Pendidikan Nasional terbentuk melalui proses panjang yang tak mudah. Tokoh yang mempunyai andil besar dalam muncul dan terbentuknya pendidikan nasional di Indonesia adalah Ki Hadjar Dewantara. Ki Hajar Dewantara merupakan pahlawan bangsa yang berjasa di bidang pendidikan. Saking berjasanya dia pun dijuluki sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Ki Hajar Dewantara merupakan pelopor pendidikan bagi masyarakat pribumi ketika Indonesia masih dalam masa penjajahan kolonial Belanda.
Sebelum kemerdekaan, pendidikan di Indonesi terbatas pada kalangan elit atau kelompok sosial tertentu. Ini mengakibatkan kurangnya akses ke pendidikan bagi banyak orang. Salah satu praktik yang membentuk pendidikan pada saat itu adalah eksklusivitas. Pendidikan hanya tersedia bagi mereka yang memiliki status sosial atau finansial yang tinggi. Ini jelas membatasi kemerdekaan peserta didik untuk mengakses pengetahuan dan peluang pendidikan.
Selanjutnya pada zaman etik dan kebangunan nasional, pendidikan sudah berkembang namun tidak terlepas dari corak kolonialisme dan tidak mengandung cita0cita kebudayaan. Ki Hadjar Dewantara menyebut bahwa pendidikan adalah persemaian benihbenih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat kebangsaan. Kemudian pada tahun 1920 lahir "Taman Siswa" di Yogyakarta sebagai gerbang emas, mengandung jiwa si seluruh tanah air dan semangan revolusioner.Â
Menurut Ki Hadjar Dewantara dengan berdirinya Taman Siswa menyadarkan bahwa kemerdekaan nusa dan bangsa untuk mengejar keselamatan dan kebahagiaan rakyat, tidak mungkin tercapai hanya dengan jalan politik. Itulah sebabnya selalu adanya hubungan yang baik dan erat antara pergerakan pendidikan dan kebudayaan Tamansiswa dengan pergerakan politik. Hal tersebut yang menjadi dasar pemikiran hadirnya pendidikan nasional. Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan garis - garis bangsanya (kulturalnasional) dan ditujukan untuk keperluan perikehidupan (maatschappelijk), yang dapat mengangkat derajat negeri dan rakyatnya, sehingga bersamaan kedudukan dan pantas bekerjasama dengan lain-lain bangsa untuk kemuliaan segenap manusia di seluruh dunia.
Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), fikiran (intelek), dan jasmani anak-anak. Sebab itu Pendidikan mencakup budi pekerti, cipta rasa, karsa, raga. Â Ki Hajar Dewantara memiliki pandangan yang sangat penting tentang pendidikan yang disebut sebagai "Pendidikan Kodrat Alam" (Naturonderwijs) dan "Pendidikan Kodrat Zaman" (Culturalonderwijs). Pandangan ini menggambarkan pendekatan dan tujuan pendidikan yang berbeda untuk setiap fase perkembangan individu.
Pendidikan Kodrat Alam mempersiapkan anak-anak untuk memahami dunia sekitarnya dan mengembangkan potensi alamiah mereka, sedangkan Pendidikan Kodrat Zaman mempersiapkan mereka untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih terdidik dan berkontribusi. Dalam pandangan Ki Hajar Dewantara, pendidikan harus mencerminkan kodrat alam dan zaman masing-masing fase perkembangan individu, dan pendidik perlu memahami bagaimana mengintegrasikan kedua pendekatan ini dengan bijak dalam pembelajaran anak-anak.
Semboyan pendidikan yang terkenal dan melekat sampai sekarang yaitu "Ing Ngarsa Sung Tuladha (di depan harus memberi teladan), Ing Madya Mangun Karsa (ditengah harus membangun ide dan gagasan), Tut Wuri Handayani (dibelakang harus memberikan dorongan". Tiga semboyan dijadikan pondasi bagiseorang pendidik dalam ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa.
Refleksi
Setelah mengetahui sekaligus memahami perjalanan panjang pendidikan Indonesia seharusnya muncul kesadaran dalam diri terkait pentingnya pendidikan bagi individu maupun bangsa. Perjuangan dan jasa dari para tokoh pendidikan yang tercurah penuh keikhlasan untuk bangsa ini tentu harus dilanjutkan dan jangan sampai terabaikan.
Meskipun masih masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam Pendidikan Indonesia, sebagai generasi muda tentunya harus mau dan mampu untuk terus bertumbuh dan berkembang mewujudkan cita-cita mulia pendidikan disertai nilai-nilai luhur kebudayaan dan karakter bangsa yang telah diwariskan oleh nenek moyang para pendahulu kita.Â
Sebagai calon guru harus mau dan mampu untuk  menjadi seorang pendidik yang sangat mendukung penuh kemerdekaan dalam belajar. Ada dua hal yang menjadi prinsip dalam pembelajaran yang akan kami berikan, yaitu kritis kolaboratif dan demokratisasi belajar. Kritis kolaboratif artinya dapat memberikan ruang pembelajaran yang berbasis kritis dan kolaboratif yang menantang konstruksi terhadap realitas yang ada, dan menyadarkan peserta didik untuk mencari keadilan, menghargai hak asasi manusia, menghormati keberagaman budaya, serta berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Sedangkan demokratisasi belajar merupakan langkah untuk menunjang peserta didik agar mampu mewujudkan proses demokrasi selama proses pembelajaran sehingga dapat menghargai keunikan serta kekhasan masing-masing individu Untuk mewujudkan itu maka terdapat hal-hal yang perlu dilakukan guru, diantaranya:
- Menjadi Teladan: Teladan ada untuk menginspirasi, mengajar, dan memberi contoh baik. Harus disadari bahwa sikap dan perbuatan kita dapat memberikan dampak bagi sekitarnya.Â
- Memotivasi dan Menginspirasi: Memberikan dorongan agar peserta didik bersedia dan mau melakukan suatu hal berpikir kreatif untuk sesuai dengan minatnya. Â
- Mempunyai Komitmen dan Kontribusi Terhadap Pendidikan
- Memiliki Pengetahuan dan Kemampuan Mumpuni
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H