Mohon tunggu...
Selvy Safitri
Selvy Safitri Mohon Tunggu... Freelancer - A social worker, a sanguine, a cat-tail willow spirit who look for an oak :)

I've always loved the beginnings; the start of a new project, the birth of a new friendship, the first page of a love story.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kerja Jalan, ''Traveling'' Lancar, Nyeri Otot Hilang!

9 Januari 2018   19:37 Diperbarui: 9 Januari 2018   20:24 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di zaman yang serba canggih dan kreatif seperti sekarang ini, semua hal sudah banyak sekali yang berubah, termasuk soal pekerjaan. Bekerja kini tak lagi seperti dahulu yang kebanyakan hanya duduk dan menetap di kursi kantor saja, beberapa profesi menuntut Anda untuk nomaden. Sebagai seorang pekerja sosial, saya lebih sering berada di luar kantor, satu dua kali bahkan mengunjungi tempat baru yang berbeda kota, provinsi, pulau bahkan Negara hingga benua. Kondisi seperti ini tentu mengharuskan saya untuk ekstra menjaga kesehatan tubuh dan harus punya cara jitu dalam mengatasi kemungkinan gangguan kesehatan yang bisa muncul kapan saja.

Hal yang paling sering menghambat perjalanan saya ketika bekerja sambil travelling ialah masuk angin dan nyeri otot di bagian pergelangan kaki hingga lutut. Kebayang bukan ketika harus melakukan survey atau bertemu mitra dengan sepatu highheels 5 cm dan kaki terasa nyeri, wah kondisi itu sempurna bisa membuat suasana hati buruk seharian!

Dalam tulisan kali ini saya akan mencoba berbagi tips bagaimana bisa melakukan perjalanan sesering mungkin tanpa masuk angin dan nyeri otot yang mengganggu menurut pengalaman saya sebagai pekerja sosial. 

Misalnya di Januari 2017 yang lalu, saya mendapatkan tugas untuk berkunjung ke sebuah kota yang saya sendiri baru pertama mengenal namanya, yaitu Fakfak yang berada di ujung Indonesia,  tepatnya Papua Barat. Episode perjalanan ke Fakfak dimulai sejak dini hari, tepat di pukul 00.00 wib dari bandara Soekarno-Hatta menuju Sorong. Sampai di Sorong saya kembali melanjutkan perjalanan menuju Fak Fak dengan menumpang pesawat baling-baling yang memuat hanya 20 penumpang saja. Total perjalanan yang kami tempuh menuju Fak Fak dari Jakarta menghabiskan waktu kurang lebih 10 jam 25 menit. Jauh juga ya?!

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Misi kemanusiaan yang saya bawa kali ini ialah untuk mengawasi program yang sudah dilakukan oleh tim relawan setempat untuk membuat akte kelahiran gratis bagi anak-anak Indonesia di Fak Fak. Di Papua secara khusus, ternyata angka anak-anak yang tidak punya akta kelahiran sangat tinggi dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya akta kelahiran.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Sesampainya di bandara Fak Fak ternyata tantangan berikutnya sudah menanti kami. Rasa lelah selama perjalanan di pesawat ternyata sama sekali belum apa-apa, kami masih harus menaiki mobil kijang (tua) milik warga setempat dan melewati jalan-jalan menanjak, menurun serta berkelok-kelok khas pegunungan selama dua jam untuk akhirnya sampai di penginapan.

Bagi para pekerja sosial sekaligus traveler, mengunjungi tempat baru untuk pertama kalinya pastilah menjadi tantangan yang menyenangkan, bisa menemukan berbagai makanan khas, budaya, cara hidup, hingga aksen bahasa yang bebeda, dan jangan lupakan keindahan arsitektur alam yang berbeda pula. Fak Fak dan sederet kota yang pernah saya kunjungi di dalam dan luar negeri selalu memiliki karakter alam yang berbeda satu sama lain, sangat menarik untuk mengunjungi setiap sudutnya.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
img-20170115-wa0173-5a549d98bde57505a64ba172.jpg
img-20170115-wa0173-5a549d98bde57505a64ba172.jpg
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Selama lima hari di Fak Fak saya sangat mengagumi setiap inci alamnya yang tentu belum tersentuh inovasi, disini saya masih menemui warga yang mencari kayu bakar untuk memasak di hutan. Warga terbiasa untuk berjalan kaki menanjak ke arah pegunungan sambil membawa keranjang yang diikat dengan kain di atas kepala.

Mengikuti jejak warga setempat, saya dan relawan lokal memutuskan untuk berjalan kaki selama melakukan survey. Beberapa tempat berjarak lumayan dekat dari penginapan meskipun jalanan nya menanjak, namun beberapa tempat lainnya mengharuskan kami berjalan kaki seperti menuruni tebing curam dan berjarak lumayan jauh dari lokasi sebelumnya. Selain itu, saya juga ikut menyempatkan diri untuk mengunjungi tempat wisata alam di Fak Fak, seperti pantai Trumbuni dan pemandian Ubadari. Lokasi masing-masing tempat wisata ini lumayan sulit ditempuh, awalnya kami menggunakan motor yang tentu ban nya harus tahan dengan jalan yang agak berbeda dengan kota-kota besar, kemudian dilanjut dengan berjalan kaki menelusuri jalan berlumpur yang menanjak dengan berpegangan keakar-akar pohon besar yang kuat di kiri dan kanan.

Dengan aktifitas outdoor sesering itu, saya biasanya selalu melakukan pencegahan terlebih dahulu sebelum nyeri otot plus masuk angin menyerang tubuh. Karena meskipun aktifitas sangat padat, tentu haram hukumnya bagi saya untuk berhenti beraktifitas, apalagi hanya karena masuk angin, pegal dan nyeri otot. Maka ini lah beberapa tips yang saya biasa lakukan sebelum dan saat di perjalanan agar selalu bebas melakukan apa saja tanpa gangguan:

  • Banyak minum air putih dan selalu sedia botol tempat air minum di ransel atau tas.
  • Selalu mengkonsumsi nasi dan sayur sebelum menyantap kuliner yang pedas dan lain-lain.
  • Mengganjal kaki dengan bantal (posisi kaki lebih tinggi dari kepala) saat tidur, hal ini bertujuan untuk memperlancar darah ke otak dan berguna untuk mengurangi pegal.
  • Mengkonsumsi madu setiap hari untuk menjaga stamina.
  • Mandi dengan air hangat sebelum tidur untuk melemaskan otot yang tegang seharian dan mencegah masuk angin.
  • Mengoleskan balsem (biasanya saya menggunakan balsem Geliga) di bagian leher belakang hingga tengkuk, hal ini dilakukan setiap sebelum tidur dan naik pesawat untuk membuat kepala relax dan mencegah pusing akibat masuk angin.
  • Mengoleskan cream pereda nyeri otot, aku memakai Geliga Cream di bagian pergelangan kaki hingga lutut dan bahu, dilakukan setiap malam hari sebelum tidur dan pagi hari sebelum memulai perjalanan. Hal ini sangat ampuh untuk mencegah kram dan pegal berlebihan, selain itu rasanya yang hangat akan membuat kakimu sangat nyaman, dan jika terkena air rasanya seperti mengonsumsi daun mint.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Aku sendiri memilih balsem Geliga dan Geliga Cream karena selain memang berfungsi secara ampuh untuk mencegah dan meredakan nyeri pada kaki, punggung, dan pundak ku, Geliga Cream juga sangat yaman dipakai serta yang paling penting adalah tidak lengket dan tidak meninggalkan noda di legging yang ku pakai. Maklum saja, saya seorang wanita yang kerap kali memakai rok, jadi secara otomatis akan selalu memakai legging di dalam, repot sekali bukan kalau sampai cream yang di pakai meninggalkan noda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun