Di sisi lain, psikoterapi spiritual adalah panduan dan anugerah yang diberikan oleh Allah Swt, yang merangkum kerangka teologis dari seluruh pendekatan psikoterapi. Terkadang, masalah kesehatan mental diabaikan dalam masyarakat, padahal kesehatan jiwa memiliki tingkat penting yang sama dengan kesehatan fisik. Dalam konteks Islam, kesehatan mental mencakup makna hati yang tenteram (al-muthmainnah) dan jiwa yang suci (assakinah). Islam memandang kesehatan mental bukan hanya sebagai harmoni dalam hubungan manusia dengan dunia, melainkan juga dalam konteks iman yang benar.
Terapi psikologis mandiri (Islamic self psychotherapy) berbasis Islam memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan mental manusia, karena dengan menerapkan metode ini, individu dapat beradaptasi dengan perubahan gaya hidup yang baru.Â
Melalui pendekatan Islamic self psychotherapy, metode ini dapat berfungsi sebagai bentuk terapi diri, terutama jika individu yang menerapkannya memiliki pemahaman yang mendalam tentang prinsip-prinsip psikoterapi Islam. Hal ini dapat membantu mencegah gangguan mental yang mungkin muncul sebagai akibat dari masalah sosial dalam kehidupan masyarakat (Reza, 2016). Pendekatan preventif psikoterapi Islami bertujuan untuk mencegah terjadinya gangguan jiwa yang disebabkan oleh masalah kehidupan manusia, yang mencakup aspek emosional, kognitif, dan psikomotorik. Dengan demikian, individu dapat mempertahankan kesehatan mentalnya dengan baik (Reza, 2016). Dibawah ini, terdapat karakteristik orang yang merasa bahagia, yang meliputi:
- Bersih: Orang yang bahagia memiliki hati yang bersih dari segala bentuk kekafiran, syirik, munafik, iri, dengki, dan dendam. Al-Qur'an menyebutkan dalam surah Asy-syu'ara (26) ayat 88-89 bahwa hanya orang-orang yang mendekatkan diri pada Allah dengan hati yang suci yang akan mendapatkan manfaat pada hari di mana anak laki-laki dan harta tidak lagi berguna.
- Ketenangan: Ketenangan adalah tanda karakteristik orang yang bahagia. Ini mencakup keteguhan, ketentraman, dan kebahagiaan. Ketidaktenangan, di sisi lain, mencirikan ketegangan, ketidakseimbangan, dan kesengsaraan. Ketenangan hanya dapat dicapai setelah seseorang menerima hidayah, dan hidayah ini hanya diperoleh melalui iman. Al-Qur'an menyebutkan dalam surah Ar-Ra'd (13) ayat 28, Allah menjelaskan bahwa hati menjadi tenang ketika seseorang beriman dan mengingat Allah.
Dalam konteks pelaksanaannya, psikoterapi Islam dapat diterjemahkan ke dalam dua pendekatan, yaitu psikoterapi melalui keimanan dan ibadah. Pendekatan pertama, yaitu psikoterapi melalui keimanan, merupakan salah satu metode dalam psikoterapi Islam yang melibatkan penerimaan terhadap pengalaman hidup individu dan keyakinan bahwa pertolongan dari Allah SWT akan datang. Asumsi mendasar dalam pendekatan ini adalah keyakinan bahwa apa pun yang dialami oleh individu, baik atau buruk, sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya masing-masing. Prinsip ini tercermin dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah (2) ayat 286 yang menyatakan bahwa Allah tidak memberi beban kepada seseorang melebihi kemampuannya (Reza, 2019).
Pendekatan kedua, yaitu psikoterapi dalam bentuk ibadah, adalah metode psikoterapi Islam lain yang mendasarkan diri pada pelaksanaan ibadah dalam agama Islam. Ritual-ritual ibadah ini, seperti salat, zikir, puasa, dan ibadah-ibadah lainnya, bertujuan untuk mengembangkan aspek psikologis individu dan membangun ikatan yang lebih erat dengan Allah SWT. Melalui ibadah-ibadah tersebut, individu menciptakan kesadaran tentang kedekatan mereka dengan Allah sebagai Entitas Yang Maha Suci, yang menghasilkan perasaan bahwa mereka senantiasa berada dalam pemantauan dan perhatian-Nya.
Peran Psikoterapi Islam pada Kesehatan Mental
      Peran psikoterapi islam termasuk dalam fungsi pemahaman, kontrol, prediksi, pendidikan, pencegahan, pemurnian, penyembuhan, dan pengobatan. Pendekatan Psikoterapi islam adalah pengobatan preventif yang dilakukan melalui penerapan latihan spiritual ajaran agama. Penerapan pendekatan psikoterapi Islami mengarah pada permasalahan berdasarkan tuntunan Al Quran dan Hadist (Bachtiar, Aqidatul and Haidarsyah, 2022).
- Puasa
Puasa memiliki banyak manfaat dari segi mental, karena puasa berkaitan dengan penyembuhan berbagai penyakit jiwa dan raga. Dalam berpuasa seseorang harus mampu menahan hawa nafsunya, seperti nafsu makan, minum, marah, berhubungan seks, dan lain-lain. Orang yang berpuasa melatih dirinya untuk memimpin atau mengendalikan nafsunya serta menahan diri dari dorongan naluri yang negatif, atau dalam istilah psikologi disebut pengendalian diri (Bachtiar., et al 2022).
- Dzikir/Doa
Terapi dzikir adalah sebuah pendekatan spiritual yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan aspek spiritual individu. Dengan memperkuat dimensi spiritual, individu dapat mengembangkan sikap positif yang mampu mengurangi tingkat kecemasan. Oleh karena itu, penggunaan dzikir sebagai metode penanganan kecemasan dianggap sebagai langkah yang sesuai. Dzikir memberikan rasa ketenangan, kedamaian, dan keikhlasan, dan dapat digunakan sebagai suatu bentuk terapi yang melibatkan tindakan mengingat, menyebut nama, dan beribadah kepada Allah SWT secara berulang. (Widyastuti., et al 2019).Â
Selain itu, dalam mengatasi permasalahan hidup yang kompleks, seseorang tidak bisa hanya mengandalkan kecerdasan dan kapasitas emosional saja, namun diperlukan keterampilan penting lainnya. Keterampilan tersebut berkaitan dengan nilai-nilai spiritual karena manusia tidak bisa melupakan peran Tuhan Yang Maha Esa. Kebiasaan dalam mengingat Allah adalah dengan mengucapkan tasbih, takbir, istighfar, dan beribadah atau dengan membaca Al-Quran jiwa terasa bersih jernih dan perasaan menjadi tenteram dan tenteram.
Contoh Pengiplementasian Psikoterapi Islam