekade sebelum akhirnya hal itu disadari dan diakui dalam Kongres Pemuda pada tahun 1928.

Tidak banyak memang yang mengenal tokoh ini oleh karena banyak kepentingan rezim yang mesti menutupi kesadaran kritis masyarakat. Kendati demikian hal ini menjadi relevan untuk kita telusuri sebab bagaimanapun nalar kritis adalah salah satu modal dasar pendidikan dalam membangkitkan kekuatan rakyat dan Negara. Sosok R.M. Tirto Adhi Soerjo dan jejak perjuangannya perlu diletakkan kembali pada konteks sejarah yang sebenarnya. Hal ini agar kita dapat kembali pada esensi kebangkitan nasional yakni kebangkitan sebuah entitas bangsa yang tertindas, tanpa sekat primor, dan tentu saja memiliki aspek perlawanan. Tidak ada sebuah kebangkitan tanpa perlawanan terhadap sistem yang menindas, pembodohan serta kultur feodal yang memecah kesatuan rakyat. Hal ini ada pada diri seorang R.M. Tirto Adhi Soerjo.

Tentu saja bila hal ini mendapatkan perhatian serius dari para sejarawan dan rezim, maka kita akan memulai sebuah revolusi sejarah sekaligus sejarah revolusi. Hal ini akan mengantar bangsa ini untuk mulai belajar menghargai sejarahnya lepas dari kepentingan politik setiap rezim. Kita akan dibiasakan untuk melihat masa lalu dengan jernih dan daripadanya kita membangun langkah mantap menuju masa depan. Perlu sebuah keberanian dari seluruh elemen bangsa untuk meluruskan kembali jejak sejarah dan mengakui peran besar dari para pahlawan yang tersingkir namun telah mengukir jejak penting dalam kebangkitan nasional. Ini akan menjadi lokus baru dalam membangun paradigma sejarah ke-INDONESIA-an yang lebih baik. Tentu saja sekaligus momentum penting dalam membenahi pendidikan kita yang kian carut marut dengan berbagai berita pelecehan dan kekerasan.

Hari Kebangkitan Nasional dan Hari Pendidikan mestinya mengandung pesan perjuangan yang sama pada seluruh anak bangsa. Pesan mendasar untuk memperjuangkan pendidikan yang membentuk insan berkarakter egaliter, cerdas dan kritis. Sebab tidak akan ada kebangkitan tanpa kesadaran kritis dan tidak aka nada kesadaran kritis tanpa pendidikan yang sejati. Pendidikan yang membebaskan manusia dari pembodohan. Bukan pendidikan yang sarat kepentingan rezim dan cenderung mengabaikan sejarah serta kearifan budaya bangsa.

Selamat merefleksikan Hari Kebangkitan Nasional! Selamatkan Pendidikan Nasional!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun