Bing beng bang
Yok kita ke bank
Bang bing bung
Yok kita nabung
Tang ting tung hey
Tau tau kita nanti dapat untung
Dari kecil kita mulai menabung
Supaya hidup kita beruntung
Mau keliling dunia ada uangnya
Juga untuk membuat istana
Lirik lagu yang sangat popular saat saya masih anak-anak di akhir tahun 90-an. Lagu yang dinyanyikan oleh Titik Puspa bersama dengan Geofany dan Saskia ini selain enak di dengar juga membawa pesan positif agarkita rajin menabung.
Lain dulu lain sekarang, lain lagu anak jaman dulu lain pula lagu anak jaman sekarang. Coba kita cek salah satu lagu yang dinyanyikan seorang anak berusia 4 tahun pada acara D’terong Show Indosiar.
Kau kira tak menyakiti aku
Pabila dia menelponmu
Meskipun kau tlah resmi milikku
Karna dia bekas pacarmu
Kau kira hatiku tak cemburu
Di saat dia bersamamu
Ku takut terulang masa lalu
Karna dia bekas pacarmu
Anak empat tahun sudah mahir menyanyikan lagu orang dewasa yang berisi cinta-cintaan. Hadeuuuh (sambil ngelus dada).
Sebagai seorang guru Sekolah Dasar saya sangat prihatin menyaksikan seorang anak tampil di panggung D’Terong menyanyikan lagu “masa lalu” dan “oplosan” disertai joget seksi ala orang dewasa. Jika Ramzi, Inul, Irfan dan seluruh orang yang ada di panggung D’terong bertepuk tangan menyaksikan hiburan “dewasa”dari seorang anak, maka sebagai pendidik adalah suatu keprihatinan.
Seyogyanya seorang anak diberikan materi ajar sesuai dengan tingkat perkembangannya. Pada anak usia TK dan SD maka materi yang ditanamakan berfokus pada penanaman karakter seperti cinta kebersihan, menghormati orang tua, cinta tanah air dan senang menabung.
Salah satu metode ampuh untuk menanamkan karakter tersebut adalah dengan lagu. Lagu disukai anak-anak karena membuat mereka senang. Lewat lagu ini lah seorang guru dapat menyampaiakan pesan-pesan pendidikan.
Apa jadinya jika pesan-pesan “lagu” yang disampaikan adalah pesan-pesan cinta, kekerasan atau bahkan seksualitas? Bisa dibayangkan bagaimana buruknya generasi indonesia masa depan.
Perkembangan anak sangat tergantung pada apa yang dia lihat, dengar, dan rasakan dari orang tua, guru dan lingkungan. Mereka layaknya kertas putih yang siap diberi warna atau tulisan apa saja. Warna apa yang akan muncul tergantung kita orang-orang disekitarnya.
Anak-anak sesungguhnya punya potensi otak yang lebih berkembang dibandingkan orang dewasa. Mereka dapat menghafalkan puluhan kosa kata baru dalam satu hari. Bisa menghafal berbagai hal yang dia dengar. Sebuah pribahasa yang terkenal ,”belajar dimasa kecil, bagai menulis di atas batu, belajar setelah dewasa, bagai menulis di atas air”.
Sungguh indah jika kemampuan besar dari anak-anak dimanfaatkan dengan baik. Menghafalkan Al Qur’an, kosa kata bahasa inggris, mempelajari materi-materi sekolah akan jauh lebih bermanfaat. Dibandingkan dengan menghafal lagu dangdut yang tak bermanfaat bahkan menimbulkan mudharat.
Orang tua adalah pemegang peranan utama dalam mendidik anak. Maka ingat-ingatlah salah satu pesan Rasulullah, "Perhatikanlah anak-anakmu, dan didiklah mereka dengan baik." (HR. Ibnu Majah).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H