Mohon tunggu...
Nora Cyril Sembadra Mahardhika
Nora Cyril Sembadra Mahardhika Mohon Tunggu... -

I like all about Japan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pesona Awan Batik Megamendung

9 Juni 2013   14:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:18 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anda yang pernah menonton anime Naruto, pasti tahu motif jubah dari Akatsuki ‘kan? Jika mencermati motif jubahnya, Anda pasti akan teringat oleh motif batik megamendung khas Cirebon. Ya, kedua motif awan tersebut berasal dari motif awan Cina. Namun, bukan motif jubah Akatsuki yang akan dibahas melainkan motif megamendung asal Cirebon.

Jika melihat motif bercorak awan, pasti langsung terbayang motif batik khas Cirebon, Jawa Barat. Batik yang satu ini memang bayak digemari oleh masyarakat Indonesia maupun mancanegara. Buktinya, motif batik kebanggaan masyarakat Cirebon ini pernah dijadikan cover buku terbitan luar negeri yang berjudul “Batik Design” , karya Pepin van Roojen. Megamendung memiliki warna khas yakni warna merah tua yang menggambarkan maskulinitas serta kedinamisan dan warna biru yang menggambarkan warna langit yang luas, bersahabat, tenang, serta pembawa hujan yang merupakan pembawa kesuburan dan pemberi kehidupan, namun seiring perkembangan zaman, megamendung memilki warna yang beraneka ragam. Megamendung ini memiliki kekhasan yang tidak ditemui di daerah penghasil batik lain. Bahkan karena hanya ada di Cirebon dan merupakan masterpiece, Departemen Kebudayaan dan Parawisata RI akan mendaftarkan motif megamedung ke UNESCO sebagai salah satu “World Heritage”.

“Batik Design” , karya Pepin van Roojen.

Timbulnya batik megamendung bermula pada saat bangsa China datang ke wilayah Cirebon melalui pelabuhan Muara Jati. Hal ini diperkuat oleh pernikahan antara Sunan Gunung Jati (salah satu Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di Cirebon) dengan Putri Ong Tien/ Nyi Ratu Rara Semanding (Putri Kaisar Hong Gie-Dinasti Ming). Sebelum menikah dengan Sunan Gunung Jati, Putri Ong Tien membawa harta benda yang berasal dari Cina, seperti keramik, piring, dan kain yang berhiasan bentuk awan. Hal inilah yang menjadi cikal bakal motif awan pada batik megamendung yang mengambarkan masyarakat Cirebon yang lugas, terbuka, dan memiliki kedudukan yang sama dengan yang lain. Sedangkan menurut faham Taoisme, awan melambangkan dunia atas yang berarti bebas, dunia luar, dan memiliki makna transidental/Ketuhanan.

Perbedaan antara motif awan Cina dengan Cirebon adalah motif awan Cina memiliki awan yang bulat atau cenderung melingkar, sedangkan yang dari Cirebon memiliki awan yang cenderung lancip, lonjong, dan berbentuk segitiga.

Pada bentuk megamendung Cirebon, terlihat garis lengkung yang beraturan, dari bentuk lengkung yang paling dalam kemudian melebar keluar menunjukkan gerak yang teratur dan harmonis. Garis lengkung yang beraturan ini memberi makna bahwa dalam kehidupan manusia yang selalu berubah (naik-turun) kemudian berkembang keluar untuk mencari jati diri (kehidupan ekonomi, politik, sosial, budaya, dll).

Terlepas dari makna motif megamendung ini, tentunya kita berharap kesenian batik yang indah dan memesona ini tidak akan hilang dan selalu ada generasi penerus yang akan meneruskan warisan leluhur kita dalam hal membatik. Dan apabila Anda tertarik untuk memburu motif batik megamendung ini, Anda dapat mengunjungi daerah Trusmi-Cirebon di Jalan Panembahan Utara, Kecamatan Plered. Selain motif megamendung, di Trusmi juga terdapat batik khas Cirebon lainnya, seperti motif trusmi, singa wadas, kompeni, kawung, parang (rusak, barong, klitik, slobong), dan masih banyak lagi. Selamat berkunjung :-).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun