-New York 10 juta (1 poin)
-Washington DC 20 Juta (2 poin)
- Texas 10 juta (1 poin)
- Nevada 10 Juta (1 Poin)
Disinilah "winners take all" bermain, capres yang unggul walau hanya 1 suara saja dari lawan, capres tersebut mendapatkan poin penuh di negara bagian tersebut sedangkan yang kalah 0 poin. mari kita menggunakan Analogi :Â
- 40 juta penduduk California memilih Hilary, 10 juta memilih Trump maka 5 poin diberikan untuk Hilary Clinton, Donald Trump mendapatkan 0
- 6 juta penduduk masing-masih di negara bagian Wyoming, Nevada, Texas dan New York memilih Trump dan Hilary hanya mendapatkan 4 Juta suara, maka Trump mendapatkan seluruh poin di negara bagian tersebut sedangkan hilary 0Â
- 11 juta penduduk di Washington memilih Trump dan 9 juta lainnya memilih Hilary, maka Trump meraup semua suara elektoral di Washington DC
Jadi, total perolehan suara secara garis besar Hilary lebih banyak yaitu 65 juta/110 juta suara sedangkan Trump hanya 45 Juta/110 juta, tapi Trump mampu menang di negara bagian berbeda dibandingkan Hilary yang menang di negara bagian dengan populasi terbanyak. Jadi, bukan jaminan apabila menang dalam Popular Vote (suara terbanyak) akan menjadi presiden, Semua ditentukan oleh Elektoral yang mewakili negara bagian masing-masing.Â
Jika di Indonesia mungkin bisa dibayangkan seperti ini, 6 Provinsi di pulau jawa dengan populasi sekitar 145 juta. Jika Capres dapat memenangkan suara dipulau jawa saja maka 53% suara sudah di kantungi dan dapat menjadi presiden walaupun kalah di 28 provinsi lainnya. Berbeda dengan suara elektoral, apabila Capres menguasai 145 juta suara di pulau jawa dengan 6 provinsi, maka akan kalah dengan lawannya yang memenangkan suara di 28 provinsi lainnya meskipun jumlah penduduknya lebih sedikit dibandingkan pulau jawa. Indonesia menganut one man one vote, sedangkan amerika menganut "winners take all" untuk electoral college.Â
Jika masih ada yang belum di mengerti dengan baik mengenai pembahasan electoral college ini, silahkan untuk memberikan komentar dibawah ya!