Mohon tunggu...
Mas Guru
Mas Guru Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang arsitek dari generasi penerus peradaban. Seorang pemimpin dari raksasa-raksasa besar bertubuh kecil. Seorang ayah yang belum beristri dari sekumpulan anak-anak yang lucu. Seorang yang sangat mencintai anak-anak. Dan saya adalah seorang guru di sebuah yayasan Islam di Purwokerto.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Miris: Anak 4 Tahun Menyanyi "Masa lalu" @D'Terong Show

19 April 2014   21:00 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:28 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bing beng bang
Yok kita ke bank
Bang bing bung
Yok kita nabung
Tang ting tung hey
Tau tau kita nanti dapat untung

Dari kecil kita mulai menabung
Supaya hidup kita beruntung
Mau keliling dunia ada uangnya
Juga untuk membuat istana

Lirik lagu yang sangat popular saat saya masih anak-anak di akhir tahun 90-an. Lagu yang dinyanyikan oleh Titik Puspa bersama dengan Geofany dan Saskia ini selain enak di dengar juga membawa pesan positif agarkita rajin menabung.

Lain dulu lain sekarang, lain lagu anak jaman dulu lain pula lagu anak jaman sekarang. Coba kita cek salah satu lagu yang dinyanyikan seorang anak berusia 4 tahun pada acara D’terong Show Indosiar.

Kau kira tak menyakiti aku

Pabila dia menelponmu

Meskipun kau tlah resmi milikku

Karna dia bekas pacarmu

Kau kira hatiku tak cemburu

Di saat dia bersamamu

Ku takut terulang masa lalu

Karna dia bekas pacarmu

Anak empat tahun sudah mahir menyanyikan lagu orang dewasa yang berisi cinta-cintaan. Hadeuuuh (sambil ngelus dada).

Sebagai seorang guru Sekolah Dasar saya sangat prihatin menyaksikan seorang anak tampil di panggung D’Terong menyanyikan lagu “masa lalu” dan “oplosan” disertai joget seksi ala orang dewasa. Jika Ramzi, Inul, Irfan dan seluruh orang yang ada di panggung D’terong bertepuk tangan menyaksikan hiburan “dewasa”dari seorang anak, maka sebagai pendidik adalah suatu keprihatinan.

Seyogyanya seorang anak diberikan materi ajar sesuai dengan tingkat perkembangannya. Pada anak usia TK dan SD maka materi yang ditanamakan berfokus pada penanaman karakter seperti cinta kebersihan, menghormati orang tua, cinta tanah air dan senang menabung.

Salah satu metode ampuh untuk menanamkan karakter tersebut adalah dengan lagu. Lagu disukai anak-anak karena membuat mereka senang. Lewat lagu ini lah seorang guru dapat menyampaiakan pesan-pesan pendidikan.

Apa jadinya jika pesan-pesan “lagu” yang disampaikan adalah pesan-pesan cinta, kekerasan atau bahkan seksualitas? Bisa dibayangkan bagaimana buruknya generasi indonesia masa depan.

Perkembangan anak sangat tergantung pada apa yang dia lihat, dengar, dan rasakan dari orang tua, guru dan lingkungan. Mereka layaknya kertas putih yang siap diberi warna atau tulisan apa saja. Warna apa yang akan muncul tergantung kita orang-orang disekitarnya.

Anak-anak sesungguhnya punya potensi otak yang lebih berkembang dibandingkan orang dewasa. Mereka dapat menghafalkan puluhan kosa kata baru dalam satu hari. Bisa menghafal berbagai hal yang dia dengar. Sebuah pribahasa yang terkenal ,”belajar dimasa kecil, bagai menulis di atas batu, belajar setelah dewasa, bagai menulis di atas air”.

Sungguh indah jika kemampuan besar dari anak-anak dimanfaatkan dengan baik. Menghafalkan Al Qur’an, kosa kata bahasa inggris, mempelajari materi-materi sekolah akan jauh lebih bermanfaat. Dibandingkan dengan menghafal lagu dangdut yang tak bermanfaat bahkan menimbulkan mudharat.

Orang tua adalah pemegang peranan utama dalam mendidik anak. Maka ingat-ingatlah salah satu pesan Rasulullah, "Perhatikanlah anak-anakmu, dan didiklah mereka dengan baik." (HR. Ibnu Majah).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun