Dunia sedang mengalami serangan pandemi yang tidak terduga. Tidak ada negara yang sudah siap menghadapi pandemi ini. Pandemi merupakan sesuatu yang baru dan bahkan terus berevolusi hingga tercipta varian baru (Arrasyid 2021).Â
Varian-varian ini meningkatkan tingkat infeksi sehingga memudahkan orang-orang untuk terjangkit virus COVID-19. Berdasarkan data diketahui bahwa jumlah penderita tertinggi hampir mencapai 60.000 per hari.Â
Indonesia telah mengalami beberapa gelombang COVID-19. Awalnya memang terlihat penderita COVID-19 tidak terlalu banyak. Seiring berjalannya waktu penderita semakin meningkat.Â
Tidak hanya angka penderita, angka kematian juga meningkat seiring dengan adanya peningkatan penderita.Â
Kategori umur yang rawan terkena adalah kategori umur yang sudah tua. Hal ini disebabkan oleh faktor penyakit bawaan yang dapat memperparah gejala COVID-19.Â
Tidak terlihatnya virus ini juga menjadi salah satu fakta yang mempengaruhi semua rakyat di seluruh negara. Kepanikan yang muncul pada awal terjadinya pandemi memang sudah reda. Masyarakat terus beradaptasi dengan keadaaan. Namun, dibalik proses adaptasi ini banyak timbul kehawatiran yang mengarah pada overthinking.
Overthinking dapat didefinisikan sebagai perenungan berlebihan atau adanya pikiran yang tidak produktif yang terus terulang sehingga tidak ada ujung pemikiran tersebut (Hussain 2021). Pada masa pandemi overthinking dapat muncul berasal dari kehidupan pribadi maupun pekerjaan.Â
Overthinking yang muncul dari kehidupan pribadi berasal dari kekhawatiran mengenai keterjangkitan seseorang jika banyak melakukan kegiatan di luar. Terlalu lama berada di rumah membuat masyarakat terbiasa dengan keadaan dirumah lalu merasa aman.Â
Kemudian, jika masyarakat mulai beraktivitas diluar akan ada kekhawatiran yang muncul yaitu kekhawatiran akan terjangkit oleh virus. Mengingat tidak ada yang mengetahui tempat mana saja yang bisa membuat kita terjangkit. Hal ini bisa membuat orang memiliki kekhawatiran berlebih sehingga mengarah pada overthinking.Â
Bahkan hal ini bisa terjadi sebelum seseorang keluar rumah. Kekhawatiran berlebih muncul karena memikirkan dampak dampak yang bisa terjadi ketika terjangkit hingga adanya kematian. Overthinking yang muncul dari pekerjaan berasal dari beban kerja yang berat.Â
Aktivitas yang berganti menjadi aktivitas daring membuat batasan waktu dan tempat tidak terlihat. Tidak jarang muncul anggapan, karena di rumah beban kerja lain ringan atau tidak banyak aktivitas sehingga menjadi justifikasi penambahan waktu kerja bahkan saat akhir pekan. Kenyataannya tidak seperti itu.Â
Pekerjaan rumah tidak akan pernah menjadi ringan dan akan tetap pada kuantitas awalnya. Tidak dibenarkan untuk menyepelekan satu pekerjaan hanya karena tidak terlihat. Saat seperti ini yang memunculkan adanya overthinking atau perenungan berlebih.Â
Contohnya karena beban kerja yang berat maka meningkatkan tugas dengan tenggat waktu yang berbeda. Tidak jarang tenggat waktu yang ada itu berjalan bersamaan.Â
Hal ini yang membuat seseorang berpikir berlebihan akan dampak yang dihasilkan jika tugas-tugas tersebut tidak diselesaikan sebelum tenggat waktu. Banyaknya PHK di masa pandemic juga meningkatkan kekhawatiran ini.
Overthinking merupakan sesuatu yang dapat menimbulkan dampak yang fatal jika tidak segera ditanggulangi. Overthinking yang terus terjadi dapat menimbulkan depresi.Â
Depresi ini dapat mengancam nyawa. Oleh karena itu, di masa pandemi ini dibutuhkan dukungan satu sama lain untuk menghindari pembebanan kerja di pekerjaan yang berlebihan, serta sebagai reminder ketika seseorang mulai berpikir secara berlebihan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H