Proses belajar seseorang dipengaruhi oleh dua teori utama yang saling melengkapi: teori behavioristik dan humanistik. Kedua teori ini menawarkan perspektif yang berbeda namun berharga dalam memahami bagaimana individu belajar dan berkembang. Selain itu, konsep kematangan memainkan peran penting dalam perkembangan psikologis dan perilaku seseorang. Artikel ini membahas teori-teori utama tentang belajar dan kematangan serta kontribusi keduanya dalam pendidikan.
Teori Belajar Behavioristik
Teori behavioristik berfokus pada perubahan perilaku yang dapat diamati, hasil dari reaksi individu terhadap stimulus tertentu. Teori ini menekankan pentingnya perilaku yang dapat diukur serta pengaruh lingkungan dalam membentuk dan memperkuat respons. Dalam pandangan behavioristik, belajar merupakan perubahan perilaku yang terjadi melalui hubungan stimulus-respons yang dapat diobservasi.
Teori Conditioning dan Tokoh-tokohnya
Ada beberapa pendekatan utama dalam teori conditioning yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh seperti Pavlov, Watson, Skinner, dan Guthrie, yang masing-masing memberikan perspektif berbeda tentang bagaimana perilaku terbentuk melalui conditioning.Â
Classical Conditioning oleh Pavlov dan Watson
Ivan Pavlov mengembangkan classical conditioning melalui eksperimen dengan anjing, di mana respons seperti mengeluarkan air liur muncul saat anjing mencium bau makanan. Stimulus netral, seperti suara atau aroma tertentu, dapat dikondisikan untuk menghasilkan respons serupa. Teori ini menunjukkan bahwa respons terhadap stimulus tertentu dapat dipelajari melalui asosiasi yang konsisten.
Operant Conditioning oleh Skinner
B. F. Skinner memperluas teori Pavlov dengan memperkenalkan operant conditioning, yang berfokus pada penguatan sebagai faktor pembentuk perilaku. Menurut Skinner, penguatan positif (hadiah) dan negatif (hukuman) dapat memperkuat hubungan stimulus-respons, mempengaruhi perilaku seseorang.
Conditioning oleh Guthrie
Edwin R. Guthrie berpendapat bahwa perilaku terdiri dari rangkaian unit-unit perilaku yang saling terkait melalui stimulus sebelumnya. Setiap respons bertindak sebagai stimulus bagi perilaku selanjutnya, membentuk rantai perilaku yang berkesinambungan. Teori ini menekankan bahwa pengalaman masa lalu mempengaruhi respons seseorang di masa mendatang.